Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS PNEUMONIA

Oleh:

IRWAN HAMID

144012256

POLITEKNIK KESDAM VI BANJARMASIN

2024/2025
LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

I. KONS
EP
MEDI
S
A. PENGE
RTIAN
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkim paru
yang biasanya dari suatu infeksi saluran nafas bawah akut (INSBA) dan
ditandai dengan gejala batuk disertai sesak nafas yang disebabkan oleh
agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma, dan substansi asing,
berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat
dilihat melalui gambaran radiologi (Nurarif, 2015).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan
(paru-paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun mikroorganisme
lainnya (Kemenkes RI, 2019).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai
saluran pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk
dan sesak napas. Hal ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius
seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing
yang berupa eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada
paru-paru (Abdjul & Herlina, 2020).

B. KLASIF
IKASI
Menurut Departemen Kesehatan RI, pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pneumonia berat Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bawah ke dalam pada waktu menarik nafas.
2. Pneumonia ringan Bila disertai dengan adanya peningkatan frekuensi pola nafas
3. Bukan pneumonia (penyakit paru lain) Tidak ditemukan adanya
perubahan frekuensi pola nafas dan tidak ada tarikan dinding dada pada
saat bernafas.
C. ETIOLOGI
Menurut Nurarif (2015), etiologi pneumonia terdiri dari:
1. Bacteria: pneumococcus, streptococcus hemolytikus, streptococcusaureus,
haemophillus influenzae, mycobacterium tuberculosis.
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Jamur: hitoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans, blastornyces dermatitides
Aspirasi: makanan, kerosene (minyak tanah,bensin), cairan amnion, benda asing)
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit menahun,
trauma pada paru, anestesia, aspirasi dan pengobatan dengan antubiotik yang tidak
sempurna (Ngastiyah, 2015).

D. PATOFISIOLOGI
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena
eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus, saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi,
respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan obstruksi jalan nafas. Sebagian besar
pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti menghirup bibit penyakit di
udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi dihidung atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan
epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel
tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler dan juga dengan mekanisme imun
sistemik dan humoral. Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu
mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah
melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus
maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah
besar.
Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sistem limpatik
dapat mencapai bakteri sampai darah atau pleura viceral. Jaringan paru menjadi
terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi 13
terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-left shunt dengan
ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi
meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5 oC sampai
40,5 oC).
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin ketika bernapas dan batuk.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea (25 sampai 45 kali pernapasan/menit)
dan dyspnea, prtopnea ketika disangga.
4. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat
peningkatan suhu tubuh (Celcius).
5. Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi
mikroplasma, atau infeksi organisme Legionella.
6. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri
pleuritik, myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum mucoid atau
mukopurulen dikeluarkan.
7. Pneumonia : pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral.
8. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau hijau,
bergantung pada agen penyebab
9. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang dengan masalah pneumonia
adalah :
1. Sinar X : Mengidentifikasikan distribusi struktural (misalnyanya: lobar, bronchial),
dapat juga menyatakan abses.
2. Pemeriksaan gram/ kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan fingsi paru : untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronchoskopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain :
1. Pleuritis : Peradangan pada selaput pembungkusau paru-paru atau pleura
2. Atelektasis : Keadaan dimana paru-paru tidak dapat mengembang dengan sempurna
akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
3. Empiema : Adanya pus pada rongga pleura
4. Abses paru: Penyakit yang menyerang organ paru-paru karena infeksi bakteri yang
menyebabkan jaringan paru-paru menjadi bernanah
5. Edema pulmonary: Suatu keadaan dimana cairan merembes keluar dari pembuluh
darah kecil paru ke dalam kantong udara dan daerah disekitarny
6. Infeksi super perikarditis: Peradangan yang terjadi pada selaput pembungkus jantung
(perikardium)
7. Meningitis: Infeksi yang menyerang selaput otak
8. Arthritis: Suatu penyakit dimana persendian mengalami peradangan (biasanya terjadi
pada kaki dan tangan)

H. PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan pneumonia antara lain:
1. Manajemen Umum
a. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan
b. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2
c. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia, pasien harus
didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan
kemampuan ventilator.
d. Hidrasi: pemantauan asupan dan keluaran, cairan tambahan untuk
mempertahanakan hidrasi dan mencairkan sekresi
2. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada : mungkin diperlukan jika masalah
sekunder seperti emfisema terjadi.
3. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi uji resistensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien pneumonia perlu diberikan terapi secepatnya maka biasanya
diberikan oantibiotik golongan Penicillin G untuk infeksi pneumonia virus,
Eritromicin, Tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan
pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari kondisi pasien
sebagai langkah awal yang akan dijadikan pengambilan keputusan klinik keperawatan.
Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh
kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien peneumonia pengkajian
meliputi :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan
2. Identitas Pennggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien Bronkopneumonia adalah sesak napas
b. Riwayat Keluhan Utama
Keluhan utama disertai Keluhan lain yang dirasakan klien seperti lemah,
sianosis, sesak napas, adanya suara napas tambahan (ronchi dan wheezing),
batuk, demam, sianosis daerah mulut dan hidung, muntah, diare)
c. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC Paru, trauma.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab pneumonia seperti Ca Paru, asma, TBC Paru dan lain
sebagainya.
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat perokok.
b. Pola nutrisi
Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena peningkatan rangsangan
gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikrorganisme.
c. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan
evaporasi karena demam
d. Pola istirahat/tidur
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya sesak
nafas.
e. Pola aktfitas dan latihan
Aktifitas dan latihan klien akan menurun karena adanya kelemahan fisik
5. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
b. Data Fokus

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus
pneumonia menurut PPNI (2017) sebagai berikut
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
3. Hipertermia (D.0130)
4. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
5. Defisit nutrisi (D0019)
6. Intoleran aktivitas (D.0056)

C. INTERVENSI

SLKI-SIKI
Diagnosa Keperawatan
NO
(SDKI) SLKI SIKI

1. D0001 Setelah dilakukan Observasi


Bersihan pada jalan nafas intervensi keperawatan 1. Monitor pola nafas
b.d sekresi yang tertahan. diharapkan bersihan jalan 2. Monitor bunyi nafas
Dibuktikan dengan : nafas meningkat dengan 3. Identifikasi
- Sputum berlebih kriteria hasil : Kemampuan batuk
- Batuk tidak efektif - Produksi sputum 4. Monitor sputum
- Tidak mampu batuk menurun (jumlah, warna, aroma)
- Mengi, Wheezing, - Mengi menurun 5. Monitor tanda &
atau ronki kering - Wheezing menurun gejala infeksi saluran
- Dispnea - Frekuensi nafas dalam nafas
- Pola nafas berubah rentang normal
- Frekuensi nafas - Batuk efektif meningkat Teraupetik
bertambah - Pola nafas meningkat 6. Posisikan semi fowler
7. Berikan minum air hangat
8. Lakukan suction selama 15
detik
9. Berikan oktisgen, jika perlu

Edukasi
10. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
11. Ajarkan teknik
batuk efektif

Kolaborasi
12. Kolaborasi
pemberian
broncodilaor
2. D0005 Setelah dilakukan Observasi
Pola nafas tidak efektif intervensi keperawatan 1. Monitor pola nafas
b.d deformitas dinding diharapkan pola nafas (frekuensi, kedalaman,
dada. Dibuktikan dengan : membaik dengan kriteria usaha nafas)
- Penggunaan otot bantu hasil : 2. Monitor bunyi nafas
pernapasan - Kapasitas vital membaik tambahan (Gurgling, mengi,
- Fase ekspirasi - Tekanan ekpirasi wheezing, ronki)
memanjang meningkat 3. Auskultasi bunyi nafas
- Dispnea - Tekanan inspirasi 4. Monitor saturasi oksigen
- Pola nafas abnormal meningkat
(takipnea, bradipnea, - Dyspnea menurun Teraupetik
hipoventilasi) - Penggunaan otot bantu 5. Posisikan semi fowler
- Pernafaan cuping nafas menurun 6. Lakukan fisioterapi dada
hidung - Frekuensi nafas 7. Berikan oksigen, jika
- Tekanan ekspirasi membaik perlu Kolaborasi
menurun 8. Kolaborasi pemberian
- Tekanan inspirasi bronkodilator
menurun

3. D0130 Setelah dilakukan Observasi


Hipertermia b.d proses intervensi keperawatan 1. identifikasi penyebab
penyakit (infeksi diharapkan termogulasi hipertermia
mycobacterium membaik dengan kriteria 2. monitor suhu tubuh
tuberculosis). Dibuktikan hasil : 3. monitor warna dan suhu
dengan : - menggigil membaik kulit
- suhu tubuh diatas nilai - kejang menurun
normal - takikardi membaik Teraupetik
- kejang - takipnea membaik 4. longgarkan atau lepaslan
- takikardi - suhu tubuh membaik pakaian
- takipnea - suhu kulit membaik 5. berikan cairan oral
- kulit terasa hangat - tekanan darah membaik 6. lakukan kompres dingin
- ventilasi membaik 7. sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien

Edukasi
8. anjurkan tirah baring

Kolaborasi
9. kolaborasi pemberian
cairan elektrolit
10. Kolaborasikan pemberian
antipiretik
4. D0003 Setelah dilakukan Observasi
Gangguan pertukaran gas intervensi keperawatan
b.d ketidakseimbangan diharapkan pertukaran gas 1. Monitor frekuensi, irama,
ventilasi-perfusi. meningkat dengan kriteria kedalaman dan upaya nafas
Dibuktikan dengan : hasil : 2. Monitor adanya sumbatan
- Dispnea - Dispnea menurun jalan nafas
- Takikardi - Bunyi nafas tambahan 3. Auskultasi bunyi nafas
- Bunyi nafas tambahan mnurun 4. Monitor saturasi oksigen
- PCO2 - Pusing menurun 5. Monitor kecepatan aliran
meningkat/menurun - Penglihatan kabur oksigen
- P02 menurun menurun 6. Monitor kemampuan
- Pusing - Gelisah menurun melepaskan oksigen saat
- Penglihatan kabur - Nafas cuping hidung makan
- Sianosis menurun
- Gelisah - PCO2 membaik
- Nafas cuping hidung - PO2 membaik Teraupetik
- Pola nafas abnormal - Takikardia membaik
- Kesadaran menurun - Sianosis membaik 7. Pertahankan kepatenan jalan
- Pola nafas membaik nafas
8. Berikan oksigen tambahan jika
- Warna kulit membaik
perlu

Kolaborasi

9. Kolaborasi penentuan dosis


oksigen
10. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan
tidur
5. D.0019 Setelah dilakukan Observasi
Defisit nutrisi b.d intervensi keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi
peningkatan kebutuhan diharapkan status nutrisi 2. Identifikasi makanan yang
metabolisme. Dibuktikan membaik dengan kriteria disukai
dengan : hasil : 3. Identifikasi kebutuhan
- Nafsu makan menurut - Berat badan membaik kalori dan jenis makanan
- Berat badan menurun - Indeks masa tubuh 4. Monitor asupan makanan
- Bising usus hiperaktif membaik (IMT) 5. Monitor mual & muntah
- Membrane mukosa - Frekuensi makan 6. Monitor berat badan
pucat membaik
- Sariawan - Nafsu makan membaik Teraupetik
- Membrane mukosa 7. Lakukan oral hygiene
membaik sebelum makan
8. Berikan makanan yang
tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
9. Berikan makanan yang
tinggi protein dan tinggi
kalori
10. Berikan suplemen
makanan

Edukasi
11. Anjurkan posisi duduk
12. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
13. Kolaborasikan pemberian
medikasi sebelum makan
6 D.0056 Setelah dilakukan Observasi
Intoleransi aktivitas b.d intervensi keperawatan 1. monitor kelelahan fisik
tirah baring, kelemahan, diharapkan toleransi 2. identifikasi
ketidakseimbangan antara aktivitas meningkat dengan kemampuan
suplai dan kebutuhan kriteria hasil : berpartisipasi dalam
oksigen. Dibuktikan - kemudahan dalam aktivitas tertentu
dengan : melakukan aktivitas
- Mengeluh lelah sehari-hari meningkat Teraupetik
- Frekuensi jantung - kekuatan tubuh bagian 3. latihan gerak pasif dan aktif
meningkat atas dan bawah 4. libatkan keluarga
- Dyspnea meningkat dalam aktivitas
- sianosis - keluhan lelah membaik
- dispneu saat aktivitas Kolaborasi
menurun 5. anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap

D. IMPLEMENTASI
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang dilakukan
secara mandiri maupun dengan kolaborasi dengan multidisiplin yang lain. Perawat
bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien dan
berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana
tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang
sudah dibuat (Patrisia et al., 2020)

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
membandingkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang diharapkan.
Evaluasi juga dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya
memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai
serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria hasil
(Patrisia et al., 2020).
PATHWAY

Normal (system Organisme


pertahanan) terganggu

Virus Saluran nafas bagian Stapilokokus


bahwah Termokokus
Kuman patogen mencapai
Trombus
bronkioli. Terminalis
Eksudat masuk ke alveoli
merusak sel epitel bersila,
sel globlet Toksin, Koagulase
Sel darah merah leukosit.
Pneumokukus mengisi
Cairan edema + leukosit
alveoli Permukaan lapisan pleura
ke alveoli
tertutup tebal eksudat
trombus vena pulmunalis
Konsulidasi Paru Leukosit+fibrin
mengalami konsolidasi
Nekrosis hemoragik
Kapasitas vita,
kompliance menurun, Leukositosis
hemoraagik
Produksi Abses
Peningkatan suhu tubuh sputum pneumotocele
Kelemahan meningkat (kerusakan
jaringan perut)
Hipertermia
Intoleransi Aktivitas Batuk
D.0130
D.0056 Pola nafas tidak
Distensi efektif
abdomen
Gangguan Bersihan jalan D.0005
Pertukaran Gas nafas tidak
efektif Mual,
D.0001 muntah
Defisit Nutrisi
D.0001
D.0019
Intake nutrisi
kurang
DAFTAR PUSTAKA

Abdjul, R. L., & Herlina, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan
Pneumonia : Study Kasus Indonesian Jurnal of Health Development. Indonesian Jurnal of
Health Development, 2(2), 102–107. https://ijhd.upnvj.ac.id/index.php/ijhd/article/view/40

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018].
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan- indonesia/Data-
dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction

Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A. D.,
Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada Kebutuhan
Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis. (diakes tanggal 15 juni 2021, jam 15.00)

Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media. (diakes tanggal 17 juni 2021, jam 11.50)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta

Selatan

Anda mungkin juga menyukai