Anda di halaman 1dari 29

ASKEP LANSIA

DENGAN MASALAH SISTEM KARDIOVASKULER

Kelompok I :
Adriani Zahara (1721001)
Athiya Yumna Fadila (1721003)
Fauziah Hasbi (1721004)
Juli Nur Safitri (1721005)
Larassati (1721006)
M Rafi (1721007)
Rizky Ismiadi (1721010)
Nadya Fitri Ritonga (1921020)

Dosen Pengampu Ns. M Irwan, S.Kep, M.Kep


Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes Tengku Maharatu
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini dengan
judul “Askep Lansia dengan masalah Sistem Kardiovaskular” yang diberikan oleh
dosen pengampu yaitu Ns. M Irwan S.Kep, M.Kep.
Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan
makalah ini. Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Tidak lupa pada kesempatan ini kami
menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing saya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Kami membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca untuk


memperbaiki makalah di waktu yang akan datang. Harapan kami agar makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 29 April 2020

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian......................................................................................................3
B. Anatomi dan Fisiologi...................................................................................3
C. Penyakit.........................................................................................................5

BAB III ASKEP

A. Pengkajian.....................................................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................15
C. Intervensi.......................................................................................................15

BAB IV

A. Kesimpulan...................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................17

Daftar Pustaka..................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi
tubuh pun makin       menurun. Tak heran bila pada usia lanjut, semakin
banyak keluhan yang dilontarkan       karena tubuh tak lagi mau bekerja
sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam RS             Cipto Mangun kusumo, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia dalam suatu pelatihan         di kalangan kelompok
peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap   muncul pada
usia lanjut , yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari
immobility      (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh),
incontinence (inkontinensia), intellectual   impairment (gangguan
intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and
hearing      (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi),
Inanition (malnutrisi),       insomnia (ganguan tidur), hingga immune
deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).
Sumber lain menyebutkan, penyakit utama yang menyerang lansia
ialah             hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme
jantung, diabetes mellitus,             gangguan fungsi ginjal dan hati. Juga
terdapat berbagai keadaan yang khas dan sering              mengganggu
lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan,
penglihatan     dan pendengaran.
Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang
terlihat sebagai gejala-gejala kemuduran fisik, antara lain :
1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang
menetap
2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban
3. Gigi mulai lepas (ompong)

1
4. Penglihatan dan pendengaran berkurang
5. Mudah lelah dan mudah jatuh
6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah

Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :

1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik


2. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal
yang baru saja   terjadi
3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
4. Sulit menerima ide-ide baru

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Kardiovaskular ?
2. Bagaimana Anatomi dan Fisiologinya?
3. Penyakit apa saja yang sering terjadi pada Sistem Kardiovaskular pada
Lansia?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan nya?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Sistem Kardiovaskular.
2. Mengetahui Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskular.
3. Mengetahui Penyakit apa saja yang sering terjadi pada Sistem
Kardiovaskular pada Lansia
4. Mengetahui Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskular pada lansia

2
BAB II
TINJAU PUSTAKA

A. Pengertian
Penyakit kardiovaskuler (PKV) merupakan sebab kematian
terbesar pada popolasi usia 65 tahun keatas di seluruh dunia dengan
kematian lebh banyak di Negara sedang berkembang. Diseluruh dunia
didapatkan 50 juta kematian setiap tahun, 39 juta terdapat di negara sedang
berkembang. Diperkirakan penyakit kardiovaskuler merupakan 50 %
sebab kematian di negara industri maju dan ¼ kematian di negara sedang
berkembang (WHO, 1995).
Sistem kardiovaskuler sering disebut sebagai sistem transportasi
tubuh atau sistem peredaran darah. Sistem ini memiliki tiga komponen
utama, yaitu jantung, pembuluh darah, dan darah.
Jantung dan pembuluh darah memberikan oksigrn dan nutrient
setiap sel hidup yang perlukan untuk bertahan hidup. tanpa fungsi jantung
kehidupan akan berakhir. penurunan fungsi system kardiovaskuler (KV)
telah memiliki dampak system yang lainnya. namun, pada kondisi tanpa
penyakit yang berat jantung lansia mampu untuk menyediakan suplai
darah yang mengandung oksigen secara adekuat untuk memenuhi
kebutuhan tubuh.
Penyakit pada system kardiovaskuler yang sering terjadi pada
lansia umumnya adalah hipertensi, congestive heart failure (CHF), aritmia.

B. Anatomi Dan Fisiologi


Sistem kardiovaskuler sering disebut sebagai sistem transportasi
tubuh atau sistem peredaran darah. Sistem ini memiliki tiga komponen
utama, yaitu jantung, pembuluh darah, dan darah.
1. Jantung
Jantung merupakan organ tubuh yang paling berperan di dalam
sistem kardiovaskuler. Fungsi jantung adalah memompa darah ke

3
seluruh bagian tubuh. Lokasi jantung sendiri berada di dekat paru-
paru. Tepatnya di bagian kiri tengah dada.
Jantung terdiri dari 3 lapis yaitu :
a. Pericardium (lapisan luar) Merupakan lapisan pembungkus jantung
yang terdiri dari jaringan ikat.
b. Miokardium (lapisan tengah) Merupakan selaput jantung yang
terdiri dari 3 macam otot yaitu: atrium, ventrikel, dan serat khusus
c. Endokardium (lapisan dalam)
Lapisan dalam jantung yang berhubungan langsung dengan
ruangan dalam jantung terdiri dari jaringan epitel.

1. Pembuluh darah
a. Pembuluh darah jantung
Pada dinding jantung terdapat pembuluh darah yang memberikan
makanan terhadap otot jantung.
b. Pembuluh darah yang masuk
 Vena cava
Darah yang masuk ke atrium kiri keseluruh tubuh mengandung
co2.
 Vena pulmonalis
Darah masuk ke atrium kiri yang berasal dari paru-paru
mengadung o2.
a. Pembuluh darah yang masuk keluar
 Aorta
Darah keluar dari ventrikel kiri ke seluruh tubuh,
mengandung o2.
 Arteri pulmonalis
Darah keluar dari ventrikel kanan ke paru-paru
mengandung co2.
1) Darah
Darah terdiri atas plasma (55% dari volume darah) dan sel
(45%). Serum darah atau plasma terdiri dari :

4
Air : 91%
Protein : 8% (albumin, globulin, protrombin, dan
fibrinogen).
Mineral: 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam
dari kalsium, fosfor, magnesium, dan besi.
Sisanya diisi oleh sejumlah bahan organic yaitu :
glucose, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol dan
asam amino. Plasma juga terdiri dari: gas oksigen dan
karbondioksida, hormone-hormon, enzim dan antigen. Sel
darah terdiri atsa eritrosit, leukosit, dan trombosit.

C. Penyakit pada System Kardiovaskuler yang sering terjadi pada


Lansia
1. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darahpersisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan
tekanan diastoliknya diatas 90 mmhg.( smith tom, 1995 ) menurut
who, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmhg dan atau tekanan diastolic
sama atau lebih besar 95 mmhg ( kodim nasrin, 2003 ). Hipertensi
dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmhg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan
114 mmhg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115
mmhg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan
diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik
( smith tom, 1995 ).
2. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan – perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

5
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
6. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa
faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah:
 Umur ( jika umur bertambah maka td meningkat )
 Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
 Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah:
 Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
 Kegemukan atau makan berlebihan
 Stress
 Merokok
 Minum alcohol
 Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
- Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :

6
 Ginjal

 Glomerulonefritis

 Pielonefritis

 Nekrosis tubular akut

 Tumor

 Vascular

 Aterosklerosis

 Hiperplasia

 Trombosis

 Aneurisma

 Emboli kolestrol

 Vaskulitis

 Kelainan endokrin

 DM

 Hipertiroidismee

 Hipotiroidisme

 Saraf

 Stroke

 Ensepalitis

7
 SGB

 Obat – obatan

 Kontrasepsi oral

 Kortikosteroid

8
3. Tanda dan gejala
Menurut rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing lemas,
kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran
menurun.
4. Klasifikasi
 Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( darmojo, 1999 )
hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmhg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmhg. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih
besar dari 160 mmhg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmhg.
 Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu : hipertensi essensial ( hipertensi
primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakit lain.
5. Pemeriksaan penunjang
1) Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3) Glukosa
4) Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan
hipertensi )
5) Kalium serum

1
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
6) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
7) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
8) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
9) Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
10) Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
11) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
12) Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
13) IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
14) Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung
15) CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
16) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi

2
6. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
 Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
 Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5
gr/hr.
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
- Penurunan berat badan
- Penurunan asupan etanol
- Menghentikan merokok
 Latihan FisikLatihan fisik atau olah raga yang teratur dan
terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah
raga yang mempunyai empat prinsip yaitu : Macam olah raga
yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain

 Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita


hipertensi meliputi :

 Tehnik Biofeedback, adalah suatu tehnik yang dipakai untuk


menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

3
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

 Tehnik relaksasi, adalah suatu prosedur atau tehnik yang


bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,
dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

 Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ), tujuan pendidikan


kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

 Terapi dengan Obat,t ujuan pengobatan hipertensi tidak hanya


menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan
mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan
seumur hidup penderita.

2. Congestive Heart Failure (CHF)


a. Pengertian
CHF adalah ketidak mampuan jantung memompa kardiak
output secara adekut untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
CHF bukanlah suatu penyakit, tetapi ia merupakan faktor
presipitasi dari beberapa gejala. beberapa fktor yang berkontribusi
adalah usia, rheumatic heart disease, valvular heart disease, aritmia,
renal disease, DM, tirotoksikosis, miocard infark, cardiomyopathy,
emboli paru, infeksi, anemia, emosional stress, dan gaya hidup.
Usia berhubungan dengan kardiovaskular dan perubahan ginjal
yang berdampak pada gejala klinik CHF dan respon pengobatan
termasuk penurunan ginjal dan system aliran darah. meningkatnya

4
kekakuan arteri dan tahanan perifer, berkurangnya pengembangan
ventrikel dan berkurangnya kapasitas aerobik.
Pada lansia, ketidakmampuan menjaga fungsi dikarenakan
kongestif paru dan jantung dapat mengakibatkan siklus aktifitas yang
menurun dan menurunkan kemampuan melakukan perawatan diri.
b. Etiologi
1) Kerusakan otot jantung, misalnya pada:
 Penyakit jantung koroner.
 Miokaditis.
 Kardiomiopati.
 Defisiensi vitamin misalnya, penyakit beri-beri.
2) Pembebanan terhadap ventrikel
3) Hambatan pengisian ventrikel, misalnya pada miocard infark,
pericarditis konstriktifa.

c. Tanda dan gejala


1) Tanda dan gejala gagal jantung kiri:
 Paroxysmal nocturnal dispneu, ortopneu.
 Pernafasan cheyne stokes.
 Udema paru.
 Batuk, wheezing.
 Fungsi ginjal menurun.
 Lemah dan mudah lelah.
 Crackles pada auskultasi paru.
2) Tanda dan gejala gagal jantung kanan:
 Lelah yang memuncak pada sore hari.
 Kesulitan konsentrasi.
 Hepar membesar.
 Anoreksia, muntah, dan distensi abdominal.
 Edema tungkai dan asites.

5
d. Klasifikasi
Kelas Definisi
I Tidak ada keluhan pada akivitas sehari-hari
II Kelehan timbul pada aktivitas sehari-hari dan keluhan
hilang bila istirahat
III Keluhan timbul pada aktivitas ringan. tetapi keluhan
hilang pada istirahat
IV Kelahan timbul pada istirahat

e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah sesuai dengan
prinsip:
1) Istirahat, pengaturan posisi yang nyaman dan pemberian oksigen.
2) Cari sebab dab faktor pencetus
3) Diet rendah garam dan batasi cairan
4) Mengurangi retensi cairan dengan kolaborasi pemberian diuretika
5) Meningkatkan kontraktilitas jantung ( inotropik ) dengan digitalis
6) Menurunkan bban kerja jantung dengan pemberian vasodilator
f. Pemeriksaan penunjang
1) Foto torak: pembesaran jantung, adanya edem paru
2) EKG: kenaikan segmen st/t menunjukan penyebab gagal jantung
3) Enzim SGOT dan SGPT: peningkatan pada gagal jantung
4) Elektroli, bun, kreatinin meningkat: penurunan fungsi ginjal
5) AGD: untuk menilai keadekuatan PO2 menurun, PCO2
meningkat, pH menurun

3. Aritmia
a. Pengertian
Gangguan irama jantung atauaritmia merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada infark miokardium.aritmia atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh

6
konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (doenges, 1999). Aritmia
timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi
yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (price, 1994). Gangguan irama
jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga
termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (hanafi, 1996).
b. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
1) Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditiskarena infeksi)
2) Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3) Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-
obat anti aritmia lainnya
4) Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5) Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung
6) Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7) Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8) Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9) Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10) Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung)
c. Tanda dan gejala
1) Perubahan td ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menurun bila curah jantung menurun berat.
2) Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.

7
3) Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
4) Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan;
bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5) Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
d. Klasifikasi
1) Sinus takikardi meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang
penting pada ECG adalah : laju gelombang lebih dari 100 x per menit,
irama teratur dan ada gelombang p tegak disandapan i,ii dan avf.
2) Sinus bradikardi penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang
terpenting pada ecg adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur,
gelombang p tgak disandapan i,ii dan avf.
3) Komplek atrium premature impul listrik yang berasal di atrium tetapi
di luar nodus sinus menyebabkan kompleks atrium prematur,
timbulnya sebelu denyut sinus berikutnya. Gambaran ecg menunjukan
irama tidak teratur, terlihat gelombang p yang berbeda bentuknya
dengan gelombang p berikutnya.
4) Takikardi atrium suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh
suatu kompleks atrium prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat
nodus av.
5) Fluter atrium. Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium.
Depolarisasi atrium cept dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik
disandapan II,III dan atau aVF seperti gambaran gigi gergaji
6) Fibrilasi atrium Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan
atau daerah reentri multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom
sinus sakit
7) Komplek jungsional premature

8
8) Irama jungsional
9) Takikardi ventrikuler
e. Penatalaksanaan
1) Terapi medis Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a) Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
 Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau
flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan
aritmi yang menyertai anestesi. Dysopiramide untuk SVT akut
dan berulang
 Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
 Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b) Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade) Atenolol,
Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris
dan hipertensi
c) Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) Amiodarone,
indikasi VT, SVT berulang
d) Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) Verapamil,
indikasi supraventrikular aritmia

2) Terapi mekanis
a) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.

9
b) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan
gawat darurat.
c) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa
atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
d) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi
jantung.
f. Pemeriksaan penunjang
1) EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
2) Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3) Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
4) Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5) Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan
yang menyebabkan disritmia.
6) Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
7) Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya
obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8) Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.

10
9) Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10) GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat
menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

BAB III

Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan System  Kardiovaskuler

11
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan/Keperawatan
Keluhan Utama :
 Nyeri dada
 Sesak nafas
 Edema

Riwayat Kesehatan :

Digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan yang mencerminkan


refleksi perubahan dan sirkulasi oksigen.

 Nyeri lokasi, durasi, awal pencetus, kwalitas, kuantitas, faktor


yang memperberat/memperingan, tipe nyeri.
 Integritas neurovaskur mengalami panas, mati rasa, dan perasaan geli.
 Status pernasan sukar bernafas, nafas pendek, orthopnoe, paroxysmal
nocturnal dyspnoe dan efek latihan pada pernafasan
 Ganngguan sirkulasi, peningkatan berat badan, perdarahan, pasien sudah
lelah.
 Riwayat kesehatan sebelumnya, penyakit yang pernah diderita, obat-obat
yang digunakan dan potensial penyakit keturun,
 Kebiasaan pasien, diet, latihan, merokok dan minuman.

Riwayat Perkembangan :
Struktur system kardiovaskuler berubah sesuai usia.

 Efek perkembangan fisik denyut jantung.


 Produksi zat dalam darah
 Tekanan darah.

Riwayat Sosial :

 Cara hidup pasien.

12
 Latar belakang pendidikan
 Sumber-sumber ekonomi.
 Agama.
 Kebudayaan dan etnik.

Riwayat Psikologis :
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan
rencana asuhan keperawatan.

 Mengidentifikasi stress/sumber stress.


 Mengidentifikasi cara koping, mekanisme dan sumber-sumber coping.

2) Pengkajian Fisik
a. Jantung
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada
jantung. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung,
makapenting terlebih dahulu melihat pasien secara keseluruhan/keadaan
umum termasuk mengukur tekanan darah, denyut nadi, suhu badan dan
frekuensi pernafasan.
 Inspeksi
Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis. Mudah terlihat pada
pasien yang kurus dan tidak terlihat pada pasien yang gemuk atau
emfisema pulmonum.
Teknik:
 Posisi pasien setengah duduk dengan kemiringan ± 45º
 Leher diluruskan dan kepala menoleh sedikit kekiri pemeriksa di
kanan pasien

13
 Perhatikan vena jugularis eksterna yang terletak di
Dalam keadaan normal vena jugularis eksterna tersebut
kosong/kolaps.
 Vena jugularis yang terisi dapat disebabkan oleh :
 Payah jantung kanan (dengan atau tanpa jantung kiri). Tekanan
intra toraks yang meninggi.Tamponade jantung. Tumor
mediastinum yang menekan vena cavasuperior.
 Palpasi
Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut
jantung. Point of Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui
getaran yang terjadi ketika darah mengalir melalui katup yang
menyempit atau mengalami gangguan.

 Perkusi
Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan
pemeriksaan perkusi. Tujuannya adalah untuk menentukan batas
jantung (batas atas kanan kiri). Teknik perkusi menuntut penguasaan
teknik dan pengalaman, diperlukan keterampilan khusus. Pemeriksa
harus mengetahui tentang apa yang disebut sonor, redup dan timpani.

 Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama
jantung, bunyi jantung, murmur dan gesekan (rub Bunyi jantung perlu
dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung merupakan refleksi
dari membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik spesifik
dari dinding dada.

b. Pembuluh darah
 Inspeksi

14
Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan
sirkulasi perifer.
 Palpasi
Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan.
 Auskultasi
Pada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi arteri.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung
2. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap
kebutuhan tubuh.
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,
kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
4. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.

C. Rencana Intervensi
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala,
gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta
dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung, urine output
adekuat: 0,5 –2 ml/kgBB.
b. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2
terhadap kebutuhan tubuh
Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan, 
istirahat tidur tercukupi.
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,
kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
Tujuan: Pertumbuhan dan perembangan dapat mengikuti kurca tumbuh

15
kembang sesuai dengan usia.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan
dan perkembangan yang sesuia dengan usia, pasien terbebas dari isolasi
social.
d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: Bebas dari tanda – tanda infeksi.

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit kardiovaskuler (PKV) merupakan sebab kematian terbesar pada
popolasi usia 65 tahun keatas di seluruh dunia dengan kematian lebih banyak
di Negara sedang berkembang. Diseluruh dunia didapatkan 50 juta kematian
setiap tahun, 39 juta terdapat di negara sedang berkembang. Diperkirakan
penyakit kardiovaskuler merupakan 50 % sebab kematian di negara industri
maju dan ¼ kematian di negara sedang berkembang (WHO, 1995).
Penyakit pada System Kardiovaskuler yang sering terjadi pada Lansia :
Hipertensi, Congestive Heart Failure (CHF), Aritmia.

B. Saran
Diharapkan mahasiswa sebagai calon perawat dapat memahami tentang
system kardiovaskuler pada lansia dan mencari informasi serta wawasan
terbaru dari pokok permasalahan tersebut sehingga dapat melakukan askep
yang baik dan benar pada lansia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Martono, Hadi.,&Dharmojo, Boedhi.(1999).Geriatri.Jakarta:Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Kurniadi,Rizki(2013).Asuhan Keperawatan Aplikasi Nanda, diunduh pada


tanggal 29 April 2020
di http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/09/gangguan-sistem-
kardiovaskuler-pada_2872.html

Amien(2013).Askep Lansia dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler,


diunduh pada tanggal 29 April 2020
di http://amienselalutersenyum.blogspot.com/2013/06/askep-lansia-dengan-
gagngguan-sistem.html

Healty(2013).Askep Gangguan System Kardiovaskuler, diunduh pada tanggal


29 April 2029 di http://healthyusandart.blogspot.com/2013/01/askep-
gangguan-sistem-kardiovaskul

18

Anda mungkin juga menyukai