Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKITIS PADA ANAK

Disusun oleh :
Indah Kurnia Sari (144012247)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESDAM VI BANJARMASIN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKITIS

I. KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN
Bronkitis adalah peradangan pada saluran bronkial, menyebabkan pembengkakan
yang berlebihan dan produksi lendir. Batuk, peningkatan pengeluaran dahak dan sesak
napas adalah gejala utama bronchitis (Alifariki, 2019).
Bronkitis juga merupakan peradangan (inflamasi) pada selaput lendir (mukosa)
bronkus. Peradangan ini mengakibatkan permukaan bronkus membengkak (menebal)
sehingga saluran pernapasan relatif menyempit (Revi & Marni, 2020).
Bronkitis merupakan salah satu kondisi teratas pasien yang membutuhkan

perawatan medis. Hal ini ditandai dengan batuk akut, produksi dengan atau tanpa sputum,
dan tanda- tanda infeksi saluran pernapasan bawah tanpa penyakit paru obstruktif kronik,
pneumonia dan sinusistis. Bronkitis akut dicirikan dengan batuk yang bertahan selama
1- 3 minggu (Fajara et al., 2021).

B. KLASIFIKASI
1. Bronkitis akut
Bronkitis akut biasanya dikarenakan flu serta infeksi lain di saluran pernafasan,
biasanya bronkitis akut mulai membaik dalam waktu beberapa hari ataupun
beberapa pekan.
2. Bronkitis Kronis
Bronkitis kronis merupakan iritasi atau radang yang bertempat pada saluran nafas
yang harus ditangani dengan serius. Seringkali bronkitis kronis disebabkan karena
merokok (Magfiroh et al., 2021).
C. ETIOLOGI
Penyebab penyakit bronkitis serindiri disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,
Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie
virus. Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur. Selain
penyakit infeksi, bronkitis dapat pula disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti
bahan fisik atau kimia serta faktor risiko lainnya yang mempermudah seseorang
menderita bronkitis misalnya perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran
nafas atas kronik (Alifariki, 2019).

D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya bronkitis itu bisa diakibatkan oleh paparan infeksi maupun non infeksi.
Apabila terjadi iritasi maka timbulah inflamasi yang mengakibatkan vasodilatasi,
kongesti, edema mukosa, dan bronko- spasme. Hal ini dapat menyebabkan aliran udara
menjadi tersumbat, oleh sebab itu mucocilliary defence pada paru mengalami
peningkatan serta kerusakan, dan cenderung lebih mudah terjangkit infeksi, pada saat
timbulnya infeksi maka kelenjar mukus akan terjadi hepertropi serta hiperplasia
sehingga meningkatnya produksi sekret dan dinding bronkial akan menjadi tebal
sehingga aliran udara akan terganggu.
Sekret yang mengental dan berlebih akan mengganggu dan alian udara menjadi
terhambat baik itu aliran udara kecil maupun aliran udara yang besar. Pembengkakan
bronkus serta secret yang kental akan mengakibatkan rusaknya jalan pada pernafasan
dan terganggunya pertukaran gas pada alveolus terutama pada saat ekspirasi.
Saluran

pernapasan akan terperangkap di distal paru dan mengalami kolaps. Rusaknya hal
tersebut dapat mengakibatkan menurunnya ventilasi alveolar, asidosi, dan hipoksia
(Magfiroh et al., 2021).

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang sering ditemukan adalah batuk lebih dari 2 minggu disertai lendir
atau dahak, kemudian dahak dalam jumlah sedikit, tetapi makin lama makin banyak.
Jika terjadi infeksi maka dahak tersebut berwarna keputihan dan encer, namun jika
sudah terinfeksi akan menjadi kuning, kehijauan, dan kental. Pada pemeriksaan
fisik akan
terdengar bunyi ronkhi pada dada dan pada pemeriksaan penunjang biasnya dengan foto
rontgen akan ditemukan adanya bercak pada saluran napas (Alifariki, 2019).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang dengan masalah pneumonia
adalah :
1. Pemeriksaan foto toraks anteror — posterior dilakuakan untuk menilai derajat
progersifitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif menahun.
2. Pemeriksaan gram/ kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Hasil pemeriksaan laboratotium menunjukan adanya perubahan pada peningkatan
eosinofil (berdasarkan pada hasil hitungan jenis darah)

G. KOMPLIKASI
Bronkitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi bronitis kronis,
sedangkan bronkitis kronis memungkinkan anak mudah mendapat infeksi. Gangguan
pernapasan secara langsung sebagai akibat bronkitis kronis ialah bila lendir tetap
tinggal di dalam paru akan menyebabkan terjadinya atelektasis atau bronkiektasis,
kelainan ini akan menambah penderitaan pasien lebih lama.

H. PENATALAKSAAN
Pemberian masing-masing obat didasarkan pada kebutuhan dan diagnosa pasien.
Obat yang sering diberikan kepada pasien berdasarkan persentase dari yang tertinggi
adalah golongan mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, kortikosteroid dan antihistamin
(Fajara et al., 2021).
1. Mukolitik yaitu obat untuk meredakan batuk, dengan mekanisme kerja mengurangi
viskositas lendir karena dapat memutus ikatan sulfide. Mukolitik untuk meredakan
batuk yang merupakan gejala bronkitis akut, yaitu refleks untuk menghilangkan
benda asing selain udara yang merangsang saluran pernapasan. Mukolitik seperti
Mucotein (Erdostein). Mucos Syr, Mukolitik (Ambroxol) dan Mucos Drop.

2. Levopront Syr (Levodropropizin)


3. Kortikosteroid merupakan turunan dari hormon kortikosteroid yang dihasilkan oleh
kelenjar adrenal dan memiliki mekanisme kerja memengaruhi kecepatan sintesis
protein. Hormon pada kelenjar tersebut menghambat respon inflamasi. Kortikosteroid
jenis triamsinolon paling banyak digunakan pada pasien anak dengan diagnosa
bronchitis
4. Pulmicort yang digunakan adalah bentuk sediaan nebulizer karena kelebihan dari
nebulizer diantaranya sangat mudah digunakan pada anak terutama bayi karena
tidak membutuhkan koordinasi yang maksimal dengan pasien, mampu
menghantarkan larutan obat dalam bentuk aerosol sekaligus dapat diatur konsentrasi
dan dosisnya dan pasien lebih mudah untuk menghirup obat. Budesonide yang
terkandung dalam Pulmicort cepat diserap dalam jaringan dan memiliki durasi
lama pada saluran napas, sehingga dapat memperbaiki secara signifikan pada
fungsi paru .
5. Ekspektoran membuat lendir menjadi encer dengan cara meningkatkan jumlah cairan,

serta merangsang pengeluaran lendir dari saluran pernapasan. Mekanisme kerja


bronkodilator adalah melebarkan pipa saluran napas. Teofilin yang merupakan
kandungan dari Theobron memiliki aksi antiinflamasi ringan yang poten.
Salbutamol termasuk golongan SABA (Short Acting Bronchodilator Agent) yang
memiliki aksi bronkodilatasi yang baik dan berefek lemah pada stabilisasi sel mast
sehingga efektif untuk pengobatan.
6. Antihistamin meredakan batuk yang diakibatkan oleh alergi disertai hidung meler,
dengan mekanisme kerja histamin berikatan dengan reseptor H1 pada sel target,
sehingga sekresi mukus meningkat. Sebagian besar pasien pada penelitian ini
diberikan antihistamin. Obat antihistamin yang digunakan dalam pengobatan
bronkitis akut ini adalah sirup Cetirizine, Profilas, sirup dan drop Intrizin dan CTM
tablet. Pengobatan pada bronkitis akut sebagian besar merupakan terapi
simptomatis, yaitu pengobatan yang digunakan untuk meringankan gejala bronkitis
akut. Namun, ada beberapa pasien yang diberikan antibiotik jika pasien tersebut
mengalami infeksi bakteri.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan
pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari kondisi pasien
sebagai langkah awal yang akan dijadikan pengambilan keputusan klinik keperawatan.

Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh
kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien peneumonia pengkajian
meliputi :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan
2. Identitas Pennggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien bronchitis adalah batuk kering atau batuk berdahak
b. Riwayat Keluhan Utama
Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan bronkitis bervariasi tingkat
keparahan dan lamanya. Bermula dari gejala batuk — batuk saja, hingga
penyakit akut dengan manifestasi klinis yang berat.sebagai tanda — tanda
terjadinya toksemia klien dengan bronkitis sering mengeluh malaise, demam,
badan terasa

lamah, banyak berkeringat, takikardia, da takipnea. Sebagai tanda terjadinya


iritasi, keluahan yang didapatkan terdiri atas batuk, ekspektorasi/peningkatan
produksi sekret, dan rasa sakit dibawah sternum.
c. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Pada pengkajian riwayat kesehatan terdahulu sering kali klien mengeluh
pernah mengalami infeksi saluran pernapasan bagian atas.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab bronchitis.
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat orang tua perokok.
b. Pola nutrisi
Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena peningkatan rangsangan
gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikrorganisme.
c. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan
evaporasi karena demam
d. Pola istirahat/tidur
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya batuk
e. Pola aktfitas dan latihan
Aktifitas dan latihan klien akan menurun karena adanya kelemahan fisik

5. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
b. Data Fokus

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus
pneumonia menurut PPNI (2017) sebagai berikut
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d b.d sekresi yang tertahan (D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru. (D.0005)
3. Hipertermia b.d proses peradangan (D.0130)
4. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme (D0019)
5. Intoleran aktivitas b.d kelelahan (D.0056)
6. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar infromasi (D.0111)

C. INTERVENSI
SLKI-SIKI

NO (SDKI)
SLKI SIKI

1. D0001 Setelah dilakukan Observasi


Bersihan pada jalan nafas intervensi keperawatan 1. Monitor pola nafas
b.d sekresi yang tertahan. diharapkan bersihan jalan 2. Monitor bunyi nafas
Dibuktikan dengan : nafas meningkat dengan 3. Identifikasi Kemampuan
- Sputum berlebih kriteria hasil : batuk
- Batuk tidak efektif - Produksi sputum 4. Monitor sputum (jumlah,
- Tidak mampu batuk menurun warna, aroma)
- Mengi, Wheezing, - Mengi menurun 5. Monitor tanda &
atau ronki kering - Wheezing menurun gejala infeksi saluran
- Dispnea - Frekuensi nafas dalam nafas
- Pola nafas berubah rentang normal
- Frekuensi - Batuk efektif meningkat Teraupetik
nafas - Pola nafas meningkat 6. Posisikan semi fowler
bertambah 7. Berikan minum air hangat
8. Lakukan suction selama
15 detik
9. Berikan oktisgen, jika perlu
Edukasi
10. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari
11. Ajarkan teknik batuk
efektif

Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian
Setelah dilakukan broncodilaor
2. D0005 intervensi keperawatan Observasi
Pola nafas tidak efektif diharapkan pola nafas 1. Monitor pola nafas
b.d penurunan ekspansi membaik dengan kriteria (frekuensi, kedalaman,
paru. Dibuktikan dengan hasil : usaha nafas)
: - Kapasitas vital membaik 2. Monitor bunyi nafas
- Penggunaan otot bantu - Tekanan ekpirasi tambahan (Gurgling,
pernapasan meningkat mengi, wheezing, ronki)
- Fase ekspirasi - Tekanan inspirasi 3. Auskultasi bunyi nafas
memanjang meningkat 4. Monitor saturasi oksigen
- Dispnea - Dyspnea menurun
- Pola nafas abnormal - Penggunaan otot bantu Teraupetik
(takipnea, bradipnea, nafas menurun 5. Posisikan semi fowler
hipoventilasi) - Frekuensi nafas 6. Lakukan fisioterapi dada
- Pernafaan cuping membaik 7. Berikan oksigen, jika perlu
hidung Kolaborasi
- Tekanan ekspirasi 8. Kolaborasi pemberian
menurun
- Tekanan inspirasi bronkodilator
menurun
3. D0130 Setelah dilakukan Observasi
Hipertermia b.d proses intervensi keperawatan 1. identifikasi penyebab
penyakit (infeksi diharapkan termogulasi hipertermia
mycobacterium membaik dengan kriteria 2. monitor suhu tubuh
tuberculosis). Dibuktikan hasil : 3. monitor warna dan suhu
dengan : - menggigil membaik kulit
- suhu tubuh diatas nilai - kejang menurun
normal - takikardi membaik Teraupetik
- kejang - takipnea membaik 4. longgarkan atau lepaslan
- takikardi - suhu tubuh membaik pakaian
- takipnea - suhu kulit membaik 5. berikan cairan oral
- kulit terasa hangat - tekanan darah membaik 6. lakukan kompres dingin
- ventilasi membaik 7. sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien

Edukasi
8. anjurkan tirah baring

Kolaborasi
9. kolaborasi pemberian
cairan elektrolit
10. Kolaborasikan pemberian
antipiretik
4. D.0019 Setelah dilakukan Observasi
Defisit nutrisi b.d intervensi keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi
peningkatan kebutuhan diharapkan status nutrisi 2. Identifikasi makanan yang
metabolisme. Dibuktikan membaik dengan kriteria disukai
dengan : hasil : 3. Identifikasi kebutuhan
- Nafsu makan menurut - Berat badan membaik kalori dan jenis makanan
- Berat badan menurun - Indeks masa tubuh 4. Monitor asupan makanan
- Bising usus hiperaktif membaik (IMT) 5. Monitor mual & muntah
- Membrane mukosa - Frekuensi makan 6. Monitor berat badan
pucat membaik
- - Sariawan - Nafsu makan membaik Teraupetik
- Membrane mukosa 7. Lakukan oral hygiene
membaik sebelum makan
8. Berikan makanan yang
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
9. Berikan makanan yang
tinggi protein dan tinggi
kalori
10. Berikan suplemen
Edukasi
11. Anjurkan posisi duduk
12. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
13. Kolaborasikan pemberian
medikasi sebelum makan

5. D.0056 Setelah dilakukan Observasi


Intoleransi aktivitas b.d intervensi keperawatan 1. monitor kelelahan fisik
tirah baring, kelemahan, diharapkan toleransi 2. identifikasi kemampuan
ketidakseimbangan antara aktivitas meningkat dengan berpartisipasi dalam
suplai dan kebutuhan kriteria hasil : aktivitas tertentu
oksigen. Dibuktikan - kemudahan dalam
dengan : melakukan aktivitas Teraupetik
- Mengeluh lelah sehari-hari meningkat 3. latihan gerak pasif dan akti
4. libatkan keluarga
- - bagw
h
- Dyspnea meningkat
- sianosis - keluhan lelah membaik Kolaborasi
- dispneu saat aktivitas 5. anjurkan melakukan
menurun aktivitas secara bertahap

6. D.0111 Setelah dilakukan Observasi


Defisit Pengetahuan intervensi keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan
berhubungan dengan diharapkan tingkat tingkat kemampuan meneima
pengetahuan meningkat
kurangnya terpapar informasi
dengan kriteria hasil :
infromasi. Dibuktikan 2. Idetifikasi pengetahuan saat
1. Menunjukan peilaku
dngan. : sesuai anjuran ini
1. Menunjukan peilaku 2. Menunjukan persepsi
sesuai anjuran
yang tidak keliru Teraupetik
2. Menunjukan persepsi 3. Sediakan materi dan media
terhadap masalah
yang keliru terhadap Pendidikan Kesehatan
masalah Edukasi
D. IMPLEMENTASI
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang dilakukan
secara mandiri maupun dengan kolaborasi dengan multidisiplin yang lain. Perawat
bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien dan
berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana
tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang
sudah dibuat (Patrisia gt je., 2020)

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
membandingkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang diharapkan.
Evaluasi juga dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya

memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi


keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai
serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria hasil
(Patrisia et al., 2020).
PATHWAY

Pajanan Iritan Asap Rokok Pajanan Debu Pajanan Gas Berbahaya

Terhirup dalam waktu lama

Inflamasi percabangan bronchial

Peradangan pada bronkus

Bronkitis

Hipertrofi dan
Inflamasi meluas Kurangnya paparan
hyperplasia kelenjar
informasi
mukosa
Degranulasi sel
mast Defisensi
Merangsang mukosa Pengetahuan
bronkus
Pelepasan histamin Bronkospasme

Produksi mucus
berlebihan Akumulasi Bronkus menyempit
monosit,
Batuk berdahak, makofag dan sel
T Helper Udara pernapasan
sesak
terperangkap
Pembentukan didaerah distal paru
Bersihan jalan nafas
prostaglandin di
tidak efektif Ketidakseimbangan
otak Fase ekspirasi oksigen dalam tubuh
Bau mulut tidak memanjang
Demam,
sedap dan rasa tidak
kelemahan
enak pada mulut Pola nafas tidak
menggigil efektif
Anoreksia Intoleransi aktivitas
Hipertermi

Defisit nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Alifariki, L. O. (2019). Faktor Risiko Kejadian Bronkitis Di Puskesmas Mekar Kota Kendari.
Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1), 1—9.

Fajara, R., Muthoharoh, A., Ningrum, W. A., & Permadi, Y. W. (2021). EVALUASI
RASIONALITAS DOSIS OBAT PADA PASIEN PEDIATRI BRONKITIS AKUT DI
INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KAJEN TAHUN 2018-2019. Medical Sains
Journal, 5(2).

Magfiroh, Yayuk, D., & Mashudi, S. (2021). STUDI LITERATUR : ASUHAN


KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN BRONKITIS DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
Magfiroh*,. HEALTH SCIENCES JOURNAL, 5(1), 35—43.

Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A. D.,
Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada Kebutuhan
Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis.
https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Keperawatan_pada_Kebutuhan_Dasar/Ve
MNEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1

Revi, M., & Marni. (2020). Pengaruh Inhalasi Uap Kayu Putih terhadap Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas pada Pasien Bronkhitis di Puskesmas Wonogiri I. Jurnal
Keperawatan GSH, 9(2), 20—24.

Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi

Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media.


https://www.google.co.id/books/edition/Proses_Keperawatan_Berbasis_KKNI_Kerangk/2U
XbDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai