Anda di halaman 1dari 23

Aulia Subhan (71180811077)

Bazlin Syabrina Wiranda (71180811020)

Dina Aulia Lestari (71180811064)

Mutiara Sari (71180811103)

SGD 3 Rava Olga Sari (71180811017)

Renal Pratama Nasution (7115080030 )

Rianti Yudella Sonya (71180811001)

Rini Fadilla (71180811060)

Sarah Diva Tumanggor (71180811013)

Taufik Hakiki Sitorus (71180811110)


Penyakit system pernapasan

Jenis-jenis penyakit system pernapasan


pada parenkim paru :

Tuberculosis
Pneumonia Edema paru
Paru
Pneumonia
Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratory, alveoli,
dan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.

Pneumonia disebabkan oleh parasite, bakteri, virus, dan jamur.


Insidensi pneumonia
 Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang
tinggi diseluruh dunia. Pneumonia merupakan bentuk infeksi saluran napas bawah
akut di parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%.
 Pneumonia terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun
pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu
atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.
 Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang-orang lanjut usia, sering terjadi
pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan pada pasien penyakit lain
seperti diabetes mellitus, payah jantung, penyakit arteri coroner, keganasan,
insufisiensi renal, penyakit syaraf kronik, dan penyakit hati kronik.
Patogenesis
 proses pathogenesis pneumoni terkait dengan 3 factor yaitu
keadaan(imunitas) inang, mikroorganisme yang menyerang pasien dan
lingkungan yang berinteraksi satu sama lain.
 Cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya
infeksi melalui droplet sering disebabkan oleh streptococcus
pneumonia, melalui selang infus oleh staphylococcus aureus dan
infeksi pada pemakaian ventilator oleh p.aeruginosa dan enterobacter.
Patofisiologi pneumonia

 Pneumonia : poliferasi mikroba yang pathogen pada tingkat alveolar


 Mikroba pathogen masuk ke saluran napas bawah dengan berbagai cara → silia
dan nasal konka → menangkap partikel yang besar → udara masuk ke
tracheobronkial tree → mekanisme airway lining
 Aspirasi → reflex muntah atau mekanisme batuk. Disini berperannya sel mukosa
orofaring yang memiliki flora normal yang menempel dan memiliki fungsi untuk
mengikat bakteri yang pathogen.
 Mikroba terlalu kecil (untuk ukuran alveolar) akan dibunuh dan dibersihkan oleh
makrofag alveolar → pathogen ditelan oleh makrofag.
 Ketika makrofag alveolar sudah melampui batas kemampuannya → makrofag alveolar
akan memulai respon inflamasi dengan tujuan untuk meningkatkan pertahanan pada lower
respiratory tract → memicu sindrom klinis pneumonia
 Saat terjadi inflamasi → dilepas mediator inflamasi → menyebabkan demam
 Contoh Mediator inflamasi :
i. - Interleukin I(IL-1) → berperan mengontrol leukosit dan merupakan sitokinin polipeptida
ii. Tumor necrosis factor (TNF) → berperan dalam pertahanan pejamu untuk infeksi
bakteri;virus
 Akan dilepaskan juga kemokin (IL-8) → menstimulasi pelepasan neutrophil →
leukositosis
 Jika leukositosis meninggi maka akan meningkat sekresi nanah.
 Pada ARDS (acute respiratory distress syndrome/sindrom gangguan
pernapasan akut) → mediator inflamasi (yg dikeluarkan oleh makrofag)
dan neutrophil yang baru → menyebabkan kebocoran pada kapiler
alveolar → menghasilkan infiltrate radiologi, rales terdeteksi pada
auskultasi
 Terjadi hipoksemia, karena pengisian alveolar.
Hipoksemia merupakan menurunnya O2 dalam darah, khususnya diarteri,
merupakan tanda adanya masalah pernapasan → sesak napas.
Diagnosa Banding

 1. bronchitis akut(flu pada dada) → peradangan dan pembengkakan pada saluran


napas paru-paru. Pulih dalam beberapa hari tetapi batuknya lebih dari beberapa
minggu.
 2. bronchitis kronis → batuk setiap hari disertai dahak, minimal 3 bulan, 2 tahun
berturut-turut. Penyakit ini berisiko penyebab PPOK
 3. Gagal jantung
 4. Emboli paru → arteri pulmonalis mengalami penyumbatan, akibat adanya
gumpalan darah
 5. pneumonia aspirasi → komplikasi aspirasi paru, masuknya makanan, asam
lambung, air liur atau benda asing ke dalam paru yang akan memicu infeksi disertai
pertahanan tubuh berupa batuk.
Pemeriksaan fisis
 Inspeksi
→ kelainan di paru dapat menyebabkan kelainan di luar paru ; clubbing, cyanose,
pembendungan pembuluh darah dileher, dada, perut dan kaki.
→ dengan inspeksi kita dapat memperkirakan kelainan-kelainan pada pemeriksaan-
pemeriksaan selanjutnya ; thorax emphisematus, thorax paralitikus ataupun pectus
excavatum.
 Palpasi
→ dilakukan untuk menentukan kelainan dinding thorax, kelainan yg lebih dalam seperti
kelenjar getah bening, keadaan mamae, dan letak trachea. → dilakukan untuk melihat
pergerakan thorax : palpasi dengan jari-jari pada sisi thorax sedangkan ibu jari diletakkan
sejajar dekat garis tengah sehingga letakkan simetris
→ dilakukan juga untuk megetahui fremitus suara : pemeriksaan getaran suara dengan
menyuruh pasien untuk mengucapkan angka 77
 Perkusi
→ Dengan perkusi kita dapat menentukan kelainan-kelainan paru ataupun menentukan
batas paru-paru sebagai organ yang mengandung udara dengan organ lain yang padat dan
tidak mengandung udara seperti batas jantung dan batas paru hati.
→ kelainan paru yang menyebabkan suara beda ialah efusi pleura, kolaps paru, fibrosis,
pelebaran pleura, peninggian diaphragm dan tumor.

 Auskultasi
→ dengan auskultasi kita dapat mendengarkan bising pernapasan dan bising tambahan
→ bising pernapasan : bising tracheal, bising bronchial, bising vesikuler, bising amforik
→ bising tambahan : ronki basah dan ronki kering
Etiologi pneumonia

 Mikroorganisme :
 1. bakteri pathogen : streptococcus pneumonia(bakteri gram positif. Organisme
anaerob fakultatif), legionella(bakteri gram negative.organisme aerob)
 2. virus : adenovirus, influenza, dan parainfluenza virus
 3. jamur : candida sp
 4. protozoa : entamoeba histolitica dan toxoplasma gondii
Pemeriksaan penunjang

 Radiologis : photo thorax ; untuk melihat adanya kavitas atau infiltrate


 Tes darah : untuk memastikan keberadaan infeksi dan identifikasi jenis
mikroorganisme dan untuk mengetahui kadar leukosit darah
 Tes urine : untuk mengidentifikasi bakteri streptococcus pneumonia dan
legionella pneumonia.
 Pemeriksaan sputum : sputum harus dikumpulkan didalam sputum cup selama 24
jam dan dinilai mengenai jumlah, konsistensi dari warna sputum, konsistensi dari
warna sputum
Pneumonia dikelompokkan menjadi :

1. Pneumonia komunitas
2. Pneumonia nosocomial
1. Pneumonia komunitas

 Pneumonia komunitas sering disebut juga dengan pneumonia didapat (acquired) ialah pneumonia
yang terjadi di luar rumah sakit.
 Pneumonia dalam hal ini adalah suatu infeksi paru yang terjadi baik oleh karena inhalasi maupun
yang melalui sirkulasi.
 Bakteri penyebab pneumonia komunitas :
i. S. pneumonia
ii. H. influenza
iii. Basilus gram negative
iv. M. pneumonia
v. C. pneumonia
vi. L. pneumonia
vii. influenza
Gejala klinis pneumonia komunitas
 gejala tergantung pada penyebab pneumonia.
 Terdapat juga tanda utama pada penyakit ini yaitu demam, sesak napas, dan nyeri
dada.
 Pada pneumonia yang disebabkan oleh pneumokokus mempunyai trias gejala
yaitu demam tinggi 5-10 hari pertama, komplikasi empisema, meningitis, dan
pericarditis, dan memburuknya keadaan pernapasan.
Penatalaksanaan pneumonia komunitas

 Antibiotik diberikan berdasarkan etiologinya. Pada tipe atipikal diberikan


eritromisin sedangkan pada gram negative dapat diberikan sefalosporin dan
penisilin spectrum luas.
 Bila terdapat hipoksemia dapat diberikan O2, sehingga pO2 paling sedikit 60
mmHg dan saturasi Hb 90%
 Bila terdapat tanda-tanda kegagalan pernapasan dapat dilakukan intubasi dan
mekanik ventilasi
 Pemberian mukolitik dan mukokinetik untuk mengurangi konsistensi viskositas
dari sputum
 Ekspektorat juga dapat dibantu denan postural drainage, perkusi dada, fibrasi, dan
latihan batuk dengan ekspirasi yang panjang
2. Pneumonia nosokomial
 Pneumonia nosocomial adalah pneumonia yang didapat selama perawatan rumah sakit,
terutama pada usia lanjut, setelah operasi dan pada penggunaan ventilator.
 Penyebab pneumonia nosocomial :
i. Aspirasi lambung
ii. Aspirasi toraks
iii. Penggunaan penghambat histamine tipe II, penggunaan alat-alat nebulizer, alat pelembab,
pipa nasogastric, pipa endotrakeal, dan pemberian makanan melalui enteral
 Menurut “pusat pengendalian dan pencegahan penyakit di Amerika, bila sudah satu syarat
dibawah ini terpenuhi, maka dapat dimasukkan ke dalam pneumonia nosocomial. Bila
pasien yang dimaksud dirawat di RS, maka didapatkan gejala-gejala selama perawatan sbb:
i. Ronki basah diseluruh paru : sputum yang purulent, adanya mikroorganisme yang dapat
dibuktikan, dan kuman pathogen dapat ditemukan dari biopsy transtrakeal
ii. Pada pemeriksaan radiologis dapat dilihat bayangan konsolidasi yang progresif sampai
efusi pleura
iii. Pasien dengan usia kurang dari 12 bulan yang mendapat 2kali serangan apnea, takipnea,
bradipnea dan wheezing
Gejala klinis pneumonia nosocomial
 Sesak napas yang progresif
 Batuk
 Sputum yang purulent
 Sering terselubung dengan emboli paru, intoksikasi dan alergi, ARDS, dan
dekompensasi jantung.
Penatalaksanaan pneumonia nosocomial
 Pengecatan sputum secara langsung serta pengenalan keluhan klinis yang terjadi harus
dilakukan tanpa menunggu hasil biakan
 Atas pertimbangan klinis dan pengecatan sputum maka dapat dibuat skema pengobatan :

Klinis Pengecatan sputum langsung terapi


Tidak berat Gram negative B.Lactam
Tidak berat Gram negative alergi terhadap B.Lactam Azbeonam/fluorokuinolones

Tidak begitu berat Gram positif Vankomisin


Tidak begitu berat Gram positif dan gram negative Penisilin dengan spectrum luas

Berat Gram positif dan gram negative Antibiotik untuk anaerob +


B.Lactam
Berat-intubasi Gram negative flora alergi terhadap B.Lactam Azbeonam + aminonoglikosida

Sangat berat Alergi terhadap B.Lactam Vankomisin/azbeonam/metronidas


ol

Anda mungkin juga menyukai