Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Tujuan ............................................................................................................ 2

C. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

BAB II KONSEP MEDIS ....................................................................................... 3

A. Defenisi .......................................................................................................... 3

B. Klasifikasi ...................................................................................................... 3

C. Etiologi ........................................................................................................... 3

D. Patofisiologi ................................................................................................... 3

E. Manifestasi klinik ........................................................................................... 4

F. Komplikasi ..................................................................................................... 4

G. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 5

H. Penatalaksanaan ............................................................................................. 6

I. Pathway .......................................................................................................... 7

BAB III KONSEP KEPERAWATAN.................................................................... 8

A. Pengkajian keperawatan ................................................................................. 8

B. Diagnosis Keperawatan ................................................................................ 10

C. Intervensi Keperawatan ................................................................................ 10

BAB IV MIND MAPPING ................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan iklim global menjadi isu penting dalam beberapa tahun terakhir.
Pada dasarnya, iklim bumi senantiasa mengalami perubahan. Hanya saja perubahan
ikilim di masa lalu berlangsung secara alamiah sedangkan saat ini lebih banyak
disebabkan karena aktivitas manusia sehingga sifat kejadiannya pun menjadi lebih
cepat. Hal ini mendorong timbulnya sejumlah penyimpangan pada proses alam
(Komaling et al. 2020).
Kejadian DBD di Indonesia pada umumnya terjadi pada awal musim hujan
(permulaan tahun dan akhir tahun). Hal ini dikarenakan pada musim hujan vektor
penyakit demam berdarah populasinya meningkat dengan bertambah banyak
sarang-sarang nyamuk diluar rumah sebagai akibat sanitasi lingkungan yang kurang
bersih, sedang pada musim kemarau Ae. aegypti bersarang di bejana-bejana yang
selalu terisi air seperti bak mandi, tempayan, drum dan penampungan air (Juwita
2020).
Deman Berdarah Dengue pada saat ini merupakan penyebab utama rawat inap
di rumah sakit. Selain itu, DBD merupakan penyebab kematian tertinggi pada anak-
anak di kawasan Asia Tenggara. Dengan adanya perubahan iklim maka
menyebabkan prevalensi DBD semakin tinggi. Indonesia merupakan salah satu
negara Asia Tenggara yang paling banyak melaporkan kejadian DBD. Berdasarkan
data yang diperoleh, infeksi DBD di Indonesia lebih banyak diderita oleh kelompok
dewasa muda. Pada tahun 2000, terjadi epidemi DBD di Indonesia (Sumampouw
2020).
Berbagai dampak negatif dan fenomena kasus DBD yang terjadi, maka
diperlukan pengendalian penyakit DBD. Pengendalian penyakit DBD dapat
dilakukan dengan melakukan pengendalian vektor DBD melalui pemberantasan
sarang nyamuk sesuai karakteristik lingkungan. Upaya pengendalian DBD juga
diperlukan upaya pengendalian yang dapat memutuskan mata rantai penularan
penyakit yang tidak merusak lingkungan, yaitu dengan memanfaatakan bahan
hayati. Upaya larvasidasi terus dikembangkan dari berbagai tumbuhan yang

1
berpotensi sebagai larvasida. Ada beberapa tumbuhan yang berpotensi sebagai
larvasida karena mengandung beberapa senyawa bioaktif, seperti saponin,
flavonoid, alkaloid, tanin, dan alkenil fenol (Cahyati and Sanjani 2020).

B. Tujuan
Dengan adanya laporan pendahuluan ini pembaca diharapkan dapat mengetahui
tentang DHF

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis DHF ?
2. Bagaiaman konsep keperawatan DHF ?

2
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah penyakit virus yang ditularkan ke
manusia melalui gigitan nyamuk aedes betina yang terinfeksi (De Almeida et al.
2017). DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk aedes terutama aedes aegypty
(Priesley, Reza, and Rusdji 2018).

B. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi DHF menurut Chrisniati, Marchira, and Kusnanto
(2017):
1. Derajat I : Demam di sertai gejala tidak khas, hanya terdapat
manifestasi perdarahan (uji turniket positif)
2. Derajat II : Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan
perdarahan lain
3. Derajat III dan IV : Ditemukan adanya tanda-tanda dini terjadinya renjatan
dengan tekanan darah dan nadi yang tidak terukur

C. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae, yang memiliki empat serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Semua serotipe virus ini ditemukan bersirkulasi di Indonesia, namun
serotipe DEN3 merupakan tipe yang dominan menyebabkan kasus DBD yang berat
dan fatal. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi virus dengue,
khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Nyoman and Utama
2017).

D. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus
antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi system complement. Akibat C3 dan
C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptide yang berdaya untuk melepaskan histamin

3
dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
factor koagulasi (prothrombin, factor V, VII, IX, X, dan fibrinogen) merupakan
factor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi
secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah dan dengan hilangnya plasma klien
mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan,
asidosis metabolic dan kematian (Wulandari and Meira 2016).

E. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik menurut Wulandari and Meira (2016)
1. Demam tinggi >38,5ºC selama 5-7 hari
2. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : ptechie, ekhimosis dan
hematoma
3. Epitaksis, hematemesis, melena, hematuri
4. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare dan konstipasi
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan uluhati
6. Sakit kepala
7. Pembengkakan sekitar mata
8. Pembesaran hati, limpa, dan kalenjar getah bening
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, CRT > 3 detik, nadi cepat dan lemah)

F. Komplikasi
Komplikasi dari DHF menurut Wulandari and Meira (2016) :
1. Hepatitis
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan
nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler.

4
Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak
dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
2. Efusi pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea.
3. Syok
Terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke ronnga
pleura dan peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang
mngekaibatkan berkurangnya alran balik vena, penurunan volume sekuncup
dan curah jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi organ.
DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan
integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung menurun,
sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel
secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga
pasien akan meninggal dalam waktu 12-24 jam.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang DHF menurut Nurarif and Kusuma (2015)
1. Pemeriksaan darah lengkap
a. Hemoglobin meningkat (Normal Hb : 10-16gr/dl)
b. Hematokrit meningkat mencapai 20% (Normal Lk : 40-54%, Pr : 35-47%)
c. Trombositopenia 100.000/ml atau kurang (Normal : 200.000-400.000/ml)
2. Pemeriksaan analisa gas darah
a. Urine dan pH dapat meningkat
b. Dalam keadaan lanjut terjadi asidosis metabolic mengakibatkan PCO2
menurun (Normal : 35-40 mmHg)\
c. SGOT/SGPT meningkat

5
H. Penatalaksanaan
Penatalaksaan DHF menurut Nurarif and Kusuma (2015)
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan
beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling
penting bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan
cairan yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9. Pemberian antibiotik bila terdapat kehawatiran infeksi sekunder.
10. Monitor tanda-tanda renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda
vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

6
I. Pathway

Nyamuk mengandung
virus dengue

Menggigit
manusia

Virus masuk
aliran darah
Masuk ke pembuluh darah
Mekanisma tubuh Viremia otak melalui aliran darah
untuk melawan sehingga mempengaruhi
virus hipotalamus
Komplemen antigen
asam lambung antibodi meningkat Hipertermia

Mual muntah Pelepasan peptida

Defisit nutrisi Pembebasan histamin

permeabilitas dinding
pembuluh darah

Kebocoran
plasma

Hipovolemia

(Nurarif and Kusuma 2015)

7
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan menurut Wulandari and Meira (2016)
1. Identitas klien, meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, Pendidikan, nama
orangtua, Pendidikan dan pekerjaan orangtua
2. Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh demam, nyeri pada punggung dan tulang hilang
timbul, kepala pusing.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran komposmentis. Naiknya demam terjadi antara hari ke 3
dan ke 7. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, mual, muntah,
anoreksi, sakit kepala, diare/konstipasi, nyeri otot, persendian, uluhati dan
pergerakan bola mata terasa pegal serta adanya manifestasi perdarahan pada
kulit.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita
5. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar)
6. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu
makan berkurang
b. Eliminasi fekal : Kadang-kadang mengalami
diare/konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine : Perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria
d. Tidur dan istirahat : Sering mengalami sakit/nyeri otot dan
persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
kurang

8
e. Kebersihan : Upaya keluarga untuk menjaga
kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk
membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti
7. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan fisik sebagai
berikut :
a. Grade I : Kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, TTV dan
nadi melemah
b. Grade II : Kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan ptekie, perdarahan gusi dan telinga serta nadi lemah,
kecil dan tidak teratur
c. Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur serta tensi menurun
d. Grade IV : Kesadaran koma, TTV : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat dan kulit tampak
biru
8. System integument
a. Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin
dan lembab
b. Kaki sianosis/tidak
9. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata anemia,
hidung kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada grade II, III,IV. Pada
mulut didapatkan bahwa mukosa mulit kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri
telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia faring dan terjadi
perdarahan telinga (pada grade II,III,IV)
10. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales,
ronchi yang biasanya terdapat pada grade III dan IV

9
11. Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly) dan asites
12. Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang biasa muncul (PPNI 2017) :
1. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai
dengan frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, TD menurun, turgor kulit
menurun, membrane mukosa kering, Ht meningkat
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit DHF ditandai dengan suhu
tubuh >37,5ºC, kulit merah, takikardi, kejang, takipnea dan kulit terasa hangat
3. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
diitandai dengan BB menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, nafsu akan
menurun, bising usus hiperaktif, membrane mukosa kering

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan (PPNI 2018)
1. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai
dengan frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, TD menurun, turgor kulit
menurun, membrane mukosa kering, Ht meningkat
Manajemen Hipovolemia
Observasi
a. Periksa tanda dan gejala hipovoolemia
Teraupeutik
b. Hitung kebutuhan cairan
c. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
d. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
e. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
f. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis

10
g. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
h. Kolaborasi pemberian cairan koloid
i. Kolaborasi pemberian produk darah
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit DHF ditandai dengan suhu
tubuh >37,5ºC, kulit merah, takikardi, kejang, takipnea dan kulit terasa hangat
Manajemen Hipertermia
Observasi
a. Identifikasi penyebab hipertermia
b. Monitor suhu tubuh
c. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Teraupeutik
d. Sediakan lingkungan yang dingin
e. Longgarkan atau lepaskan pakaian
f. Berikan cairan oral
Edukasi
g. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
h. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
3. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
diitandai dengan BB menurun minimal 10% di baah rentang ideal, nafsu akan
menurun, bising usus hiperaktif, membrane mukosa kering
Manajemen Nutrisi
Observasi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi makanan yang disukai
c. Monitor asupan makanan
d. Monitor berat badan
Teraupeutik
e. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
f. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

11
Edukasi
g. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
h. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
i. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
j. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

12
BAB IV

MIND MAPPING

13
DAFTAR PUSTAKA

De Almeida, Renata Rocha, Bernardo Paim, Solange Artimos De Oliveira, Arthur


Soares Souza, Antônio Carlos Portugal Gomes, Dante Luiz Escuissato,
Gláucia Zanetti, and Edson Marchiori. 2017. “Dengue Hemorrhagic Fever:
A State-of-the-Art Review Focused in Pulmonary Involvement.” Lung
195(4):389–95.
Cahyati, Widya Hary, and Jauharotusf Syifa Kusrah Sanjani. 2020. “Gambaran
Lingkungan Dan Vektor Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja
Puskesmas Temanggung Tahun 2017.” Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan
8(1):12–29.
Chrisniati, Elina, Carla Raymondalexas Marchira, and Hari Kusnanto. 2017.
“Depresi Dan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah
Sakit Sardjito Yogyakarta.” Journal Of Community Medicine and Public
Health 33:141–46.
Juwita, Citra Puspa. 2020. “Variabilitas Iklim Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue Di Kota Tangerang.” Gorontalo Journal of Public Health 3(1):8.
Komaling, Desty, Oksfriani Jufri Sumampouw, Ricky C. Sondakh, Fakultas
Kesehatan, Masyarakat Universitas, and Sam Ratulangi. 2020. “Determinan
Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kabupaten Minahasa Selatan Tahun
2016-2018.” Journal of Public Health and Community Medicine 1(1):57–
64.
Nurarif, Amin Huda, and Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Dianosa Medis & Nanda NIC-NOC. Jilid 3. Jogjakarta:
Mediaction.
Nyoman, Astika, and I. Made Gede Dwi Lingga Utama. 2017. “Manifestasi
Perdarahan Pada Pasien Demam Berdarah Dengue Yang Dirawat Di Ruang
Rawat Inap Anak RSUP Sanglah Denpasar.” E-Jurnal Medika Udayana
6(12):140–43.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Defenisi Dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan : Defenisi Dan Tindakan

14
Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Priesley, Fuka, Mohamad Reza, and Selfi Renita Rusdji. 2018. “Hubungan Perilaku
Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan Menutup, Menguras Dan Mendaur
Ulang Plus (PSN M Plus) Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) Di Kelurahan Andalas.” Jurnal Kesehatan Andalas 7(1):124.
Sumampouw, Oksfriani Jufri. 2020. “Epidemiologi Demam Berdarah Dengue Di
Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara.” Jurnal of Public Health Sam
Ratulangi 1(1):1–8.
Wulandari, Dewi, and Erawiati Meira. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

15

Anda mungkin juga menyukai