Anda di halaman 1dari 37

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

“ASKEP LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN”

OLEH :
KELOMPOK 2
1. Aurilia Juwita 5. Ulfa Indah
2. Rani Mayang Sari 6. Zulfan Efendi
3. Rizki Tri Rohikmana 7. Diar Finelsa
4. Sukmawati
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKes TENGKU MAHARATU PEKANBARU
2020
ASKEP LANSIA DENGAN
GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN
GANGGUAN-GANGGUAN PADA SISTEM
PERNAFASAN LANSIA

1. PNEUMONIA

2. TB PARU 4.
BRONKIEKTASI
3. ASMA S
5. EFUSI
PLEURA
1. PNEUMONIA
a. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah Salah satu penyakit peradangan akut parenkim


paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut
(INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk disertai dengan sesak nafas yang
disebabkan oleh agen infeksius seperti virus , bakteri, mycoplasma, dan
substansi asing , berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologi. (Nurarif,
2015)
b. Klasifikasi pneumonia

Menurut Department Kesehatan RI, Pneumonia


diklasifikasikan sebagai berikut
• Pneumonia berat
• Peumonia ringan
• Bukan pneumonia ( penyakit paru lain)
(Kemenkes, 2010).
c. Etiologi pneumonia
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
positif seperti streptococcus pnemonia, S. Aureus dan S. Pyogenesis. Bakteri gram
negatif seperti Haemophilus influenza, klabsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini di kenal sebagai penyebab utama pnemonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis sarini pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami imunosupresi.
c. Patofisiologi pneumonia

Pneumonia bakteri terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di udara.


Aspirasi organisme dari nasofaring ( penyebab pneumonia bacterial yang
paling sering ) atau penyebaran hematogen dari focus infeksi yang jauh.
Bakteri yang masuk melalui saluran pernafasan, masuk bronkiolus dan
alveoli lalu menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menimbulkan reaksi
peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam
alveoli dan jaringan intrastitial.
d. Manifestasi klinis pneumonia

•Kesulitan dan sakit pada saat bernapas


•Nyeri pleurutik, nafas dangkal dan mendengkur, takipnea
•Bunyi napas diatas area yang mengalami konsulidasi
•Mengecil, kemudian menjadi hilang, krekels, ronkhi, egofoni
•Gerakan dada tidak simetris
•Menggigil dan demam 38,8-41,10C, delirium
•Batuk kental, produktif
•Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan/berkarat.
e. Pemeriksaan penunjang pneumonia
1. Sinar X: mengidentifikasi distribusi struktural, dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, emfiema (staphyococcus), infiltrat menyebar atau terlokalisasi (bakterial),
atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar X dada
mungkin bersih
2. GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi
jarum, aspirasi transtrakheal, bronkoskopi fiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab.
4. JDL: leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pnemonia bakterial.
Pemeriksaan serologi: titer virus atau legionella, aglutinin dingin.
f. Penatalaksanaan pneumonia
1. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan petunjuk
penemuan kuman penyebab infeksi (hasil kultur sputum
dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi).
2. Pengobatan umum
3. Terapi oksigen
4. Hidrasi, bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat
dehidrasi dilakukan secara parenteral
4. Fisioterapi
5. Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu
diubah-ubah untuk menghindari pneumonia hipografik,
kelemahan dan dekubitus.
2. TB PARU
a. Definisi TB PARU
TB Paru merupakan penyakit infeksi penting saluran napas bagian
bawah. Basil mikobakterium tuberculosa tersebut masuk kedalam jaringan
paru melalui saluran napas (droplet infeksion) sampai alveoli, terjadilah
infeksi primer (ghon). Selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening
setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke).
Tb Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (harrison,
2002).
b. Etiologi TB PARU

Penyebab dari TB PARU adalah kuman


Mycobacterium teberculosa. Sejenis kuman yang
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm
dan tebal 0,3-0,6/mm.
Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak
(lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman
lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun
dalam keadaan dingin (dapat bertahan-tahan
dalam lemari es).
c. Tanda dan gejala TB PARU
1. Berkeringat
2. Batuk disetai dahak lebih dari 3 minggu

3. Sesak napas dan nyeri dada


4. Badan lemah, kurang enak badan pada malam hari walau
tanpa kegiatan
5. Berat badan menurun (penyakit infeksi TB paru dan ekstra paru,
misnadiary).
d. Pemeriksaan diagnostik TB PARU
1. KULTUR SPUTUM : Mikobakterium tuberkolosis positif pada tahap
akhir penyakit
2. TES TUBERKALIN : Mantolix test reaksi positif (area indurasi 10-15
mm terjadi 48-72 jam)
3. FOTO TORAKS : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas: pada tahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas: pada
aktivitas bayangan, berupa cincin: pada klasifikasi tampak bayangan bercak-
bercak padat dengan densitas tinggi
4. BRONCHOGRAFI : Untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan
paru karen Tb paru
5. DARAH : Peningkatan leukosit dan laju endapan darah (LED)
6. SPIROMETRIA : Penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
e. Pengobatan TB PARU
Pengobatan tuberkolosis terbagi menjadi 2 fase yaitu:
fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).
Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan
obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah rifampisin, INH, pirasinamid,
streptomisin dan etambutol.
Sedangkan jenis obat tambahan adalah kanamisin,
kulnolon, makvolide, dan amoksilin ditambah dengan asam
klavulanat, derivat rifampisin/INH.
3. ASMA
a. Definisi Asma
Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif
yang ditandai oleh spasme otot polos bronkiolus.
Asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang
disebabkan oleh penyempitan yang intermiten pada
saluran napas di banyak tingkat mengakibatkan
terhalangnya aliran udara.
b. Etiologi asma
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang
reversible yang disebabkan oleh:
• Kontraksi otot disekitar bronkus sehingga
terjadi penyempitan jalan nafas
• Pembengkakan membran bronkus
• Terisinya bronkus oleh mukus yang kental
• Temperatur
• Ansietas
c. Tanda dan gejala Asma
1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar
dengan/tanpa stetoskop
2. Batuk produktif, sering pada malam hari

3. Nafas atau dada seperti tertekan,


ekspirasi memanjang
d. Pemeriksaan diagnostik Asma
1. Pemeriksaan test kulit → untuk menunjukkan adanya alergi dan adanya
antibodi kadar Ig E yang spesifik dalam tubuh.
2. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E serum → untuk menyokong
adanya penyakit atopi
3. Pemeriksaan analisa gas darah → dilakukan dengan pasien asma berat
4. Pemeriksaan eosinofil damal darah → jumlah eosinofil total dalam
darah sering meningkat
5. Pemeriksaan sputum → untuk menilai adanya misellium aspergius
fumigatus
6. Radiologi → dilakukan apabila dan kecurigaan terhadap proses patologik
dipar
e. Penatalaksanaan Asma

2. Pengobatan non Medika Mentosa


1. Pegobatan Medika Mentosa
a. Waktu serangan
a. Waktu serangan
• Pemberian O2
• Bronkodilator
• Korkhosteroid • Pastural drainase
• Ekspektoransia • Pemberian cairan
• Antihistamin • Menghindari paparan alergen
• Antibiotika b. Diluar serangan
b. Diluar serangan • Pendidikan
• disodium chomoglycate (DSCG) • Immunoteraphy/desensitasi
• ketotijen • Pelayanan / kontrol emosi
• Terapi asma
Lanjutan Penatalaksanaan

• Tujuan pelaksanaan terapi asma


Menyembuhkan dan menendalikan gejala asma
Mencegah kekambuhan
Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta
mempertahankan
Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal
Menghindari efek samping obat asma
Mencegah obstruksif jalan nafas yang irreversible
f. Komplikasi asma

• Status asmatikus
• Pneumothorax
• Asidosis respiratorik
• Gagal nafas
• Kematian
4. BRONKIEKTASIS
a. Definisi Bronkiektasis
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari
pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan
kerusakan komponen elastis dan muscular dinding bronkus.
Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi
dari bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis
berulang dan memanjang,aspirasi benda asing, atau
massa (mis. Neoplasma) yang menghambat lumen
bronchial dengan obstruksi.
b. Etiologi bronkiektasis

Infeksi
Kelainan heriditer atau kelainan konginetal
Faktor mekanis yang mempermudah timbulnya
infeksi
Sering penderita mempunyai riwayat pneumonia
sebagai komplikasi campak, batuk rejan, atau penyakit
menular lainnya semasa kanak-kanak.
c. Tanda dan gejala bronkiektasis
Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak
terutama pada pagi hari,setelah tiduran dan berbaring.

Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2


minggu atau tidak ada gejala sama sekali ( Bronkiektasis
ringan )

Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak


kurang lebih 200 - 300 cc, disertai demam, tidak ada
nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri
pleura, dan lemah badan kadang-kadang sesak nafas
dan sianosis, sputum sering mengandung bercak
darah,dan batuk darah.
d. Pemeriksaan penunjang bronkiektasis
1. Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan sputum meliputi Volume sputum, warna sputum, sel-sel dan
bakteri dalam sputum.
• Pemeriksaan darah tepi.
• Pemeriksaan urina
• Pemeriksaan EKG
• Pemeriksaan tambahan untuk mengetahui faktor predisposisi dilakukan
pemerisaan :
• Pemeriksaan imunologi
• Pemeriksaan spermatozoa
• Biopsi bronkus dan mukosa nasal( bronkopulmonal berulang).
2. Pemeriksaan Radiologi
• Foto dada PA dan Lateral
• Pemeriksaan bronkografi
4. EFUSI PLEURAL
a. Definisi Efusi pleural

Efusi pleural adalah Penumpukan cairan di dalam


ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun
biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat
berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat,
eksudat, atau dapat berupa darah atau pus.
b. Etiologi efusi pleural

1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena


adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis,
penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor
ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang
(tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses
amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura,
karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena
trauma.
c. Tanda dan gejala efusi pleural
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita
akan sesak napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan
nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril
(tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat.
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah
pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah
ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
d. Pemeriksaan penunjang efusi pleura
1. Pemeriksaan radiologik (Rontgen dadaUltrasonografi
2. Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui
kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat
jenis.
3. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan
gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah
merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase,
laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi
untuk sel-sel malignan, dan pH.
4. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan
d. Penatalaksanaan efusi pleural
1. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk
mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan
ketidaknyamanan serta dispneu
2. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan
specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
3. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam
beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan
nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks.
4. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin
dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang
pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
5. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi
dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1. PNEUMONIA
DIAGNOSA
Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi
sputum.
Gangguan pertukaran gas b/d pneumonia.
Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder
terhadap pneumonia.
Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru
Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan
berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas
mulut/hiperventilasi, muntah).
2. TB PARU
DIAGNOSA
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan,
upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
hiperventilasi yang ditandai dengan takipneau atau RR
lebih dari normal
Gangguan keseimbangan  nutrisi, kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, batuk yang
sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia,
penurunan kemampuan finansial.
3. ASMA
DIAGNOSA
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
sekresi mukus yang kental.
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan distensi dinding
dada.
Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan keletihan.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang penyakit dan pencegahan.
4. BRONKOIKTASIS
DIAGNOSA

Gangguan Pertukaran Gas berhubungan


dengan perubahan suplai oksigen
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Hipertermi
Resiko Infeksi berhubungan dengan
akumulasi secret jalan napas
5. EFUSI PLEURAL
DIAGNOSA
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas, mucosa sekret berlebihan.
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom
hipoventilasi yang ditandai dengan dispnea dan penggunaan otot
aksesorius pernapasan
Nyeri akut berhubungan dengan agen injury: fisik ditandai dengan
mengkomunikasikan nyeri secara verbal
Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan tubuh
primer (cairan tubuh statis), prosedur invasif
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan
Cemas berhubungan dengan status kesehatan

Anda mungkin juga menyukai