Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.NY " Y " DENGAN MASALAH


PERNAFASAN DI RUANG NICU RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB

OLEH :

SUMIYATI
NIM : 105 STYJ 21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2021
BAB 1
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari suatu infeksi saluran nafas bawah akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk
disertai sesak nafas yang disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma, dan substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologi (Nurarif, 2015).
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan
oleh agen infeksisus (Smeltzer & Bare, 2001: 571). Pneumonia adalah peradangan paru
yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun jamur (Medicastore).
Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering menyebabkan kematian.
Pneumoni aadalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantong-kantong
udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak
bisa bekerja. Karena inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita
pneumonia bisa meninggal.
B. Etiologi
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptoccus
pneumonia, melalui selang infuse oleh staphylococcus aureus sedangkan pada
pemakaian ventilator oleh P. Aerugiinosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena
perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi
lingkungan, penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Setelah masuk keparu-paru organisme bermultiplikasi dan, jika telah berhasil
mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia. Selain diatas penyebab
terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya yaitu:
1. Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Diplococus pneumonia,
Pneumococcus, Streptococcus Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, Basilus
friendlander (Klebsial pneumonia), Mycobacterium tuberculosis. Bakteri gram positif
yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia, streptococcus
aureus dan streptococcus pyogenis.
2. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum disebabkan oleh virus
influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus merupakan
penyebab utama pneumonia virus. Virus lain yang dapat menyebabkan pneumonia
adalah Respiratory syntical virus dan virus stinomegalik.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung. Jamur yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma Capsulatum,
Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus
Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.
4. Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
5. Mycoplasma pneumonia
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom Loeffler
C. Manifestasi Klinis
Nurarif menyebutkan (2015) manifestasi klinis pada penderita pneumonia yaitu:
1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel,
gelisah, malaise, anoreksia, keluhan gastrointestinal.
2. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batk, takipneu, ekspektorasi sputum,
cuping hidung, sesak napas, merintih, dan sianosis.
3. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus
melemah, suara napas melemah, dan ronchi.
4. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak dada tertinggal di daerah efusi, perkusi
pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, friction rub, nyeri dada karena iritasi
pleura, kaku kududk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi),
5. Nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus
kanan bawah).
Sedangkan menurut Price (2006) manifetasi klinis dari pneumonnia, yaitu:
1. Pneumonia bakterial
Tanda dan gejala pneumonia pneumococus bersifat mendadak, disertai menggigil,
demam, nyeri pleuritik, batuk, dan sputum yang berwarna seperti karat. Ronki basah
dan gesekan pleura dapat terdengar diatas jaringan yang terserang, pernafasan cuping
hidung, penggunaan otot-otot aksesoris pernafasan.
2. Pneumonia virus
Tanda dan gejalanya yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, myeri otot dan
kelemahan, nadi cepat, dan bersambungan (bounding).
3. Pneumonia aspirasi
Tanda dan gejalanya yaitu produksi sputum berbau busuk, dispnea berat, hipoksemia,
takikardi, demam, tanda infeksi sekunder.
4. Pneumonia mikoplasma
Tanda dan gejalanya yaitu nadi meningkat, sakit kepala, demam, faringitis.
D. Patofisiologi
Pneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh bakteri
yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan paru. Bakteri pneumokok
ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan tenggorokkan, menembus
jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah mengikuti aliran darah sampai ke paru-
paru dan selaput otak. Akibatnya timbul peradangan pada paru dan daerah selaput otak.
Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret sehingga terjadi demam, batuk
produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus
maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan
atelektasis.Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas,
dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan
produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga pleura.
Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari
pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas, hipoksemia,
asidosis respiratorik, sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan
terjadinya gagal napas. Pathway terlampir.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus).
Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
b. Biopsi paru adalah untuk menetapkan diagnosis
c. Pemeriksaan darah.
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-40.000/m dengan pergeseran
LED meninggi.
d. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui paru-paru apakah masih berfungsi, menetapkan luas berat penyakit
dan membantu diagnosis keadaan.

e. Pemeriksaan serologi untuk membantu dalam membedakan diagnosis organisme


khusus
f. Bronkostopi untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
g. Spirometrik statik untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
h. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,bronskoskopi fiberoptik, atau
biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab, seperti bakteri dan
virus. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi
langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi
cara ini tidak rutin dilakukan karena sulit.
F. Penatalaksanaan
a. Oksigen 1-2 L/menit
b. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1. + KCI 10 mEq/500 ml cairan
c. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikkan suhu, dan status hidrasi.
d. Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
e. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
betagnosis untuk memperbaiki transport mukosilier
f. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
g. Antibiotik untuk kasus pneumonia community base:
1) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base:
3) Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
4) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
h. Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg
sehari atau Tetrasiklin 3-4 hari mg sehari. Obat-obatan ini meringankan dan
mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat
sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer
seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simptomatik seperti :
1) Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
2) Simptomatik terhadap batuk.
3) Batuk yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
4) Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
5) Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang
mempunyai spektrum sempit.
G. Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat, akan mengakibatkan komplikasi. Komplikasi dari
pneumonia / bronchopneumonia adalah :
a. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan
masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga
tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke
dalam dan timbul efusi.
b. Efusi pleura adalah terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura,
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang,
d. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial,
e. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
f. Empiema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
h. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
i. Rusaknya jalan nafas.
BAB II
KOSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

A. Pengkajian
Menurut Rohmah dan Walid (2019) pengkajian adalah proses melakukan
pemeriksaan atau penyelidikan oleh seseorang perawat untuk mempelajari kondisi
pasien sebagai langkah awal yang akan dijadikan pengambilan keputusan klinik
keperawatan. Oleh karena itu pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat
sehingga seluruh kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien pneumonia
pengkajian meliputi:
1. Biodata pasien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,
diagnose medis.
2. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien Bronkopneumonia adalah sesak napas.
3. Riwayat perjalanan penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang dirsakan pasien seperti lemah, sianosis, sesak napas, adanya suara
napas tambahan (ronchi dan wheezing), batuk, demam, sianosis daerah mulut dan
hidung, muntah, diare.
b. Riwayat penyakit dahulu
Dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC Paru, trauma.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
c. Riwayat penyakit keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab pneumonia seperti Ca Paru, asma, TBC Paru dan lain
sebagainya.
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat perokok.
b. Pola nutrisi
Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntal karena peningkatan rangsangan
gaster sebagai dampak peningkatan toksisk mikrorganisme.
c. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan
evaporsi karena demam
d. Pola istirahat/tidur
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya sesak
nafas.
e. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan pasien akan menurun karena adanya kelemahan fisik
5. Pemeriksaan fisik
a. Head to toe
b. Data Fokus

B. Analisa data
No Symptom Etiologi Problem
1 DS : - Normal (sistem pertahanan Bersihan jalan
DO : nafas tidak
terganggu)
1. Batuk tidak efektif efektif
Organisme
2. Tidak mampu batuk
Stapilokokus
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing dan Trombus

ronchi Toksin, coagulase


5. Mekanium di jalan nafas Permukaan lapisan pleura tertutup

tebal eksudat trombus vena

pulmonalis

Nekrosis hemoragik

Produksi sputum meningkat

Bersihan jalan napas tidak efektif

2 DS : Abses pneumatocele (kerusakan Pola nafas


1. Dispnea tidak efektif
jaringan parut)
DO :
Pola napas tidak efektif
1. Penggunaan otot bantu
pernapasan
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola nafas abnormal (mis.
Takipnea, bradipnea,
hiperventilasi)
3 DS : Virus Intoleransi
1. Mengeluh lelah aktivitas
Kuman patogen mencapai bronkioli
2. Dispnea saat aktivitas
terminalis merusak sel epitel
3. Mengeluh lemah
bersilia, sel goblet
DO :
1. Frekuensi jantung Cairan edema + leukosit ke alveoli

meningkat >20% dari Konsolidasi paru


kondisi istirahat Kapasitas vital, compliance
2. Tekanan darah berubah
menurun, homeragik
>20% dari kondisi istirahat
Intoleransi aktivitas
3. Gambaran EKG
menunjukkan iskemia dan
aritmia saat aktivitas
4. Sianosis
4 DS : - Saluran napas bagian bawah Hipertermia
DO : pneumokokus
1. Suhu tubuh diatas nilai
Eksudat masuk ke alveoli
normal
Alveoli
2. Kulit merah
3. Kejang Sel darah merah, leukosit,

4. Takikardi pneumokokus mengisis


5. Takipnea alveoli
6. Kulit terasa hangat
Leukosit + fibrin mengalami

konsolidasi

Leukositosis

Suhu tubuh meningkat

Hipertermi
C. Diagnosis Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya eksudat pada alveoli
akibat infeksi
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.
3. Intoleransi aktivitas
4. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolik.

D. Intervensi
No Diagnosa keperawatan INTERVENSI
(SDKI) SLKI SIKI
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan intervensi Observasi
efektif b.d sekresi yang keperawatan diharapkan 1. Monitor pola nafas
tertahan dibuktikan bersihan jalan nafas meningkat 2. Monitor bunyi nafas
dengan : dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi kemammpuan
a. Sputum berlebih a. Batuk efektif meningkat batuk
b. Batuk tidak efektif b. Produksi sputum menurun 4. Monitor sputum (jumlah,
c. Tidak mampu batuk c. Mengi menurun warna, aroma)
d. Mengi, Wheezing atau d. Wheezing menurun 5. Monitor tanda dan gejala
ronchi kering e. Dispnea menurun infeksi saluran nafas
e. Dispnea f. Frekuensi nafas membaik 6. Monitor adanya retensi
f. Pola nafas berubah g. Pola nafas membaik sputum
g. Frekuensi nafas h. Sulit bicara menurun
bertambah Teraupetik
h. Sulit bicara 7. Posisikan semi fowler
8. Berikan minum air hangat
9. Lakukan suction selama 15
detik
10.Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
11.Anjurkan asupan carian 2000
ml/hari
12.Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
13.Kolaborasi pemberian
broncodilaor
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Observasi
b.d deformitas dindng keperawatn diharapkan pola 1. Monitor pola nafas
dada, dbuktikan dengan : nafas membaik dengan kriteriia (frekuensi, kedalaman, usaha
a. Penggunaan otot bantu hasil : nafas)
pernapasan a. Kapasitas vital membaik 2. Monitor bunyi nafas
b. Fase ekspirasi b. Tekanan ekspirasi meningkat tambahan (gurgling, mengi,
memanjang c. Tekanan inspiasi meningkat wheezing, ronchi)
c. Dispnea d. Dispnea menurun 3. Auskultasi bunyi nafas
d. Pola nafas abnormal e. Penggunaan otot bantu nafas 4. Monitor saturasi oksigen
(takipnea, bradipnea, menurun
hipoventilasi) f. Frekuensi nafas membaik Teraupetik
e. Pernafasan cuping
g. 5. Posisikan semi fowler
hidung 6. Lakukan fisioterapi dada
f. Tekanan ekspirasi 7. Berikan oksigen, jika perlu
g. Tekanan inspirasi
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian obat
3 Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
tirah baring, kelemahan, keperawatan diharapkan 1. Monitor kelelahan fisik
ketidak seimbanga anatara toleransi aktivitas meningkat 2. Identifikasi kemampuan
suplai dan kebutuhan, dengan kriteria hasil : berpartisipasi dalam aktivitas
Dibuktikan dengan : a. kemudahan dalam tertentu
a. Mengeluh lelah melakukan aktivitas sehari-
b. Frekuensi jantung hari meningkat Teraupetik
meningkat b. Kekuatan tubuh bagian atas 3. Latihan gerak pasif dan aktif
c. Dispnea dan bawah meningkat 4. Libatkan keluarga dalam
d. sianosis c. Keluhan lelah membaik aktivitas
Dispnea saat aktivitas menurun
Edukasi
5. Anjurkan melakukan
aktiviats bertahap

Kolaborasi
Kolaborasi pemeberian obat
4 Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan intervensi Observasi
penyakit (infeksi keperawatan diharapkan 1. Identifikasi penyebab
mycobacterium), termogulasi membaik dengan hipertermia
Dibuktikan dengan : kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh
a. Suhu tubuh diatas a. Menggigil membaik 3. Monitor warna dan suhu
nilai normal b. Kejang menurun kulit
b. Kejang c. Takikardi membaik
c. Takikardi d. Takipnea membaik Teraupetik
d. Takipnea e. Suhu tubuh membaik 4. Longgarkan atau lepaskan
e. Kulit terasa hangat f. Suhu kulit membaik pakaian
g. Tekanan darah membaik 5. Berikan cairan oral
h. Ventilasi membaik 6. Lakukan kompres dingin
7. Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien

Edukasi
8. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian cairan
elektrolit
10.Kolaborasi pemberian obat

E. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang
dilakukan secara mandiri maupun dengan kolaborasi dengan multidisiplin yang lain.
Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien
dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana
yang sudah dibuat (Patrisia et al., 2020)
F. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
memandingkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang diharapkan.
Evaluasi juga dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya
memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin
dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria
hasil (Patrisia et al., 2020)
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogakarta: Mediaction
Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Keragka Kualifikasi
Nasional Indonesia) (Edisi 1). AR-RUZZ Media (diakses tanggal 2 november 2021,
jam 08,21).
Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A.
D., Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada
Kebutuhan Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis. (diakses tanggal 2 november
2021, jam 8,40).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.

Anda mungkin juga menyukai