LAPORAN PENDAHULUAN
DI SUSUN
OLEH
RABIATUL ADAWIAH
14420202069
MAKASSAR
2021
Keperawatan Medikal Bedah 11
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Gagal ginjal akut (Acute Renal Failure, ARF) adalah penurunan
fungsi ginjal tiba-tiba yang ditentukan dengan peningkatan kadar BUN dan
kreatinin plasma. Haluaran urine dapat kurang dari 40 ml/ jam (oliguria),
tetapi mungkin juga jumlahnya normal atau kadang-kadang dapat meningkat.
Meskipun tidak ada batas pasti untuk BUN dari 15-30 mg/dl dan peningkatan
kreatinin dari 1-2 mg/dl mengisyaratkan ARF pada pasien yang sebelumnya
mempunyai fungsi ginjal normal.
Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik
yang ditandai dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR)
dan perubahan kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan eksresi
air yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma klinis akibat
kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan
penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia. Gagal ginjal
akut adalah penurunan laju filtrasi glomerulus secara tiba-tiba, sering kali
dengan oliguri, peningkatan kadar urea dan kreatinin darah, serta asidosis
metabolic dan hiperkalemia
Gagal ginjal akut adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu
dengan ginjal sehat sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat
azotemiaprogresif disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah (Imam
Parsoedi A dan Ag. Soewito : Ilmu Penyakit dalam Jilid II : 91). Gagal ginjal
akut adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat
sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif
disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah. Gagal ginjal akut (GGA) adalah
suatu sindrom klinis yang di tandai dengan penurunan mendadak (dalam
Keperawatan Medikal Bedah 11
beberapa jam sampai beberapa hari) laju filtrasi glomerulus (LFG), di sertai
akumulasi nitrogen sisa metabolisme (ureum dan kreatinin). Gagal Ginjal
Akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal dalam
membersihkan darah dari bahan-bahan racun, yang menyebabkan
penimbunan limbah metabolik di dalam darah (misalnya urea).
2. Etiologi
2.1 Prerenal
a. Hipovolemia
Perdarahan
Dehidrasi
Muntah, diare dan diaforesis
Pengisapan lambung
Diabetes melitus dan diabetes insipidus
Luka bakar dan drainase luka
Sirosis
Pemakaian diuretik yang tidak sesuai
Peritonitis
b. Penurunan Curah Jantung
Gagal jantung kongestif
Infark miokard
Tamponade jantung
Disritmia
c. Vasodilatasi Sistemik
Sepsis
Asidosis
Anafilaksis
d. Hipotensi dan Hipoperfusi
Gagal jantung
Syok
Keperawatan Medikal Bedah 11
2.2 Intrarenal
a. Kerusakan Nefron
Nekrosis tubular akut
glomerulonefritis
b. Perubahan Vaskular
Koagulopati
Hipertensi malignant
Stenosis
c. Nefrotoksin
Antibiotik (gentamisin, tobramisin, neomisin, kanamisin dan
vankomisin)
Kimiawi (karbon tetraklorida dan timbal)
Logam berat (arsenik dan merkuri)
Nefritis interstitial akibat obat (tetrasiklin, furosemid, tiasid dan
sulfanomid)
2.3 Postrenal
a. Obstruksi Ureter dan Leher Kandung Kemih
Kalkuli
Neoplasma
Hiperplasia prostat
4. Klasifikasi
GGA renal yaitu kelainan yang berasal dari dalam ginjal dan yang
secara tiba-tiba menurunkan pengeluaran urin. Katagori GGA ini selanjutnya
dapat dibagi menjadi :
Keadaan yang mencederai kapiler glomerulus atau pembuluh darah kecil
ginjal lainnya
Keadaan yang merusak epitel tubulus ginjal,
Keadaan yang menyebabkan kerusakan interstisium ginjal.
D. Patofisiologi
Postrenal
Prerenal Intrarenal
Vasodilatasi Hyperplasia
Hipovolemia kalkuli
sistemik Kerusakan Nefrotoksik prostat
↓ curah nerfon/ Perubahan
Hipotensi & vaskuler Neoplasma
jantung tubular
hipoperfusi
Memperbesar reabsorsi
Pembuangan dari Menekan dan
tonusitas
dari cairan tubular distal GGA
interstisium medulla merusak nefron
medular
renalis ↓
Keperawatan Medikal Bedah 11
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnosis
a. Rontgen Thorax
b. Ultrasonografi ginjal
c. Test Doppler
d. CT Scan
e. ECG (Electrocardiogram)
f. CVP (Central Venous Pressure)
g. Renal Arteriogram
b. Pemeriksaan Laboratorium
a. Lab darah lengkap : WBC, RBC, HCT, Platelet
b. Analisa Elektrolit : Sodium, potassium, calsium, kalium, natrium
c. AGD : PCO2, PO2, HCO3, Saturasi O2, PH
d. BUN, Creatinin, klirens kreatinin
e. Enzim hepar : SGOT, SGPT
f. Urinalisis : berat jenis urine, osmolalitas dan natrium urine
F. Komplikasi
G. Penatalaksanaan Kegawatan
Penatalaksanaan utama kerusakan fungsi ginjal diarahkan pada
penatalaksanaan khusus dan adekuat dari keadaan hipoperfusi. Ketiga
penyebab yang paling pada penurunan fungsi ginjal adalah penurunan curah
jantung, perubahan tahanan vaskuler perifer, dan hipovolemia. Faktor-faktor
seperti disritmia jantung, infark miokard akut, dan temponande prikardial
akut,semuanya ini menurunkan curah jantung, mungkin berhubungan dengan
penurunan aliran darah ginjal. Oleh karenanya reversibilitas (kemampuan
Keperawatan Medikal Bedah 11
a) Penggantian volume
Setelah terjadi NTA, pertimbangan utama adalah pemeliharaan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Selama masa oliguria, volume urine
biasanya kurang dari 300 ml perhari. Kehilangan yang tidak terlihat rata-
rata 800-1000 ml perhari dan sebenarnya bebas elektrolit.
Secara umum, pengantian cairan harus mendekati 500 ml perhari.
Selain air akan dari air yang terdapat dalam makanan di tambah air
oksidari dari metabolisme. Karena pengguanaan protein dan lemak tubuh,
pasien idealnya harus kehilangan 2,2 lb (1kg) perhari untuk
mempertahankan keseimbangan air. Bahaya kelebihan air dengan akibat
gagal jantung kongesti dan edema paru terdapat sepanjang periode
oliguria.sebaliknya, selama NTA fase diuretik, pemborosan natrium lebih
jauh dapat terjadi berkaitan dengan peningkatan volume urine. Itulah
sebabnya perlu untuk mempertahankan pencatatan asupan dan haluaran
secara akurat dan penimbangan berat badan tiap hari pada kedua fase. Hal
ini teruama penting bila ada kesempatan lain untuk kehilangan cairan dan
elektrolit seperti muntah, diare, penghisapan nasogastrik, dan drainase
oleh dari fistula. Secara umum, kehilangan terjadi sebagai akibat dari
masalah-masalah ini harus di ganti penuh.
b) Terapi Nutrisi
Selain penggantian cairan dan elektrolit ,masukan di arahkan pada
pensuplaian pasien dengan kalori dalam bentuk karbohidrat dan lemak
untuk menurunkan pemecahan protein tubuh. Karena 1 gr urea dibentuk
setiap 6 gr protein yang di metabolisme, asupan protein biasanya dibatasi
untuk mencegah peningkatan BUN yang terlalu cepat.
Dengan pengembangan tim nutrisi ,telah terjadi kecendrungan
berkembangan untuk memberikan lebih banyak kalori dan protein dalam
bentuk parenteral atau hiperalimensasi enteral dalam upaya untuk
meningkatkan kondisi umum pasien dan untuk mempercepat pemulihan
fungsi ginjal. Diit mengandung 2000 sampai 3000 kalori/hari dengan 40
sampai 60 gr protein atau asam amino esensial telah digunakan dengan
frekuensi yang meningkat. Diet ini mengandung lebih dari 500 ml cairan
yang di anjurkan sebelumnya. Oleh karenanya,hiperalimentasi
Keperawatan Medikal Bedah 11
A. Pengkajian
1. Anamnesis
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah miksi terasa sesak dan sedikit-sedikit.
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan
yang berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab pasca renal. Penting untuk
dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien lemah, terlihat sakit berat, dan letargi. Pada TTV
sering didapatkan adanya perubahan, yaitu pada fase oliguri sering
didapatkan suhu tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami
peningkatan dimana frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu
tubuh dan denyut nadi. tekanan darah terjadi perubahan dari hipetensi
Keperawatan Medikal Bedah 11
a. Laboratorium
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang
Keperawatan Medikal Bedah 11
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko perfusi jaringan renal tidak efektif berhubungan dengan disfungsi
ginjal
Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorbsi nutrien
Keperawatan Medikal Bedah 11
Intervensi Keperawatan
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam di 1. periksa tanda dan gejala
kelebihan asupan harapkan keseimbangan cairan nipervolemia
cairan meningkat dengan 2. identifikasi penyebab
Kriteria hasil: hypervolemia
Asupan cairan meningkat 3 . monitor dan autpot cairan
Haluaran urinemeningkat 4 . monitor tanda
Obsevasi
Defisit nutrisi 1 . identifikasi status nutrisi
Setelah di lakukan tindakan
berhubungan dengan 2 . identifikasi makanan yang di
keperawatan selama 1x24 jam di
ketidak mampuan sukai
harapkan status nutrisi membaik
mengabsorbsi nutrien 3 . identifikasi kebutuhan
dengan
kaloridan jenis nutrient
Kriteria hasil :
Terapiutik
1 . porsi makanan yang di habiskan
1 . sajikan makanan yang
2 . frekuennsi makan membaik
menarikdan suhu yang
3. nafsu makan membaik
sesuai
2 . berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah kontipasi
3 . berikan makanan tinggi
kalori dan protein
4 . berikan suplemen makanan
jika perlu
Edukasi
1 . anjurkan posisi duduk jika
mampu
2 . anjurkan diet yang di
programkan
Kalaborasi
1 . kalaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
2. kalaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
Keperawatan Medikal Bedah 11
Defenisi
Etiologi
Patofisiolo Manifestasi
gi
Definisi gagal
ginjal kronik Penatalaksana
KONSEP GGA an gagal
ginjal
Kelebihan cairan
Pemeriksaan laboratorium Penatalaksan
Diagnostik aaan umum
hiperkalemia
Darah Pemeriksaa komplikasi
laboratorium n Asidosis penatalaksan
VC
penunjang
CTSKAN metabolik aan
Pemeriksaan BUN hipokalsemia
Keadaan
dan kadar kreatinin MRI Umum
hipertensi
Pemeriksaan elektrolit
EKG Pemeriks
aan pola
Pemeriksaan ph Asuhan
fungsi
keperawata
Standar intervensi Diagnosea
keperawata pengkajian
DAFTAR PUSTAKA
Labor
D
pemer Kelebih
Labor
iksaa an
pemer
n
Labor
iksaa
Kelebih
Labor n
Labor an
Keperawatan Medikal Bedah 11
Baradero, Mary, dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Egran, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I. Jakarta: EGC.