BRONKIOLITIS
OLEH:
2. Etiologi
Beberapa penyebab dari bronkiolitis, yaitu :
a. Sebagian besar oleh Syncytial virus (50-90%)
b. Parainfluenza
c. Rhinovirus
d. Adenovirus
e. Influenza
f. Mycoplasma pneumoniae
g. Metapneumovirus (Dewi, 2018).
3. Patofisiologi
Bronkiolitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas
bagian atas yang disebabkan virus, parainfluenza, dan bakteri.
Bronkiolitis akut ditandai obstruksi bronkiole yang disebabkan oleh
edema, penimbunan lendir serta debris- jebris seluler. Karena tahanan
terhadap aliran udara di dalam tabung berbanding terrbalik dengan
pangkat tiga dari tabung tersebut, maka penebalan kecil yang pada
dinding brokiolus pada bayi akan mengakibatkan pengaruh besar atas
aliran udara. Tekanan udara pada lintasan udara kecil akan meningkat
baik selama fase inspirasi maupun selama fase ekspirasi, karena jari-jari
suatu saluran nafas mengecil selama ekspirasi, maka obstruksi
pernafasan akan mengakibatkan terrperangkapnya udara serta
pengisian udara yang berlebihan.
Proses patologis yang terjadi akan mengganggu pertukaran gas
normal di dalam paru-paru. Ventilasi yang semakin menurun pada
alveolus akan mengakibatkan terjadinya hipoksemia dini. Retensi
karbon dioksida (hiperkapnia) biasanya tidak terjadi kecuali pada
penderita yang terserang 3 hebat. Pada umumnya semakin tinggi
pernafasan, maka semakin rendah tekanan oksigen arteri. Hiperkapnia
biasanya tidak dijumpai hingga kecepatan pernafasan melebihi 60 x /
menit yang kemudian meningkat sesuai dengan tachipnea yang terjadi
(Sariasih,2018).
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dari bronkiolitis akut biasanya didahului oleh
infeksi saluran nafas bagian atas, disertai dengan batuk pilek beberapa
hari, biasanya disertai kenaikan suhu atau hanya subfebris. Anak mulai
menderita sesak nafas. makin lama makin berat, pernafasan dangkal dan
cepat, disertai serangan batuk. Terlihat juga pernafasan cuping hidung
disertai retraksi interkostal dan suprasternal, anak menjadi gelisah dan
sianotik. Pada pemeriksaan terdapat suara perkusi hipersonor, ekspirium
memenjang disertai dengan mengi (Wheezing). Ronchi nyaring halus
kadang-kadang terdengar pada akhir ekpirasi atau permulaan ekpirasi.
Pada keadaan yang berat sekali, suara pernafasan tidak terdengar
karena kemungk:inan obtruksi hampir total. Foto rontgen menunjukkan
paru-paru dalam keadaan hipererasi dan diameter antero posterior
membesar pada foto lateral. Pada sepertiga pasien ditemukan bercak di
sebabkan atelektasis atau radang.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gambaran darah tepi
dalam batas normal, kimia darah menunjukkan gambaran asidosis
respiratorik maupun metabolik. Usapan nasofaring menunjukkan flora
bakteri normal. Bila menjumpai pasien atau bayi anak di bawah umur 2
tahun yang menunjukkan gejala pasien asma, harus hati-hati karena
dapat terjadi pada pasien dengan bronkiolitis akut. Bedanya, pasien
asma akan memberikan respon terhadap bronkodilator, sedangkan
pasien brokiolitis akut tidak (Dewi, 2018).
5. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
a. Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan
polimorfonuklear atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan
prognosis buruk, dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
b. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gambaran darah tepi
dalam batas normal, kimia darah menunjukkan gambaran asidosis
respiratorik maupun metabolik. Usapan nasofaring menunjukkan flora
bakteri normal.
c. Pemeriksaan radiologis : Foto dada anterior posterior, hiperinflasi
paru, pada foto lateral, diameter anteroposterior membesar dan
terlihat bercak honsolidasi yang tersebar.
d. Analisa gas darah : Hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis
metabolik, atau respiratorik
6. Penatalaksanaan Medis
a. Oksigen 1 – 2 L / menit
b. IVFD dextrose 10 %; Na Cl 0,9 % = 3 : 1 + KCl 10 mq / 500 ml cairan
c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastrik dengan feading drip.
d. Jika sekresi lendir berlebih dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier.
e. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
f. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
1) Untuk kasus bronkiolitis community base :
a) Ampicillin 100 mg / Kg BB / hari dalam 4 hari pemberian.
b) Chloramfenikol 75 mg / Kg BB / hari dalam 4 kali pemberian 2)
Untuk kasus bronkiolitis hospital base :
a) Cefotaxim 100 mg / Kg BB / hari dalam 2 hari pemberian.
b) Amikasin 10 - 15 mg / Kg BB / hari dalam 2 kali pemberian
1 Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji frekuensi pernafasan 1. Pengkajian yang sering akan
pertukaran keperawatan, diharapkan anak dan iramanya setiap menjamin fungsi pernafasan
gas gangguan pertukaran gas jam. Jika anak mengalami yang adekuat.
berhubungan membaik dengan criteria hasil : gangguan pernafasan, 2. Takikardia dapat disebabkan
dengan edema 1. Tachipnea berkurang (30-60 auskultasi bunyi nafas, adanya hipoksia atau pengaruh
bronkial dan x/menit) lakukan fisioterapi dada, penggunaan bronkodilator.
peningkatan 2. Bunyi napas tambahan dan informasikan Oksigen akan membantu
produksi mucus 3.
menurun pengobatan pernafasan mengurangi kegelisahan
2 Bersihan Setelah dilakukan asuhan 1. Auskultasi area paru 1. Penurunan aliran udara terjadi
Jalan Nafas keperawatan, diharapkan 2. Auskultasi bunyi nafas kaji pada area konsolidasi dengan
tak efektif
berhubungan gangguan pertukaran gas frekuensi /kedalaman cairan.
dengan membaik dengan criteria hasil : pernafasan dan 2. Takipnea, pernafasan dangkal
meningkatnya
1. Produksi sputum menurun pergerakan dada. dan gerakan dada tidak
sekresi
sekret/lendir. 2. Mengi berkurang Observasi vital sign simetris, sering
3.
3. Frekuensi napas membaik terutama respirasi tiap 4 terjadi karena
jam. ketidaknyamanan dinding dada
(30-60 x/menit)
Beri posisi fowler / semi dan cairan paru.
4. 3.
fowler sesuai kebutuhan Membantu mengetahui
toleransi pasien perkembangan pasien
Kolaborasi dalam 4. Memungkinkan upaya nafas
5. pemeriksaan DL tiap hari lebih dalam dan kuat serta
Berikan minuman air menurunkan ketidaknyamanan
6. hangat dada.
5. Mengetahui perkembangan
7. Delegatif atau kolaboratif 6. kondisi pasien
dalam pemberian obat 7. Air hangat memobilisasi dan
bronkodilator sesuai mengeluarkan sekret.
indikasi Alat untuk menurunkan spasme
bronkus dengan memobilisasi
sekret.
4. Evaluasi
Dokumentasi pada tahap evaluasi adalah membandingkan secara
sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang
telah ditetapkan dengan kenyataan yang ada pada klien, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari
rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
Evaluasi keperawatan diklasifikasikan menjadi 2, evaluasi formatif dan
sumatif. Evaluasi formatif adalah aktivitas dari proses keperawatan dan
hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan serta harus dilaksanakan
segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk
membantu menilai efektivitas intervensi tersebut. Sedangkan evaluasi
sumatif merupakan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan (Dinarti & Mulyanti,
2017).
DAFTAR PUSTAKA