Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA TN. W DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR FEMUR SINISTRA

DI RUANG IGD RS PKU MUHAMMADIYAH SELOGIRI

NAMA : HANNY THALIA AYU F

NIM : B2019036

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA

2021
A. PENGERTIAN
Faktur adalah patah tulang,biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
( Norvell,2017 : Keany 2015 ). Faktur femur yang digambarkan sesuai lokasi,dapat
dikelompokkan menjadi 3, meliputi proksimal atau ujung atas dekat
panggul,shaft/poros tulang, dan distal atau ujung bawah dekat lutut ( Avruskin,2013 :
Romeo,2018 ).
Romeo ( 2018 ) menjelaskan bahwa insiden fraktur femur berkisar antara 9,5 hingga
18,9 per 100.000 populasi dunia per tahun. Insiden fraktur femur di Amerika Serikat
adalah sebanyak 250.000 kasus dan diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada
tahun 2050.
Nurafif dan kusama ( 2015 ) menjelaskan bahwa fraktur diklasifikasikan secara klinis
menjadi 3 yaitu :
a. Fraktur Tertutup ( Closed )
Fraktur tertutup adalah fraktur yang bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar,disebut dengan fraktur bersih ( Karena kulit masih utuh )
tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan
keadaan jaringan lunak sekitar trauma,yaitu :
- Tingkat 0 : Fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
- Tingkat 1 : Fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
- Tingkat 2 : Fraktur yang lebih berat dengan konstusin jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
- Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman Compartment Syndrome.
b. Fraktur Terbuka ( Open / Compound fraktur )
Fraktur terbuka adalah fraktur yang bila tulang yang patah menembus otot dan
kulit yang memungkinkan potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luar
dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah. Derajat patah tulang
terbuka dibagi menjadi 3 yaitu :
- Derajat 1 apabila laserasi <2 cm,fraktur sederhana,dislokasi fragmen minimal.
- Derajat II apabila laserasi >2 cm,konstusio otot dan sekitarnya dislokasi
fragmen jelas.
- Derajat III apabila luka lebar,rusak hebat atau hilang jaringan sekitar.
a) a.Derajat III A : Patah tulang terbuka dengan jaringan luas,tetapi masih
bisa menutupi patahan tulang saat dilakukan perbaikan.
b) b.Derajat III B : tulang terbuka dengan kerusakan jaringan lunak
hebat atau hilang ( Soft Tissue Loes ) Sehingga tampak tulang ( Bone-
Exposs ).
c) c.Derajat III C : Patah tulang terbuka dengan kerusakan pembuluh
darah dan saraf yang hebat.
B. ETIOLOGI
Nurafif dan Kusam ( 2015 ) menjelaskan bahwa etiologi fraktur adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Traumatik
Kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat yang
terkena akan mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak disekitarnya.
Fraktur karena trauma ada 2 yaitu :
a) Trauma langsung adalah benturan pada tulang yang berkait ditempat
tersebut.
b) Trauma tidak langsung adalah titik tumpu benturan dengan terjadinya
fraktur yang berjauhan.
2. Fraktur Patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daearah tulang yang telah menjadi lemah
oleh karena tumor,kanker dan osteoporsis.
3. Fraktur Beban
Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru saja
menambah tingkat aktivitas mereka,seperti baru di terima dalam angkatan
bersenjata atau orang-orang yang baru mulai latihan lari.
C. MANIFESTASI KLINIS
( Belleza,2016 ) menjelaskan bahwa manifestasi klinis fraktur adalah sebagai berikut :
a. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di
imbolisasi,spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah
yang di rancang untuk meminimalakan gerakan antar fragmen tulang.
b. Kehilangan fungsi
Setelah terjadi fraktur,bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak
tidak alamiah bukan seperti normalnya,pergeseran fraktur menyebabkan
deformitas,ekstrimitas yang biasa di ketahui dengan membandingkan dengan
ekstrimintas yang normal. Ekstrimintas tidak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi otot bergantung pada intergritas tulang tempat melekatnya otot.
c. Pemendekan Ekstremitas
Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi
otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Saat ekstrimitas di periksa
dengan tangan,teraba adanya derik tulang yang dinamakan krepitus yang teraba
akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainya.
d. Edema dan Ecchymosis lokal
Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat dari
trauma dan perdarahan yang mengikuti draktur. Tanda ini biasanya baru terjadi
setelah beberpa jam atauhari setelah cedera.
D. PATHWAYS

E. KOMPLIKASI
( Belleza,2016 ) menjelaskan bahwa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
dengan fraktur adalah :
a) Syok Hipovolemik.Kondisi ini terjadi akibat adanya perdarahan berlebihan
yang sering ditemukan pada pasien trauma akibat fraktur pada tulang
pelvis,femur atau fraktur lain dengan jenis fraktur terbuka.
b) Fat Embolism Syndrome. Kondisi ini terjadi akibat fraktur pada tulang
panjang atau fraktur lain yang menyebabkan jaringan sekitar hancur sehingga
embeli lemak dapat terjadi.
c) Compartement Syndrome : Kondisi ini merupakan keadaan yang mengancam
ekstremitas yang terjadi ketika tekanan perfusi menurun atau lebih rendah dari
pada tekanan jaringan.
d) Osteomyelitis : Kondisi tulang yang mengalami fraktur merupakan salah satu
faktor resiko yang tejadinya Osteomyelitis.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
a) Kenali ciri awal patah tulang memperhatikan riwayat trauma yang terjadi karena
benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan kuat pasien
mengalami fraktur.
b) Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptic dan bersihkan
perdarahan dengan cara di perban.
c) Lakukan reposisi (pengembalian tulang ke posisi semula) tetapi hal ini hanya boleh
dilakukan oleh para ahli dengan cara operasi oleh ahli bedah untuk mengembalikan
tulang ke posisi semula.
d) Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai atau papan dari kedua
posisi tulang yang patah untuk menyangga agar posisi tulang tetap stabil.
e) Berikan analgesic untuk mengurangi rasa nyeri pada sekitar perlukaan.
f) Beri perawatan pada perlukaan fraktur baik pre operasi maupun post operasi
( Menurut Norvell ( 2017 )

G. PENATALAKSAAN KEPERAWATAN
Menurut Norvell ( 2017 ) menjelaskan bahwa penatalaksaan pada pasien dengan
fraktur adalah melalui Metode RICE yaitu :
a. Rest
Nyeri merupakan sinyal tubuh bahwa telah terjadi suatu masalah. Hal yang
harus dilakukan ketika mengalami nyeri adalah menghentikan kegiatan fisik
dan yang palingpenting harus dilakukan 2 hari pertama.
b. Ice
Kompres menggunakan es pada hari pertama hari kedua pasca terjadinya
trauma bertujuan untuk mengurangi nyeri atau rasa sakit dan menghentikan
perdarahan.
c. Compression
Pemberian tekanan pada tubuh yang mengalami trauma dapat dilakukan
menggunakan Elastic medical bandage atau ACE Bandge.
d. Elevation

Dilakukan untuk menangani fraktur adalah dengan mengelevasikan bagian yang trauma lebih
tinggi dari jantung. Mutaqin ( 2008 ) menjelaskan bahwa penatalaksanaan Fraktur melalui
pembedahan dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Redukasi Tertutup / ORIF ( Open Reducation Intenal Focation )


b. Redukasi Terbuka / OREF ( Open Reducation Eksternal Fixation )

H. PEMEIKSAAN PENUNJANG
Belleza ( 2016 ) menjelaskan bahwa periksaan yang dapat dilakukan pada pasien
dengan diangnosa femur adalah :
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan
diagnosa fraktur adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan rontgen
Menentukan lokasi/luasnya fraktur
2. Scan tulang, scan CT/MRI:
Memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak
3. Arteriogram :Dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai
4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(pendarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada sisi fraktur
atau organ jauh pada mulltipel.
5. Kreatinin Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
Profil kagulasi Penurunan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple, atau cidera
hati
I. ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT TEORI
Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan pada klien fraktur menurut (Muttaqin, 2015) yaitu:
1. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin,agama, alamat, bangsa, pendidikan,
pekerjaaan tanggal MRS, diagnosa medis, nomor registrasi.
2. Keluhan utama
Keluhan utama pada masalah fraktur yaitu nyeri. Nyeri akut atau kronik
tergantung berapa lamanya serangan. Unit memperoleh data pengkajian yang
lengkap mengenai data pasien diguanakan:
a. Proboking insiden : apa ada peristiwa faktor nyeri.
b. Quality of pain : bagaimana rasanya nyeri saat dirasakan pasien. Apakah
panas, berdenyut / menusuk.
c. Region Radiation of pain : apakah sakitbisa reda dalam sekejap, apa terasa
sakit menjalar, dan dimana posisi sakitnya.
d. Severity/scale of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien
berdasarkan skala nyeri.
e. Time : berapakah waktu nyeri berlangsung, apa bertambah buruk pada waktu
malam hari atau pagi hari.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien patah tulang disebabkan karena trauma / kecelakaan, dapat secara
degenerative/patologis yang disebabkan awalnya pendarahan, kerusakan jaringan
di sekitar tulang yang mengakibatkan nyeri, bengkak, pucat/perubahan warna kulit
dan terasa kesemutan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien mengalami patah tulang paha atau pasien pernah punya penyakit
menurun sebelumnya. Memiliki penyakit osteoporosis/arthritis atau penyakit lain
yang sifatnya menurun atau menular.
5. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi hidup sehat
Klien fraktur apakah akan mengalami perubahan atau gangguan pada personal
hygiene atau mandi.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien fraktur tidak ada perubahan nafsu makan, walaupun menu makanan
disesuakan dari rumah sakit.
c. Pola eliminasi
Perubahan BAK/BAB dalam sehari, apakah mengalami kesulitan waktu BAB
di kaenakan imobilisasi, feses warna kuning, pada pasien fraktur tidak ada
gangguan BAK.
d. Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan pada pola tidur apakah ada gangguan yang disebabkan karena
nyeri, misalnya nyeri karena fraktur.
e. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas pada klien yang mengalami gangguan karena fraktur mengakibatkan
kebutuhan pasien perlu dibantu oleh perawat atau keluarga.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Klien mengalami gangguan percaya diri sebab tubuhnya perubahan pasien
takut cacat / tidak dapat bekerja lagi.
g. Pola sensori kognitif
Adanya nyeri yang disebabkan kerusakan jaringan, jika pada pola kognotif
atau pola berfikir tidak ada gangguan.
h. Pola hubungan peran
Terjadi hubungan peran interpersonal yaitu klien merasa tidak berguna
sehingga menarik diri.
i. Pola penggulangan stress
Penting ditanyakan apakah membuat pasien menjadi depresi / kepikiran
mengenai kondisinya.
j. Pola reproduksi seksual
Jika pasien sudah berkeluarga maka mengalami perubahan pola seksual dan
reproduksi, jika pasien belum berkeluarga pasien tidak mengalami gangguan
pola reproduksi seksual.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Terjadi kecemasan/stress untuk pertahanan klien meminta mendekatakan diri
pada Allah SWT.
Pemeriksaan Fisik
Menurut (Muttaqin 2015) ada dua macam pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan fisik
secara umum (status general) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan
setempat (local). Hal ini diperlukan untuk dapat melaksanakan perawatan total (total
care).
1. Pemeriksaan fisik secara umum
Keluhan utama:
a. Kesadaran klien: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis yang bergantung
pada klien
b. Keadaan penyakit: akut, kronis, ringan, sedang, berat. TTV tidak normal
terdapat gangguan lokal, baik fungsi maupun bentuk
c. TTV tidak normal karena ada gangguan, baik fungsi maupun bentuk
Pemeriksaaan fisik secara Head To Toe
a. Kepala
Inspeksi: simetris, ada pergerakan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
b. Leher
Inspeksi: simetris, tidak ada penonjolan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
c. Wajah
Inspeksi: simetris, terlihat menahan sakit
Palpasi: tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk, tidak ada lesi, dan tidak ada
oedema
d. Mata
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada gangguan seperti kongjungtiva tidak anemis (karena tidak
terjadi perdarahan)
e. Telinga
Inspeksi :Normal, simetris,
Palpasi : Tidak ada lesi, dan nyeri tekan
f. Hidung
Inspeksi : Normal, simetris
Palpasi : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung
g. Mulut
Inspeksi : Normal, simetris
Palpasi : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
h. Thoraks
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, tidak bengkak
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Tidak ada ronchi, wheezing, dan bunyi jantung I, II reguler
i. Paru
Inspeksi :Pernafasan meningkat,regular atau tidak tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi:Pergerakan simetris, fermitus teraba sama.
Perkusi:Sonor, tidak ada suara tambahan.
Auskultasi : Suara nafas normal, tidak ada wheezing atau suara tambahan
lainnya.
j. Jantung
Inspeksi :tidak tampak iktus jantung
Palpasi :nadi meningkat, iktus tidak teraba
Auskultasi:suara S1 dan S2 tunggal
k. Abdomen
Inspeksi : simetris,bentuk datar
Palpasi :turgor baik, tidak ada pembesaran hepar.
Perkusi :suara timpani, ada pantulan gelombang cairan
Auskultasi : peristaltic usus normal ± 20 x/menit
l. Inguinal, genetalia, anus
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan BAB
2. Keadaan luka
Pemeriksaan pada sistem musculoskeletal adalah sebagai berikut:
a. Inspeksi (look): pada inspeksi dapat di perhatikan wajah klien, kemudian warna
kulit, kemudian syaraf, tendon, ligament, dan jaringan lemak, otot,kelenjar
limfe, tulang dan sendi, apakah ada jaringan parut, warna kemerahan atau
kebiruan atau hiperpigmentasi, apa ada benjolan dan pembengkakan atau
adakah bagian yang tidak normal.
b. Palpasi (feel) pada pemeriksaan palpasi yaitu : suatu pada kulit, apakah teraba
denyut arterinya, raba apakah adanya pembengkakan, palpasi daerah jaringan
lunak supaya mengetahui adanya spasme otot,artrofi otot, adakah penebalan
jaringan senovia,adannya cairan didalam/di luar sendi, perhatikan bentuk tulang
ada/tidak adanya penonjolan atau abnormalitas.
c. Pergerakan (move) : perhatikan gerakan pada sendi baik secara aktif/pasif, apa
pergerakan sendi diikuti adanya krepitasi, lakukan pemeriksaan stabilitas sandi,
apa pergerakan menimbulkan rasa nyeri, pemeriksaan (range of motion) dan
pemeriksaan pada gerakan sendi aktif ataupun pasif.
3. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan atau cidera jaringan lunak.
2) Hambatanmobilitas fisik b/d nyeri, pembengkakan, prosedur bedah, imobilisasi.
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan b/d edema.
4) Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Ktietia Hasil Intervensi
Keperawatan
Nyeri akut berhubungan Tujuan: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan terputusnya a. Pain Level komprehensif termasuk lokasi,
kontinuitas jaringan b. Pain Control karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
atau cidera jaringan c. Comfort Level dan faktor presipitasi.
lunak Kriteria Hasil: 2. Observasi reaksi non verbal dari
Batasan 1. Mampu mengontrol nyeri ketidaknyamanan
karakteristik: (mengetahui penyebab nyeri, 3. Bantu pasien dan keluarga untuk
a. Perubahan selera mampu menggunakan teknik non mencari dan menemukan dukungan.
makan farmakologi untuk mengurangi 4. Kontrol lingkungan yang dapat
b. Perubahan pada nyeri) mempengaruhi nyeri seperti suhu
parameter fisiologis 2. Melaporkan bahwa nyeri ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
c. Diaforesis berkurang dengan menggunakan 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
d. Perilaku distraksi manajemen nyeri 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
e. Bukti nyeri dengan 3.Mampu mengenali nyeri (skala, menentukan intervensi
daftar periksa nyeri intensitas, frekuensi, dan tanda 7. Ajarkan tentang teknik non
untuk pasien yang tidak nyeri) farmakologi:napas dalam, relaksasi,
dapat 4.Menyatakan rasa nyaman distraksi, kompres hangat/dingin
mengungkapkannya setelah nyeri berkurang 8.Berikan analgetik untuk mengurangi
f. Perilaku ekspresif 5.Tanda tanda vital dalam rentang nyeri
g. Ekspresi wajah nyeri normal 9. Tingkatkan istirahat
h. Sikap tubuh 10. Berikan informasi tentang nyeri,
melindungi berapa lama nyeri akan berkurang dan
i. Putus asa antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
11. Monitor vital sign

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat dalam membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
menuju kesehatan yang lebih baik yang sesuai dengan intervensi atau rencana
keperawatan yang telah dibuat sebelumnya ( Nurafif dan Kusuma,2015 ).
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan yaitu kegiatan untuk menilai tindakan keperawatan
yang telah dipilih untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur dari proses keperawatan ( Nurafif dan Kusuma,2015 )
DAFTAR PUSTAKA

Avruskin.Andra.2013.Femur Fracture
.https://www.moveforwardpt.com/SymptomsConditionalDetail.aspx?cid=f85bbe8f-685c-
43bf-bb51-9bc43dd8fb01 [ Diakses pada Oktober14,2018 ].

Belleza, M. 2016. Fracture. https://nurseslabs.com/fracture/

Biologi, D. 2011. Bone Anatomy. https://askabiologis.asu.edu/bone-anatomy

Carpenito,L.J.2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Edisi 13. Jakarta : EGC.

Kaufmann,L. Mike, M. Philip,M-G. Katie, Q. Devon, dan R.A,Jon. 2018. Anatomy dan
Physiology. Oregon,USA : Open Oregon State,Oregon State University.

Muttaqin,A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan. Sistem
Pernafasan.Jakarta : Salemba Medika

Norvell,J.G.2007. Tibia and Fibula Fracture in the


ED.https://emedicine.medscape.com/article/826304-overview#a6.

Nurafif,A.H dan H.Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Besarkan Diagnosa MEDIS


& Nanda.Edisi Media Action. Yogyakarta.

Risnanto dan U.Insani.2014. Buku Ajar Keperawatan Bersarkan Muskuloskelsal. Yogyakarta


: Deepublish.

Romeo,M. Nicolas,2018. Femur Injuries and


Fracture.https://emedicine.medscape.com/article/90779-overview#a7

Anda mungkin juga menyukai