Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PADA AN.

F DENGAN BRONKITIS

DI RUANG ANGGREK RSUD SALATIGA

DISUSUN OLEH :

Imam Dwi Atmaji M23040001


Risfatur Rahman Sutejo M23040002
Nikmaturohmah Hadi M23040015
Hafshah Nur Attariq M23040005
Hanif Jueni Siregar M23040019
Nanda Nur Asmiyati M23040013
Nabila Herdiyanti Yuliana M23040011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes MADANI

YOGYAKARTA

2023
Laporan Pendahuluan dengan bronkitis di ruang anggrek, telah diperiksa oleh pembimbing klinik
(Clinikal Instructure) yang disahkan pada :
Hari :
Tanggal :

Pembimbing lapangan/CI Mahasiswa

(Ns. Bening Setyawati, S.Kep) (Kelompok 1)

Mengetahui Dosen
Pembimbing

(Ns. Rahmah Widyaningrum, M.Kep)


I. KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Bronkitis adalah peradangan pada saluran bronkial, menyebabkan
pembengkakan yang berlebihan dan produksi lendir. Batuk, peningkatan
pengeluaran dahak dan sesak napas adalah gejala utama bronchitis (Alifariki,
2019).

Bronkitis juga merupakan peradangan (inflamasi) pada selaput lendir


(mukosa) bronkus. Peradangan ini mengakibatkan permukaan bronkus
membengkak (menebal) sehingga saluran pernapasan relatif menyempit (Revi &
Marni, 2020).

Bronkitis merupakan salah satu kondisi teratas pasien yang


membutuhkan perawatan medis. Hal ini ditandai dengan batuk akut, produksi
dengan atau tanpa sputum, dan tanda- tanda infeksi saluran pernapasan bawah
tanpa penyakit paru obstruktif kronik, pneumonia dan sinusistis. Bronkitis akut
dicirikan dengan batuk yang bertahan selama 1- 3 minggu (Fajara et al., 2021).

B. KLASIFIKASI
1. Bronkitis akut
Bronkitis akut biasanya dikarenakan flu serta infeksi lain di saluran
pernafasan, biasanya bronkitis akut mulai membaik dalam waktu beberapa hari
ataupun beberapa pekan.

2. Bronkitis Kronis
Bronkitis kronis merupakan iritasi atau radang yang bertempat pada saluran
nafas yang harus ditangani dengan serius. Seringkali bronkitis kronis
disebabkan karena merokok (Magfiroh et al., 2021).

C. ETIOLOGI
Penyebab penyakit bronkitis serindiri disebabkan oleh virus seperti
Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para
influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit
seperti askariasis dan jamur. Selain penyakit infeksi, bronkitis dapat pula
disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti bahan fisik atau kimia serta faktor
risiko lainnya yang mempermudah seseorang menderita bronkitis misalnya
perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik
(Alifariki, 2019).
D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya bronkitis itu bisa diakibatkan oleh paparan infeksi maupun non
infeksi. Apabila terjadi iritasi maka timbulah inflamasi yang mengakibatkan
vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronko- spasme. Hal ini dapat
menyebabkan aliran udara menjadi tersumbat, oleh sebab itu mucocilliary defence
pada paru mengalami peningkatan serta kerusakan, dan cenderung lebih mudah
terjangkit infeksi, pada saat timbulnya infeksi maka kelenjar mukus akan terjadi
hepertropi serta hiperplasia sehingga meningkatnya produksi sekret dan dinding
bronkial akan menjadi tebal sehingga aliran udara akan terganggu.

Sekret yang mengental dan berlebih akan mengganggu dan alian udara
menjadi terhambat baik itu aliran udara kecil maupun aliran udara yang besar.
Pembengkakan bronkus serta secret yang kental akan mengakibatkan rusaknya
jalan pada pernafasan dan terganggunya pertukaran gas pada alveolus terutama
pada saat ekspirasi. Saluran pernapasan akan terperangkap di distal paru dan
mengalami kolaps. Rusaknya hal tersebut dapat mengakibatkan menurunnya
ventilasi alveolar, asidosi, dan hipoksia (Magfiroh et al., 2021).

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang sering ditemukan adalah batuk lebih dari 2 minggu disertai
lendir atau dahak, kemudian dahak dalam jumlah sedikit, tetapi makin lama makin
banyak. Jika terjadi infeksi maka dahak tersebut berwarna keputihan dan encer,
namun jika sudah terinfeksi akan menjadi kuning, kehijauan, dan kental. Pada
pemeriksaan fisik akan terdengar bunyi ronkhi pada dada dan pada pemeriksaan
penunjang biasnya dengan foto rontgen akan ditemukan adanya bercak pada
saluran napas (Alifariki, 2019).

F. KOMPLIKASI
Bronkitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi bronitis
kronis, sedangkan bronkitis kronis memungkinkan anak mudah mendapat infeksi.
Gangguan pernapasan secara langsung sebagai akibat bronkitis kronis ialah bila
lendir tetap tinggal di dalam paru akan menyebabkan terjadinya atelektasis atau
bronkiektasis, kelainan ini akan menambah penderitaan pasien lebih lama.
.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang dengan masalah
pneumonia adalah :
1. Pemeriksaan foto toraks anteror — posterior dilakuakan untuk menilai
derajat progersifitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru
obstruktif menahun.
2. Pemeriksaan gram/ kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi
semua organisme yang ada.
3. Hasil pemeriksaan laboratotium menunjukan adanya perubahan pada
peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitungan jenis darah)

H. PENATALAKSAAN
Pemberian masing-masing obat didasarkan pada kebutuhan dan diagnosa
pasien. Obat yang sering diberikan kepada pasien berdasarkan persentase dari
yang tertinggi adalah golongan mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,
kortikosteroid dan antihistamin (Fajara et al., 2021).
1. Mukolitik yaitu obat untuk meredakan batuk, dengan mekanisme kerja
mengurangi viskositas lendir karena dapat memutus ikatan sulfide.
Mukolitik untuk meredakan batuk yang merupakan gejala bronkitis akut,
yaitu refleks untuk menghilangkan benda asing selain udara yang
merangsang saluran pernapasan. Mukolitik seperti mucotein (erdostein),
mucos Syr, mukolitik (ambroxol), mucos drop, levopront syr
(levodropropizin).
2. Kortikosteroid merupakan turunan dari hormon kortikosteroid yang
dihasilkan oleh kelenjar adrenal dan memiliki mekanisme kerja
memengaruhi kecepatan sintesis protein. Hormon pada kelenjar tersebut
menghambat respon inflamasi. Kortikosteroid jenis triamsinolon paling
banyak digunakan pada pasien anak dengan diagnosa bronchitis
3. Pulmicort yang digunakan adalah bentuk sediaan nebulizer karena kelebihan
dari nebulizer diantaranya sangat mudah digunakan pada anak terutama bayi
karena tidak membutuhkan koordinasi yang maksimal dengan pasien,
mampu menghantarkan larutan obat dalam bentuk aerosol sekaligus dapat
diatur konsentrasi dan dosisnya dan pasien lebih mudah untuk menghirup
obat. Budesonide yang terkandung dalam Pulmicort cepat diserap dalam
jaringan dan memiliki durasi lama pada saluran napas, sehingga dapat
memperbaiki secara signifikan pada fungsi paru .
4. Ekspektoran membuat lendir menjadi encer dengan cara meningkatkan
jumlah cairan, serta merangsang pengeluaran lendir dari saluran pernapasan.
Mekanisme kerja bronkodilator adalah melebarkan pipa saluran napas.
Teofilin yang merupakankandungan dari Theobron memiliki aksi
antiinflamasi ringan yang poten. Salbutamol termasuk golongan SABA
(Short Acting Bronchodilator Agent) yang memiliki aksi bronkodilatasi
yang baik dan berefek lemah pada stabilisasi sel mast sehingga efektif untuk
pengobatan.
5. Antihistamin meredakan batuk yang diakibatkan oleh alergi disertai hidung
meler, dengan mekanisme kerja histamin berikatan dengan reseptor H1 pada
sel target, sehingga sekresi mukus meningkat. Sebagian besar pasien pada
penelitian ini diberikan antihistamin. Obat antihistamin yang digunakan
dalam pengobatan bronkitis akut ini adalah sirup Cetirizine, Profilas, sirup
dan drop Intrizin dan CTM tablet. Pengobatan pada bronkitis akut sebagian
besar merupakan terapi simptomatis, yaitu pengobatan yang digunakan
untuk meringankan gejala bronkitis akut. Namun, ada beberapa pasien yang
diberikan antibiotik jika pasien tersebut mengalami infeksi bakteri.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan
pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari kondisi
pasien sebagai langkah awal yang akan dijadikan pengambilan keputusan klinik
keperawatan.

Oleh karena itu pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat
sehingga seluruh kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien
peneumonia pengkajian meliputi :

1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan

2. Identitas Pennggung Jawab


Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien
3. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien bronchitis adalah batuk kering atau batuk
berdahak
b) Riwayat Keluhan Utama
Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan bronkitis bervariasi
tingkat keparahan dan lamanya. Bermula dari gejala batuk — batuk
saja, hingga penyakit akut dengan manifestasi klinis yang
berat.sebagai tanda — tanda terjadinya toksemia klien dengan
bronkitis sering mengeluh malaise, demam, badan terasa lemah,
banyak berkeringat, takikardia, da takipnea. Sebagai tanda terjadinya
iritasi, keluahan yang didapatkan terdiri atas batuk,
ekspektorasi/peningkatan produksi sekret, dan rasa sakit dibawah
sternum.
c) Riwayat Kesehatan Masa lalu
Pada pengkajian riwayat kesehatan terdahulu sering kali klien
mengeluh pernah mengalami infeksi saluran pernapasan bagian atas.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang disinyalir sebagai penyebab bronchitis.

4. Pola Fungsi Kesehatan


a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat orang tua
perokok.
b) Pola nutrisi
Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena peningkatan
rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikrorganisme.
c) Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat
perpindahan cairan evaporasi karena demam
d) Pola istirahat/tidur
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena
adanya batuk
e) Pola aktfitas dan latihan
Aktifitas dan latihan klien akan menurun karena adanya kelemahan
fisik
5. Pemeriksaan Fisik
a) Head to toe
b) Data Fokus

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada kasus pneumonia menurut PPNI (2017) sebagai berikut:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d b.d sekresi yang tertahan (D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru. (D.0005)
3. Hipertermia b.d proses peradangan (D.0130)
4. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme (D0019)
5. Intoleran aktivitas b.d kelelahan (D.0056)
6. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar infromasi
(D.0111).
C. INTERVENSI
No SDKI SLKI SIKI
1 D0001 Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan diharapkan 1. Monitor pola nafas
Bersihan pada jalan nafas bersihan jalan nafas
b.d sekresi yang tertahan. meningkat dengan kriteria 2. Monitor bunyi nafas
Dibuktikan dengan : hasil : 3. Identifikasi Kemampuan
1. Produksi sputum menurun batuk
1. Sputum berlebih
2. Mengi menurun 4. Monitor sputum (jumlah,
2. Batuk tidak efektif warna, aroma)
3. Wheezing menurun
3. Tidak mampu batuk 4. Frekuensi nafas dalam 5. Monitor tanda & gejala
4. Mengi, Wheezing, rentang normal infeksi saluran nafas
atau ronki kering
5. Batuk efektif meningkat Teraupetik
5. Dispnea
6. Pola nafas meningkat 1. Posisikan semi fowler
6. Pola nafas berubah
2. Berikan minum air hangat
7. Frekuensi nafas
bertambah 3. Lakukan suction selama
15 detik
4. Berikan oktisgen, jika
perlu Edukasi
5. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari
6. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
broncodilaor
2 D0005 Setelah dilakukan intervensi Observasi
Pola nafas tidak efektif keperawatan diharapkan pola 1. Monitor pola nafas
b.d penurunan ekspansi nafas membaik dengan (frekuensi, kedalaman,
paru. Dibuktikan dengan: kriteria hasil : usaha nafas)
- Penggunaan otot - Kapasitas vital membaik 2. Monitor bunyi nafas
bantu pernapasan - Tekanan ekpirasi tambahan
- Fase ekspirasi meningkat (Gurgling, mengi,
memanjang wheezing, ronki)
- Tekanan inspirasi
- Dispnea 3. Auskultasi bunyi nafas
meningkat
- Pola nafas abnormal - Dyspnea menurun 4. Monitor saturasi oksigen
(takipnea,bradipnea - Penggunaan ototbantu Teraupetik
& hipoventilasi) nafas menurun 1. Posisikan semi fowler
- Pernafasan cuping - Frekuensi nafas 2. Lakukan fisioterapi dada
hidung membaik 3. Berikan oksigen,
- Tekanan ekspirasi jika perlu
menurun Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator
SLKI-SIKI
Dijbfasj Kgpgrjwjtjf
NO (SDKI)
SLKI SIKI

1. D0001 Setelah dilakukan Observasi


intervensi keperawatan
Bersihan pada jalan nafas
diharapkan bersihan jalan nafas 1. Monitor pola nafas
b.d sekresi yang tertahan. meningkat dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi nafas
Dibuktikan dengan :
- Produksi sputum 3. Identifikasi Kemampuan batuk
- Sputum berlebih menurun 4. Monitor sputum (jumlah,
- Batuk tidak efektif - Mengi menurun warna, aroma)
- Tidak mampu batuk - Wheezing menurun 5. Monitor tanda & gejala
- Mengi, Wheezing, - Frekuensi nafas dalam infeksi saluran nafas
atau ronki kering rentang normal
- Dispnea - Batuk efektif meningkat Teraupetik
- Pola nafas berubah - Pola nafas meningkat 6. Posisikan semi fowler
- Frekuensi nafas 7. Berikan minum air hangat
bertambah
8. Lakukan suction selama 15 detik
9. Berikan oktisgen, jika perlu
Edukasi
10. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari
11. Ajarkan teknik batuk
efektif

Setelah dilakukan Kolaborasi


intervensi keperawatan 12. Kolaborasi pemberian
2. D0005 diharapkan pola nafas membaik broncodilaor
Pola nafas tidak efektif dengan kriteria hasil : Observasi
b.d penurunan ekspansi
- Kapasitas vital membaik 1. Monitor pola nafas
paru. Dibuktikan dengan : - Tekanan ekpirasi
(frekuensi, kedalaman,
- Penggunaan otot bantu meningkat usaha nafas)
pernapasan - Tekanan inspirasi
2. Monitor bunyi nafas tambahan
- Fase ekspirasi meningkat
(Gurgling, mengi, wheezing,
memanjang - Dyspnea menurun ronki)
- Dispnea - Penggunaan otot bantu 3. Auskultasi bunyi nafas
- Pola nafas abnormal nafas menurun
(takipnea, bradipnea, - Frekuensi nafas 4. Monitor saturasi oksigen
hipoventilasi) membaik
- Pernafaan cuping Teraupetik
hidung 5. Posisikan semi fowler
- Tekanan ekspirasi menurun
6. Lakukan fisioterapi dada
7. Berikan oksigen, jika perlu
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
- Tekanan inspirasi bronkodilator
menurun
3. D0130 Setelah dilakukan
Observasi
Hipertermia b.d proses intervensi keperawatan
penyakit (infeksi diharapkan termogulasi membaik 1. identifikasi penyebab
mycobacterium tuberculosis). dengan kriteria hasil : hipertermia
Dibuktikan dengan : - menggigil membaik 2. monitor suhu tubuh
- suhu tubuh diatas nilai - kejang menurun 3. monitor warna dan suhu
normal - takikardi membaik kulit
- kejang - takipnea membaik
- takikardi - suhu tubuh membaik Teraupetik
- takipnea - suhu kulit membaik 4. longgarkan atau lepaslan
- kulit terasa hangat pakaian
- tekanan darah membaik
5. berikan cairan oral
- ventilasi membaik
6. lakukan kompres dingin
7. sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien

Edukasi
8. anjurkan tirah baring

Kolaborasi
9. kolaborasi pemberian
cairan elektrolit
10. Kolaborasikan pemberian
antipiretik

4. D.0019 Setelah dilakukan Observasi


Defisit nutrisi b.d intervensi keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi
peningkatan kebutuhan diharapkan status nutrisi 2. Identifikasi makanan yang
metabolisme. Dibuktikan membaik dengan kriteria hasil : disukai
dengan : - Berat badan membaik 3. Identifikasi kebutuhan
- Nafsu makan menurut - Indeks masa tubuh kalori dan jenis makanan
- Berat badan menurun 4. Monitor asupan makanan
membaik (IMT)
- Bising usus hiperaktif - Frekuensi makan 5. Monitor mual & muntah
- Membrane mukosa membaik 6. Monitor berat badan
pucat - Nafsu makan membaik
- Sariawan - Membrane mukosa Teraupetik
membaik 7. Lakukan oral hygiene sebelum
makan
8. Berikan makanan yang tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
9. Berikan makanan yang tinggi
protein dan tinggi kalori
10. Berikan suplemen
makanan
Edukasi
11. Anjurkan posisi duduk
12. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
13. Kolaborasikan pemberian
medikasi sebelum makan

5. D.0056 Setelah dilakukan Observasi


Intoleransi aktivitas b.d tirah intervensi keperawatan
diharapkan toleransi 1. monitor kelelahan fisik
baring, kelemahan,
ketidakseimbangan antara suplai aktivitas meningkat dengan 2. identifikasi kemampuan
dan kebutuhan oksigen. kriteria hasil : berpartisipasi dalam aktivitas
Dibuktikan dengan : - kemudahan dalam tertentu
- Mengeluh lelah melakukan aktivitas sehari-
hari meningkat Teraupetik
3. latihan gerak pasif dan aktif

- mFreenkiunegnksaitja
- akteaksuatan bagwia 4. laikbtaivtkiatans keluarga dalam
ntung datunbuh nh
- Dyspnea meningkat
- sianosis - keluhan lelah membaik Kolaborasi
- dispneu saat aktivitas 5. anjurkan melakukan aktivitas
menurun secara bertahap

6. D.0111 Setelah dilakukan Observasi


intervensi keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan
Defisit Pengetahuan
diharapkan tingkat tingkat
berhubungan dengan pengetahuan meningkat dengan kemampuan meneima
kurangnya terpapar kriteria hasil : informasi
infromasi. Dibuktikan 1. Menunjukan peilaku 2. Idetifikasi pengetahuan saat ini
dngan. : sesuai anjuran Teraupetik
1. Menunjukan peilaku 2. Menunjukan persepsi
sesuai anjuran 3. Sediakan materi dan media
yang tidak keliru terhadap
Pendidikan Kesehatan
2. Menunjukan persepsi yang masalah
keliru terhadap masalah Edukasi
4. Menjelaskan kepada
keluarga dan pasien
tentang keluarga
5. Beri pasien dan keluarga
bertahan
A. IMPLEMENTASI
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang dilakukan secara mandiri
maupun dengan kolaborasi dengan multidisiplin yang lain. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang
sudah dibuat (Patrisia gt je., 2020)

B. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara membandingkan tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi juga dilakukan untuk mengidentifikasi
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi, perawat
seharusnya

memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan,
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai
serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria hasil (Patrisia et al., 2020).
PATHWAY

Pajanan Iritan Asap Rokok Pajanan Debu Pajanan Gas Berbahaya

Terhirup dalam waktu lama Inflamasi

percabangan bronchial Peradangan pada

bronkus Bronkitis

Hipertrofi dan Inflamasi meluas Kurangnya paparan


hyperplasia kelenjar informasi
mukosa
Degranulasi sel
mast Defisensi
Merangsang mukosa Pengetahuan
bronkus
Pelepasan histamin Bronkospasme

Produksi mucus
berlebihan Akumulasi Bronkus menyempit

Batuk berdahak, sesak monosit, makofag dan


sel T Helper
Udara pernapasan
terperangkap didaerah
Bersihan jalan nafas
Pembentukan distal paru
prostaglandin di
tidak efektif Ketidakseimbangan
otak oksigen dalam tubuh
Fase ekspirasi
Bau mulut tidak sedap memanjang
dan rasa tidak enak pada Demam, menggigil
mulut kelemahan
Pola nafas tidak
Hipertermi Defisit
efektif
Anoreksia
Intoleransi aktivitas
nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Alifariki, L. O. (2019). Faktor Risiko Kejadian Bronkitis Di Puskesmas Mekar Kota Kendari.
Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1), 1—9.

Fajara, R., Muthoharoh, A., Ningrum, W. A., & Permadi, Y. W. (2021). EVALUASI RASIONALITAS DOSIS
OBAT PADA PASIEN PEDIATRI BRONKITIS AKUT DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KAJEN
TAHUN 2018-2019. Medical Sains Journal, 5(2).

Magfiroh, Yayuk, D., & Mashudi, S. (2021). STUDI LITERATUR : ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN ANAK DENGAN BRONKITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN
NAFAS TIDAK EFEKTIF Magfiroh*,. HEALTH SCIENCES JOURNAL, 5(1), 35—43.

Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A. D., Khusniyah, Z., &
Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada Kebutuhan Manusia (Edisi 1).
Yayasan Kita Menulis.
https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Keperawatan_pada_Kebutuhan_Dasar/Ve MNEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1

Revi, M., & Marni. (2020). Pengaruh Inhalasi Uap Kayu Putih terhadap Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas pada
Pasien Bronkhitis di Puskesmas Wonogiri I. Jurnal Keperawatan GSH, 9(2), 20—24.

Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi

Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ


https://www.google.co.id/books/edition/Proses_Keperawatan_Berbasis_KKNI_Kerangk/2U Media.
XbDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan. Tim Pokja SIKI

DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019).

Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai