Anggota Kelompok :
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, karena atas rahmat dan ridho-Nya semata, kami telah diberi
kesehatan, kesabaran, dan kekuatan sehingga kami dapat menyelesaikan hasil
karya tulis ilmiah yang berupa makalah yang berjudul Konsep Hemoroid.
Penulisan makalah ini diberikan untuk menambah pengetahuan kami dan
menyelesaikan salah satu tugas yang diberikan dosen untuk menambah nilai
tugas dari mata kuliah Sistem Pencernaan 2 .
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki kami. Berkat pihak-pihak yang telah membantu penyusunan makalah
ini, kami tidak menemukan kendala yang berarti. Ucapan terimakasih yang tidak
terhingga yang kami berikan kepada semua pihak yang telah membantu,
terutama kepada tutor kelompok E ibu Ritha Melanie, S.Kp.,M.Kep dan dosen
coordinator Ismafiaty, S.Kep. Ners. M.Kep.
Kami berharap agar setelah membuat makalah ini, selain untuk
penyelesaian tugas dan laporan kami pun dapat memahami dan mendapat
pengetahuan yang lebih baik dari apa yang telah kami susun dari setiap
bab,sehingga kami dapat mengaplikasikan untuk pengembangan ilmu dalam
bidang keperawatan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
D. Tujuan ....................................................................................................... 2
1. Tujuan Umum........................................................................................... 2
E. Manfaat ........................................................................................................ 3
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
A. Skenario .................................................................................................... 5
i
F. Step 5 (Learning Issue) ............................................................................... 13
PENUTUP ............................................................................................................. 40
A. Kesimpulan ............................................................................................. 40
B. Saran ....................................................................................................... 41
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wasir atau Hemoroid adalah penyakit yang umum terjadi. Pada
usia 50 tahun, hampir setengah orang dewasa menderita gatal-gatal, tidak
nyaman, dan perdarahan. Ini bisa menandakan munculnya hemoroid.
Hemoroid terjadi pada semua umur.
Hemoroid bisa menyerang pada usia 20 50 tahun baik laki-laki
maupun perempuan, tetapi paling banyak terjadi pada umur 45 65
tahun. Penyakit hemoroid jarang terjadi pada usia di bawah 20 tahun.
Prevalensi meningkat pada ras Kaukasian dan individu dengan status
ekonomi tinggi. Angka Prevalensi hemoroid di akhie pertengahan abad
ke-20 dilaporkan menurun. Sepuluh juta orang di Indonesia menderita
hemoroid, dengan prevalensi lebih dari 4%. Laki-laki dan perempuan
mempunyai risiko yang sama. Risiko hemoroid meningkat seiring
bertambahnya usia.
Cukup sulit untuk menentukan tingkat kekerapan penyakit ini
secara umum, karena tidak banyak pasien yang menemui penyedia
layanan kesehatan. Namun, diperkirakan hemoroid yang bergejala
mengenai setidaknya 50% dari populasi di AS pada suatu waktu dalam
hidupnya dan sekitar 5% dari populasi terkena penyakit ini setiap waktu.
Hasil jangka panjang pada umumnya baik, walaupun sejumlah orang
mengalami episode simptomatik yang muncul kembali. Hanya sebagian
kecil pasien yang memerlukan tindakan operasi kembali.
B. Batasan Masalah
Dari pembahasan mengenai Sistem Pencernaan 2, kami membatasi
permasalahan hanya kepada Konsep Hemoroid dan Asuhan Keperawatan
pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan.
1
C. Rumusan Masalah
Setelah menentukan batasan masalah, rumusan masalah yang kita
dapat sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu memahami konsep teori Hemoroid;
a. Pengetian
b. Klasifikasi
c. Etiologi
d. Pathway
e. Patofisiologi
f. Manifestasi klinis
g. Pemeriksaan penunjang
h. Penatalaksanaan medis,non medis
i. Komplikasi
2. Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan ;
a. Pengkajian
b. Diagnosa
c. Intervensi
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini yaitu untuk
memberikan pengetahuan mengenai permasalahan hanya kepada
Konsep Hemoroid dan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pencernaan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
Pengertian Hemoroid
b. Mampu memahami dan mengetahui tentang Klasifikasi
Hemoroid
2
c. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Tanda
dan gejala Hemoroid
d. Mampu memahami dan mengetahui tentang Faktor penyebab
Hemoroid
e. Mampu memahami dan mengetahui tentang Patofisologis
Hemoroid
f. Mampu memahami dan mengetahui tentang Penatalaksanaan
Hemoroid
g. Mampu memahami dan mengetahui tentang Pemeriksaan
penunjang Hemoroid
h. Mampu memahami dan mengetahui tentang Komplikasi
Hemoroid
E. Manfaat
Setelah merumuskan masalah dan menentukan tujuan, kami
menyimpulkan beberapa manfaat yang akan di dapat sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami Konsep Sistem Pencernaan
2. Mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem pencernaan yaitu sesuai dengan kasus yang
kami dapa adalah pasien yang mengalami Hemoroid.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan para pembaca membaca makalah, kami susun
penulisan makalah ini dengan membagi pokok-pokok makalah sebagai
berikut:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Dimana akan terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
D. Manfaat
E. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Skenario
Seorang perempuan usia 50 tahun mengeluh BAB berdarah degan
warna merah segar sejak 2 hari yang lalu, klien merasakan nyeri saat BAB
dengan skala 2 (1-5), badan lemas, BAB keras terasa ada benjolan di sekitar
anus. Pada saat pengkajian didapatkan kesadaran CM, penampilan kotor, TD:
100/70 mmHg, N: 72 x/menit, R: 28 x/menit, S: 36,5oC, klien tampak lemas,
conjungtiva anemis, CRT >3 detik, kekuatan otot ekstremitas atas 4/4, saat
dilakukan DRE terdapat benjolan di daerah anus. Berdasarkan anamnesa,
klien pernah dirawat dengan keluhan yang sama satu tahun yang lalu dan
dokter menyarankan untuk operasi, tetapi klien menolak, klien kurang
menyukai mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan. Hasil pemeriksaan
laboraturium didapatkan Hb: 4,3 g/dl, Leukosit: 2.300 mm3, Hematokrit:
15%, Trombosit: 441.000 mm3. Hasil kolaborasi, klien mendapatkan IVFD
2A 20 tpm, Cefriaxone inj 2x1 gram, Ranitidine inj 2x1 gram, Asam
tranexamat inj 3 x 1 gram, rencana transfusi.
No Istilah Definisi
5
3 IVFD 2A 20 tpm
Intra Venous Fluid Drift 2A (Irwan)
(Adelia)
Ekstremitas atas 4/4 Organ tubuh bagian atas dengan skala yang kuat
5
(Epita) (Adelia)
Cefalosporin generasi ke 3 semi sintetik yang resisten
terhadap benda laktamase dan efektif terhadap sebagian
Ceftriaxone
6 (Pranciscus) besar bakteri gram (+) dan gram (-) dipakai dalam
bentuk garam natrium berfungsi sebagai antibiotik
(Epita)
Proses penyaluran darah ke tubuh berupa pemasukan
darah lengkap atau komponen darah secara langsung
kedalam aliran darah dengan cara mengalirkan cairan
7 Transfusi (Avisya) kedalam pembuluh balik dalam volume yang cukup
besar atau mengalirkan darah dari seseorang (Donor)
kedalam pembuluh balik akseptor (Recipient).
(M.Dwi, Dissa, Renaldi)
Suatu antaginis reseptor histamin H2, digunakan dalam
bentuk hidroklorida untuk menghambat sekresi asam
8 Ranitidine (Dewi) lambung pada pengumpatan ulkus gaster dan duodenum,
refluks gastreosofageal dan kondisi kondisi yang
menyebabkan hyper sekresi lambung. (Ageng)
6
khususnya perasaan, dan ingatan pasien dan tak jarang
akan menimbulkan respon antibodi yang hebat dan
tidak diperkirakan sebelumnya terhadap kontak yang
tampaknya baru pertama kali dengan sebuah anti gen
(Epita, Dewi, Indah, Silvani)
7
D. Step 3 (Analisis Masalah)
1. Tindakan yang bisa dilakukan pasien ketika mengetahui bahwa BAB
nya disertai dengan darah adalah:
a. Datang ke rumah sakit, dan periksakan serta konsultasikan ke
dokter mengenai keadaan yang dialaminya.
b. Harus makan makanan yang berserat untuk mengurangi
konstipasi yang ada.
c. Hindari makanan pedas untuk mengurangi inflamasi saluran
cerna
(Neni, M. Dwi)
2. Penyebabnya adalah akibat prolaps bantalan anus dan pembengkakan
anus yang nyeri karena kontriksi sfingter anus yang mengandung
darah serta akibat adanya bakteri, konstipasi, dan mengedan.
(Dewi, Ghina)
3. Hemoroid, karena terdapat bejolan pada saat pemeriksaan DRE
(Indra)
4. Penyebabnya adalah adanya prolaps bantalan anus atau pergeseran
kebawah atau jatuhnya suatu bagian tubuh atau organ dalam yang
menyebabkan perdrahan dan pembengkakan atau benjolan. Atau
dapat pula disebabkan oleh adanya penumpukan feces atau
konstipasi, sehingga susah untuk dikeluarkan atau susah untuk di
eliminasi dan saat dikeluarkan feces yang keras akan bergesekan
dengan dinding rektum menyebabkan terjadinya pendarahan atau
benjolan di anus. Asupan nutrisi pun bisa mempengaruhi, kekurangan
asupan serat dapat menjadi salah satu penyebab terbentuknya
benjolan di daerah sekitar anus, sehingga gerakan peristaltik
melambat.
(M. Dwi, Adelia, Epita)
8
5. Ibu usia 50 tahun itu mengalami penyakit Hemoroin dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Faktor usia
b. Faktor gaya hidup
c. Faktor sosial ekonomi
(Astri)
6. Hubungannya adalah:
a. Kekurangan cairan
b. Kekurangan darah
c. Kekurangan Oksigen dan Nutrisi
Test tonus otot tersebut dilakukan untuk mengetahui keadaan nutrisi
dalam tubuh berhubungan dengan pendarahan yang dialami oleh
pasien akibat penyakit tersebut.
(M. Dwi)
7. Nilai normal dari pemeriksaan lab adalah sebagai berikut:
a. Hb : 12 -16 gr/dl
b. Leukosit : 4000 11.000/mm3
c. Ht : 37 47 ml/dl
d. Trombosit : 150.000 400.000/mm3
(Irwan)
8. Langkah-langkah dalam melakukan prosedur DRE:
a. Siapkan peralatan
b. Atur posisi klien Genue Fektoral, miring, atau posisikan
senyaman pasien
c. Pakai handscon, kemudian jari telunjuk perawat dengan perlahan
lahan dimasukkan ke lubang anus, anjurkan klien untuk tarik
nafas
d. Kaji adanya benjolan
e. Keluarkan jari dengan perlahan, anjurkan klien tarik nafas
f. Kaji respon klien setelah pemeriksaan
(Neni)
9
9. Karena pasien tampak lemas dan mengalami nyeri sehingga pasien
mampu memenuhi KDM, selain itu bisa disebabkan karena tidak
adanya kemauan dan kemampuan pasien untuk melakukan
kebersihan diri. Ketidak tahuan pasien tentang kebersihan diri pun
bisa menjadi salah satu penyebab pasien terlihat kotor
(Tita, Dissa)
10. a. Melakukan manajemen nutrisi
b. Meningkatkan sumber polisakarida, bukan pati yang baik,
mencakup kacang-kacangan, sayuran, dan buah-buahan
c. Membuat makanan agar lebih menarik, seperti jus, kue, yang
mengandung buah dan sayur
d. Memberikan edukasi tentang fungsi dan manfaat mengkonsumsi
sayuran dan buah-buahan
(Avisya, Silvani)
11. Karena pada lansia terjadi penurunan fungsi tubuh sehingga akan
mengakibatkan penurunan kemampuan mengedan, ditambah lagi
klien sulit untuk mengkonsumsi makanan berserat seperti sayuran
dan buah-buahan, dan kurang mengkonsumsi vit.c.
(Epita)
12. Karena BAB nya berdarah, sehingga darah keluar brlebihan dan
mengakibatkan Hb klien menurun, serta dipengaruhi juga dari asupan
nutrisi klien yang kurang baik seperti kurang mengkonsumsi zat besi
dan protein, dan dapat juga dikarenakan oleh adanya pembekuan
darah berupa tonjolan di daerah anus tersebut
(Astri, Renal, Epita, M. Dwi)
13. Karena sayuran dan buah buahan mengandung serat yang dapat
membantu saat eliminasi alvi. Jika klien tidak suka mengkonsumsi
serat, wajar saja jika klien mengalami kontipasi dan harus
mengeluarkan tenaga yang lebih untuk mengedan.
(Dewi)
10
14. a. Perdarahan
b. Trombosis
c. Hemoroidal Strangulasi atau hemoroid yang prolaps dengan
suplai darah dan sfingter Ani (Indah)
11
E. Step 4 (Merumuskan Hipotesis)
PerempuanUsia 50 tahun
Penyakit HEMOROID
Etiologi: Komplikasi:
12
F. Step 5 (Learning Issue)
Menyusun materi-materi
Kamis 24 Maret Menyusun materi-materi Kehadiran anggota
2016 Membuat kerangka makalah lengkap
Membuat makalah
13
Ketua : Devi Nuryulianti 213114090 (2C)
Sciber 1 : Tita Rosita 213114005 (2A)
Scriber 2 : Avisya Fadilla. R 213114093 (2C)
Dengan Anggota:
M. Renaldi. K 213114007 (2A)
Irwan Darmawan 213114066 (2B)
Astri Puspita Sari 213114052 (2B)
Indah Sari. F 213114055 (2B)
Dissa Aulia. P 213114060 (2B)
Ageng May. W 213114064 (2B)
Pranciskus V 213114068 (2B)
Mohammad Dwi. A 213114076 (2B)
Adelia Pramudia 213114082 (2B)
Indra Rinaldi 213114086 (2B)
Ghina Firyal. R 213114099 (2C)
Silvani Agrifianda 213114115 (2C)
Epitasari 213114117 (2C)
Neni Nuraeni 213114123 (2C)
Dewi Hutami. E 213114126 (2C)
14
H. Step 7 (Sintesis)
a. Pengertian
Ada beberapa pengertian Hemoroid menurut beberapa ahli,
diantaranya:
1) Hemoroid adalah bagian vena varikosa pada kanalis ani, hemoroid
timbul akibat kongesti vena yang di sebabkan oleh gangguan aliran
balik, banyak terjadi pada usia di atas 25 tahun. Walaupun keadaan
ini tidak mengancam nyawa dapat menimbulkan perasaan yang
tidak nyama. (Price dan Wilson 2006 )
2) Hermoroid adalah pelebaran pembuluh darah pada anus dan rectal,
Hemoroid di bagi menjadi dua tipe yaitu internal dan eksternal,
hemoroid internal terdapat diatas sfinter anal sedangkan hemoroid
eksternal terdapat di bawah sfingter anal ( C.Harlen J. Rreeves,
2000 : 621 )
3) Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah
vena didaerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis
(Sudoyo, 2006)
4) Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam plexus hemoroidalis
yang tidak merupakan keadaan patologik (Sjamsuhidajat dan Jong,
2005)
5) Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu
mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang
terkena (Smeltzer dan Bare, 2002).
6) Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-
vena hemoroidales (Bacon). Patologi keadaan ini dapat bermacam-
macam, yaitu thrombosis, ruptur, radang, ulserasi, dan nekrosis
(Mansjoer,2008).
15
Berdasarkan pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi vena di dalam
plexushemoroidalis.
b. Klasifikasi
1) Hemoroid internal
Yaitu pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis
mukokutan dan ditutupi oleh mukosa diatas spingter ani. Hemoroid
internal dikelompokkan dalam 4 derajad :
a) Derajad I
Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa
nyeri sewaktu defekasi. Tidak terdapat prolaps dan pada
pemeriksaan terlihat menonjol dalam lumen.
b) Derajad II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat
mengejan ringan tetapi dapat masuk kembali secara spontan.
c) Derajad III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus
didorong kembali sesudah defekasi.
d) Derajad IV
Hemoroid menonjol keluar saat menegejan dan tidak dapat
didorong masuk kembali.
16
2) Hemoroid Eksternal
Yaitu hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan
tidak dapat didorong masuk. Hemoroid eksternal dikelompokkan
dalam 2 kategori yaitu :
a) Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat
kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan
hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis
eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena
ujung- ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
b) Kronik
Sedangkan hemoroid eksterna kronik satu atau lebih lipatan
kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit
pembuluh darah.
c. Etiologi
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi
hemoroidalis yang di sebabkan oleh faktor-faktor resiko atau pencetus
seperti:
1) BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan
meningkatkan tekanan vena yang akhirnya mengakibatkan
pelebaran vena. Sedangkan BAB dengan posisi duduk yang terlalu
lama merupakan factor resiko hernia, karena saat duduk pintu
hernia dapat menekan.
2) Obtipasi atau konstipasi kronis, konstipasi adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami kesulitan saat Buang Air Besar
(BAB) sehingga terkadang harus mengejan dikarenakan feses yang
mengeras, berbau lebih busuk dan berwarna lebih gelap dari
biasanya dan frekwensi BAB lebih dari 3 hari sekali. Pada obstipasi
atau konstipasi kronis diperlukan waktu mengejan yang lama. Hal
ini mengakibatkan peregangan muskulus sphincter ani terjadi
17
berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan
membuat peregangannya bertambah buruk.
3) Tekanan darah (Aliran balik venosa), seperti pada hipertensi portal
akibat sirosis hepatis. Terdapat anastomosis antara vena
hemoroidalis superior,media dan inferior, sehingga peningkatan
tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke vena-vena ini
dan mengakibatkan hemoroid.
4) Faktor pekerjaan, orang yang harus berdiri,duduk lama, atau harus
menggangkat barang berat mempunyai predisposisi untuk terkena
hemoroid.
5) Olah raga berat adalah olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik.
Yang termasuk olahraga berat antara lain mengangkat beban
berat/angkat besi, bersepeda, berkuda, latihan pernapasan,
memanah, dan berenang. Seseorang dengan kegiatan berolahraga
yang terlalu berat seperti mengangkat beban berat/angkat besi,
bersepeda, berkuda, latihan pernapasan lebih dari 3 kali seminggu
dengan waktu lebih dari 30 menit akan menyebabkan peregangan .
sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita
mengejan maka akan membuat peregangannya
bertambah buruk.
6) Diet rendah serat sehingga menimbulkan obstipasi.
7) Mengedan pada buang air besar yang sulit
8) Peningkatan tekana intra abdomen karena tumor (tumor udud,
tumor abdomen)
9) Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan
hormonal)
10) Usia tua
11) Konstipasi kronik
12) Diare akut yang berlebihan dan diare kronik
13) Hubungan seks peranal
14) Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan
buah)
18
15) Kurang olahraga atau imobilisasi
d. Pathway
KEHAMILAN OBESITAS
PENURUNAN RELATIVE VENOUS RETURN
DI DAERAH PERLANAL (YANG DISEBUT
KONSTIPASI DAN MENGEJAN DENGAN EFEK TOURNIQUET)
DALAM JANGKA YANG LAMA
(SIROSIS HEPATIS)
PERADANGAN PADA PLEKSUS
HEMOROIDALIS
PROLAPS VENA
HAEMORHOIDALIS
OPERASI
ANEMIA (HEMOROIDEKTOMI)
RESIKO SYOK (HIPOVOLEMI)
PELEPASAN PROSTAGLADIN
NYERI DI PERSEPSIKAN PORT DENTREE KUMAN
19
e. Patofisiologi
Anal canal memiliki lumen triradiate yang dilapisi bantalan
(cushion) atau alas dari jaringan mukosa. Bantalan ini tergantung di
anal canal oleh jaringan ikat yang berasal dari sfingter anal internal dan
otot longitudinal. Di dalam tiap bantalan terdapat plexus vena yang
diperdarahi oleh arteriovenosus. Struktur vaskular tersebut membuat
tiap bantalan membesar untuk mencegah terjadinya inkontinensia
(Nisar dan Scholefield, 2003).
Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan
penyokong dan bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras
secara berulang serta mengedan akan meningkatkan tekanan terhadap
bantalan tersebut yang akan mengakibatkan prolapsus. Bantalan yang
mengalami prolapsus akan terganggu aliran balik venanya. Bantalan
menjadi semakin membesar dikarenakan mengedan, konsumsi serat
yang tidak adekuat, berlama-lama ketika buang air besar, serta kondisi
seperti kehamilan yang meningkatkan tekanan intra abdominal.
Perdarahan yang timbul dari pembesaran hemoroid disebabkan oleh
trauma mukosa lokal atau inflamasi yang merusak pembuluh darah di
bawahnya (Acheson dan Schofield, 2006).
Taweevisit dkk (2008) menyimpulkan bahwa sel mast
memiliki peran multidimensional terhadap patogenesis hemoroid,
melalui mediator dan sitokin yang dikeluarkan oleh granul sel mast.
Pada tahap awal vasokonstriksi terjadi bersamaan dengan peningkatan
vasopermeabilitas dan kontraksi otot polos yang diinduksi oleh
histamin dan leukotrin. Ketika vena submukosal meregang akibat
dinding pembuluh darah pada hemoroid melemah, akan terjadi
ekstravasasi sel darah merah dan perdarahan. Sel mast juga melepaskan
platelet-activating factor sehingga terjadi agregasi dan trombosis yang
merupakan komplikasi akut hemoroid.
Pada tahap selanjutnya hemoroid yang mengalami trombosis
akan mengalami rekanalisasi dan resolusi. Proses ini dipengaruhi oleh
kandungan granul sel mast. Termasuk diantaranya tryptase dan
20
chymase untuk degradasi jaringan stroma, heparin untuk migrasi sel
endotel dan sitokin sebagai TNF- serta interleukin 4 untuk
pertumbuhan fibroblas dan proliferasi. Selanjutnya pembentukan
jaringan parut akan dibantu oleh basic fibroblast growth factor dari sel
mast.
21
tidak dapat terdorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapat
feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemorroid yang
mengalami prolaps menetap.
3) Pembengkakan pada area anus
Hemorroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya
dapat menonjl keluar menyebabkan prolaps
4) Nekrosis pada area sekitar anus
5) Pendarahan/prolaps
Keluarnya mukus dan terdapat feses pada pakaian dalam
merupakan ciri hemorroid yang mengalami prolaps menetap.
6) Anemia
Datang perdarahan hemorroid yang berulang dapat
berakibat timbulnya anemia berat.
7) Nyeri timbul bila terjadi :
a) Trombus
b) Edema
c) Radang
Adapaun manifestasi klinis yang sesuai dengan klasifikasi dari
hemoroid itu sendiri, diantaranya:
1) Hemoroid eksternal, dihubungkan dengan nyeri hebat akibat
inflamasi dan edema yang disebabkan oleh thrombosis. Thrombosis
adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan
iskemia pada area tersebut dan nekrosis.
2) Hemoroid internal, tidak selalu menimbulkan nyeri sampai
hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps.
22
g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan colok dubur (rektaltouche)
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma
rectum. Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium
awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak
terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba
apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput
lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa
padat dengan dasar yang lebar.
2) Anoskopi atau rectoscopy
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak
menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat
kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang.
Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol
ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka
ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan
lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan
keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas
harus diperhatikan.
3) Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dilakukan untuk memastikan
keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses
keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa
terhadap adanya darah samar.
4) Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi.
Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan
penunjang
23
5) Pemeriksaan darah, urin, feses
Pemeriksaan darah lengkap, dapat menunjukkan anemia
hiperkronik. Dan dalam pemeriksaan feses dilakukan pemeriksaan
contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan
selama kemajuan penyakit) , terutama yang mengandung
mukosa, darah, pus, dan organisme usus, khususnya entamoba
histolitika.
24
yang banyak dipakai antara lain psylium atau isphaluga
Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang
berasal dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan
dan digiling menjadi bubuk. Obat ini bekerja dengan cara
membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik
usus. Efek samping antara lain ketut dan kembung. Obat
kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: laxadine,
dulcolax, dll).
(2) Obat simptomatik, bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau kerusakan
kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol,
Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang mengandung
kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang
daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya
Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
(3) Obat penghenti perdarahan. Perdarahan menandakan
adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena
hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus
bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika
berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh
darah.
(4) Obat penyembuh dan pencegah serangan.
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 32 tablet
selama 4 hari, lalu 22 tablet selama 3 hari. Pengobatan
ini dapat memberikan perbaikan terhadap gejala
inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.
c) Minimal Invasif. Bertujuan untuk menghentikan atau
memperlambat perburukan penyakit dengan tindakan-
tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasif antara lain
skleroterapi hemoroid atau ligasi hemoroid atau terapi laser.
Dilakukan jika pengobatan farmakologis dan non-
farmakologis tidak berhasil.
25
2) Penatalaksanaan Tindakan Operatif
Ada 2 prinsip dalam melakukan operasi hemoroid :
a) Pengangkatan pleksus dan mukosa
b) Pengangkatan pleksus tanpa mukosa
Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 3 metode :
a) Metode Langen-beck (eksisi atau jahitan primer raider)
Dimana semua sayatan ditempat keluar varises harus
sejajar dengan sumbu memanjang dari rectum.
b) Metode White Head (Eksisi atau jahitan primer longitudinal)
Sayatan dilakukan sirkuler, sedikit jauh dari varises
yang menonjol.
c) Meode Morgan-Milignan
Semua primary piles diangkat.
3) Penatalaksanaan Tindakan Non-Operatif
Dilakukan pada hemoroid derajat I dan II, dengan
melakukan:
a) Diet tinggi serat untuk melancarkan buang air besar,
b) Mempergunakan obat-obatan flebodinamik dan sklerotika
c) Rubber band ligation, yaitu mengikat hemoroid dengan karet
elastis kira-kira 1 minggu.
i. Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan,
thrombosis, dan strangulasi. Hemoroid strangulasi adalah hemoroid
yang prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh sfingter ani.
Komplikasi hemoroid antara lain :
1) Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut
mengejan dan takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan makin
memperberat luka di anus.
2) Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak
normal) dari selaput lendir usus/anus.
3) Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.
26
4) Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur
sehingga tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah,
makin sakit, dan besar. Dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat
busuk.
27
b) Pola eliminasi
Klien yang mengalami hemoroid biasanya akan
mengeluarkan darah berwarna merah terang. Dan
keengganan untuk BAB sehingga terjadi konstipasi.
c) Pola istirahat tidur
Klien yang mengalami hemoroid, pola istirahat tidurnya
akan terganggu hal ini berkaitan dengan rasa nyeri pada
daerah anus.
4) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Perhatikan tonjolan pada daerah anus klien, perhatikan
adakah perdarahan dari daerah anus. Selain menginspeksi
hemoroid pada klien, sebagai seorang perawat juga harus
memperhatikan komplikasi yang terjadi, seperti terjadinya
anemia yang dapat dilihat dengan konjungtiva anemis,
capillary refill>3 detik, kulit klien pucat.
b) Palpasi
Palpasi area anal, adakah keluhan nyeri pada klien.
5) Pemeriksaan Diagnostik
a) Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa
awal dan selama kemajuan penyakit) : terutama yang
mengandung mukosa, darah, pus, dan organisme usus,
khususnya entamoba histolitika.
b) Darah lengkap, dapat menunjukkan anemia hiperkronik
c) Kadar besi serum, rendah karena kehilangan darah.
d) Masa protombin , memanjan pada kasus yang berat karena
gangguan faktor VII dan X disebabkan karena kekurangan
vitamin K.
e) Prostagsimoidoskopi : memperlihatkan ulkus, edema,
hiperemia, dan inflamasi (akibat infeksi sekunder mukosa
dan submukosa). Area yang menurun fungsinya dan
28
perdarahan karena nekrosis dan ulkus terjadi pada 85%
bagian pada pasien ini.
f) Elektrolit : penurunan kalium dan magnesium umum pada
penyakit berat.
g) Kadar albumin : penurunan karena kehilangan protein
plasma/ gangguan fungsi hati.
h) Alkali fosfatase : meningkat, juga dengan kolesterol serum
dan hipoproteinemia, menunjukkan gangguan fungsi hati.
i) Trombositosis : dapat terjadi karena proses penyakit
inflamasi.
j) Sitologi dan biopsi rektal : membedakan antara proses
infeksi dan karsinoma.
k) Enema barium : dapat dilakukan setelah pemeriksaan
visualisasi dapat dilakukan meskipun jarang dilakukan
selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat
kondisi eksorsibasi.
l) Kolonoskopi : mengidentifikasi adesi, perubahan lumen
dinding.
m) ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) atau LED (Laju
Endap Darah ) : meningkat karena beratnya penyakit.
14. Sumsum tulang : menurun secara umum pada tipe
berat/ setelah inflamasi panjang.
b. Analisa data
29
- Terdapat disebut dengan efek
pembengkakan torniquet)
pada area anus
saat pemeriksaan Aliran vena
DRE terganggu
Tekanan perifer
meningkat-pelebaran
vena anus
(Hemoroid)
Peradangan pada
fleksusu
hemoroidalis
Prolaps vena
haemorhoidalis
Membesar di luar
rectum
Vena menegang
Ruptur Vena
Pendarahan
Oprasi
(haemoroidektomi)
Continuitas jaringan
30
rusak
Tekanan, dan
sensitifitas pada are
rektal atau anal
sekunder
Aliran vena
terganggu
Tekanan perifer
meningkat-pelebaran
vena anus
(Hemoroid)
Peradangan pada
fleksus hemoroidalis
3 DS :
- Klien mengatakan Kondisi penuaan Gangguan rasa
bahwa ia merasakan
nyaman
perih di area sekitar
anus Penurunan relative
- Klian mengatakan Venous return di
bahwa merasa gatal daerah perianal (yang
31
dan nyeri di daerah disebut dengan efek
anus torniquet)
DO :
- Kulit perianal klien
nampak kemerahan, Aliran vena
dan terdapat terganggu
pembengkakan.
Tekanan perifer
meningkat-pelebaran
vena anus
(Hemoroid)
Peradangan pada
fleksusu
hemoroidalis
Prolaps vena
haemorhoidalis
Membesar di luar
rectum
Vena menegang
Ruptur Vena
Pendarahan
Oprasi
(haemoroidektomi)
Continuitas jaringan
rusak
32
Pelepasan
Prostaglandin
Nyeri di presepsikan
Gangguan Defekasi
Konstipasi
Tekanan perifer
meningkat-pelebaran
vena anus
(Hemoroid)
Peradangan pada
fleksusu
hemoroidalis
Prolaps vena
haemorhoidalis
33
Membesar di luar
rectum
Vena menegang
Ruptur Vena
Tekanan perifer
meningkat-pelebaran
vena anus
(Hemoroid)
Peradangan pada
fleksusu
hemoroidalis
Prolaps vena
haemorhoidalis
34
Membesar di luar
rectum
Vena menegang
Ruptur Vena
Pendarahan
Oprasi
(haemoroidektomi)
Continuitas jaringan
rusak
Pelepasan
prostaglandin
Nyeri di presepsikan
Gangguan defekasi
Konstipasi
Nyeri selama
eliminasi
35
c. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada are rektal atau
anal sekunder yang ditandai dengan DS: klien mengeluh nyeri
dibagian anus, DO: terdapat pembengkakan pada area anus saat
pemeriksaan DRE.
2) Intoleransi aktifitas b.d peradangan pada fleksus hemoroidalis yang
ditandai dengan DS: Klien mengatakan bahwa ia lemas dan tidak
mampu untuk melakukan aktifitas, DO: Klien nampak lemas
3) Gangguan rasa nyaman b.d gangguan defekasi, konstipasi yang
ditandai dengan DS: klien mengatakan bahwa ia merasakan perih
di area sekitar anus, klien mengatakan bahwa merasa gatal dan
nyeri di daerah anus, DO: klien perianal klien nampak kemerahan,
dan terdapat pembengkakan
4) Resiko syok (hipovolemi) b.d ruptur vena, pendarahan yang
ditandai dengan DS: klien mengatakan sulit BAB, DO: terdapat
pengerasan feces, konsistensi fecesnya keras seperti batu
5) Konstipasi b.d mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri
selama eliminasi yang ditandai dengan DS: klien mengatakan sulit
BAB, DO: terdapat pengerasan feces, konsistensi fecesnya keras
seperti batu
D. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
36
nyeri berkurang keluarga untuk mcari
dengan dan menemukan
mengguanakan dukungan
menejemen nyeri - Kontrol lingkungan
Mampu mengenali yang dapat
nyeri, skala intensitas, mengurangi nyeri
frekuensi dan tanda seperti suhu ruangan,
nyeri) pencahayaan dan
kebisingan
- Kurangi faktor
presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, dan
nonfarmakologi dan
interpersonal)
- Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
- Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan
dokter jika ada kluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
- Monitor penerimaan
pasien tentng
menejemen nyeri
-
2 Intoleransi aktifitas Energy conservation Activity Therapy
Activity tolerance - Kolaborasikan dengan
b.d peradangan pada
Self Care : ADLs Tenaga Rehabilitasi
fleksus hemoroidalis
medik dalam
Kriteria hasil:
Berpartisipasi dalam merencanakan
aktivitas fisik tanpa program therapi yang
disertai peningkatan tepat
TD, Nadi, dan RR. - Bantu klien untuk
Mampu melakukan mengidentifikasi
aktivitas sehari-hari aktivitas yang mampu
(ADLs) secara
dilakukan.
mandiri
- Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
37
yang sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi, dan sosial
- Monitor respon fisik,
emosi, social, dan
spiritual.
3 Gangguan rasa Ansiety - Gunakan pendekatan
nyaman b.d Fear Leavel yang menenangkan
gangguan defekasi, Sleep Deprivation - Nyatakan dengan jelas
Comfort, Readlines for harapan terhadap
konstipasi
Enchanced pelaku pasien
- Jelaskan semua
Kriteria hasil: prosedur dan apa yang
Mampu mengontrol dirasakan selama
kecemasan prosedur
Mampu mengontrol - Temani pasien untuk
nyeri memberikan
Kualitas tidur dan keamanan dan
istirahat yang adekuat mengurangi takut
Status kenyamanan - Dengarkan dengan
meningkat penuh perhatian
- Identifikasi tingkat
kecemasan
- Dorong pasien untuk
menungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
4 Resiko syok Syok prevention - Monitor sirkulasi BP,
(hipovolemi) b.d Syok management warna kulit, suhu
ruptur vena, kulit, denyut jantung,
Kriteria hasil: HR, dan ritme, nadi
pendarahan
Nadi dalam batas perifer, dan kapiler
yang diharapkan refill.
Irama jantung dalam - Monitor input dan
batas yang diharapkan output
Frekuensi nafas - Pantau nilai labor:
dalam batas yang HB, HT, AGD, dan
diharapkan elektrolit
Irama pernapasan - Monitor tanda awal
dalam batas yang syok
diharapkan - Berikan cairan IV dan
atau ora; yang tepat
- Ajarkan keluarga dan
pasien tentang
38
langkah untuk
mengatasi gejala syok
5 Konstipasi b.d Bowl elimination Syok prevention
Hydration
mengabaikan
- Monitor tanda dan
dorongan untuk Kriteria hasil: gejala konstipasi
Mempertahankan - Monitor bising usus
defekasi akibat nyeri
bentuk feses lunak - monitor feses:
selama eliminasi setiap 1-3 hari frekuensi, konsistensi
Bebas dari dan volume
ketidaknyamanan dan - konsultasi dengan
konstipasi dokter tenang
Feses lunak dan penurunan dan
berbentuk peningkatan bising
usus
- monitor tanda dan
gejala ruptur
usus/peritonitis
- jelaskan etiologi dan
rasionalisasi tindakan
terhadap pasien
- identifikasi faktor
penyebab dan
kontribusi konstipasi
- dukung intake cairan
- kolaborasikan
pemberian laksatif
- pantau tanda-tanda
dan gejala impaksi
- menyusun jadwal ke
toilet
- menginformasikan
pasien prosedur
penghapusan manual
dari tinja, jika perlu
- ajarkan pasien atau
keluarga tentang
proses pencernaan
yang normal
39
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wasir atau ambeien adalah kondisi patologis membengkak atau
meradangnya Hemorrhoid,struktur vaskular dalam saluran anus yang
membantu kontrol buang air besar. Dalam kondisi fisiologisnya, bagian ini
bertindak sebagai bantalan yang tersusun atas saluran arterio-
vena dan jaringan ikat.
Gejala patologis wasir bergantung pada jenisnya. Wasir internal
biasanya timbul bersama perdarahan rektum tanpa rasa nyeri, sedangkan
wasir eksternal dapat menunjukkan beberapa gejala atau jika terkena
trombosis akan ada nyeri signifikan dan pembengkakan di area anus.
Banyak orang secara keliru menganggap semua gejala yang muncul di
sekitar area anus dan rektum sebagai "wasir" dan bahwa penyebab serius
gejala tersebut harus disingkirkan. Sementara penyebab wasir yang
sesungguhnya belum diketahui, sejumlah faktor yang meningkatkan
tekanan intra-abdomen, khususnya konstipasi, dipercaya mempunyai andil
dalam perkembangan kondisi ini.
40
Perawatan awal untuk penyakit yang ringan hingga sedang
meliputi peningkatan konsumsi serat, cairan oral untuk menjaga
hidrasi, NSAID untuk membantu mengatasi nyeri, dan istirahat. Beberapa
prosedur kecil dapat dilakukan jika gejalanya parah atau tidak membaik
dengan penanganan konservatif. Pembedahan dibatasi hanya untuk pasien
yang tidak membaik setelah berbagai tindakan tersebut dilakukan.
Setengah dari seluruh populasi dapat mengalami wasir suatu saat di dalam
hidupnya. Hasil akhirnya biasanya baik.
B. Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : nuratif huda amir & kusuma hrdhi, 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan DiagnosaMedis dan Nanda Nic-Noc. Edisi 2.
Mediaction.jogjakarta
Brown, Jhon Struat. 1995. Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor hal. 184-189.
Kedokteran EGC: Jakarta
Dudley, Hugh A.F. 1992. ilmu Bedah Gawat Darurat Edisi 11 hal 506-508.
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-zadicamikh-6748-2-
babii.pdf
42
43