Anda di halaman 1dari 6

Bronkitis Akut

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT Acu Suhendar,
PUSKESMAS SKM
DTP NIP. 19660909
SINGAJAYA 198902 1 001

1. Pengertian Definisi
Bronchitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara
paru-paru). Dapat berupa hipersekresi mokus dan batuk produktif
kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan per tahun atau
paling sedikit dalam 2 tahun berturut- turut pada pasien yang
diketahui tidak terdapat penyebab lain. Penyakit ini biasanya
bersipat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna,
namun pada penderita memiliki penyakit menahun (misalnya
penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut,
bronchitis bisa bersifat serius. Ada factor utama yang
mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dari
polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan factor
hubungan dan status social.

Bronchitis akut adalah peradangan pada bronkus yang


disebabkan oleh infeksi saluran nafas yang ditandai dengan
batuk (berdahak maupun tidak berdahak) yang berlangsung
hingga 3 minggu.

Bronchitis akut dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :


Infeksi virus, yang paling umum influenza A dan B, para
influenza, RSV, adenovirus, rhinovirus dan coronavirus, infeksi
bakteri, seperti yang disebabkan oleh mekoplasma spesies,
chalamedia phenomoniae, streptococus phenomonia, moraxsela,
catarhalis dan haemophilus influenza, rokok dan asap rokok
paparan terhadap iritasi seperti, polusi, bahan kimia, dan asap
tembakau, juga dapat menyebabkan iritasi bronchial akut, bahan-
bahan yang mengeluarkan polusi penyakit gastroparingeal repluk
suatu kondisi dimana asam lambung naik kembali kesaluran
makan (kerongkongan), pekerja yang terekspos dengan debu
atau asap. Bronchitis akut dapat dijumpai pada semua umur
namun paling sering didiagnosis pada anak-anak muda dari 5
tahun, sedangkan bronchitis kronis lebih umum pada orongtua
dari 50 tahun.

Anamnesis
Keluhan
Batuk (berdahak maupun tidak berdahak) 2-3 minggu. Dahak
dapat berwarna jernih, putih, kekuning-kuningan atau kehijauan.
Demam (biasanya ringan ), rasa berat dan tidak nyaman dada.
Sesak nafas, terasa berat bernafas. Kadang batuk darah. Bunyi
nafas mengi atau ngik. Batuk biasanya merupakan tanda
dimulanya bronchitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak , tetapi
1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau
kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna
kuning atau hijau.
Pada bronchitis berat, setelah sebagain besar gejal lainnya
membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk
bisa menetap dalam beberapa minggu.
Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat, sering
ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk. Bronchitis
bisa menjadi phenomonia.
Riwayat penyakit yang ditandai batuk-batuk setiap hari
pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut
dalam 1 tahun, dan paling sedikit dalam 2 tahun.

Faktor Risiko (-)

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan paru dapat ditemukan bronhi basah kasar
yang tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah batuk),
wheezing dengan berbagai gradasi (perpamjangan ekspirasi
hingga ngik-ngik) dan krefitasi. Pasien tampak kurus dengan
bearrel shapechest (diameter anteroposterior dada meningkat).
Premetuspaktil dada tidak ada atau berkurang. Perkusi dada
hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih
rendah, tukak jantung berkurang. Suara nafas berkurang dengan
ekspirasi panjang.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan sputum dengan pengecatan gram akan
banyak didapat leukosit PMN dan mungkin pula bakteri
Pototorax pada bronchitis kronis memperlihatkan tubular
shadow berupa bayangan garis-garis yang paralel keluar
dari hilus menuju apeks paru dan corokang paru yang
bertambah
Test fungsi paru dapat memperlihatkan konstruksi jalan
nafas yang reversible dengan menggunakan
bronkodilator.

Penegakan Diagnostik (Assessment)


Diagnose klinis
Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan penunjang.

Diagnosis Banding
1. epiglottitis, yaitu suatu infeksi pada epiglotis, yang bisa
meyebabkan penyumbatan saluran pernafasan.
2. bronkiolitis, yaitu suatu peradangan pada brokiolus
(saluran udara yang merupakan pecabangan dari saluran
udara utama), yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus
3. influenza, yaitu penyakit menular yang menyerang saluran
nafas, yang sering menjadi wabah yang diperoleh dari
menghirup virus influenza
4. sinusitis, yaitu radang sinus paranasal yaitu rongga-rongga
yang terletak disamping kanan kiri dan diatas hidung.
5. PPOK yaitu penyakit paru kronik yang ditandai oleh
hambatan aliran udara disaluran nafas yang bersifat
progresif non refersible parsial.
6. paringitis, yaitu suatu peradangan pada tenggorokan
(paring) yang disebabkan oleh virus atau bakteri
7. ashma, yaitu suatu penyakit kronik (menahun) yang
menyerangan saluran pernafasan (bronhialeu) pada paru
dimana terdapat peradangan (inflamasi) didinding rongga
dihiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran
yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas.
8. bronkiektasis, yatu suatu perusakan dan pelebaran (
dilatasi) abnormal dari saluran pernafasan yang besar.

Komplikasi
- bronkokphenomoni
- phenomonia
- fleuritis
- penyakit-panyikit lain yang diperberat seperti jantung
- penyakit jantung rematik
- hipertensi
- bronkiektasis
2. Tujuan Prosedur ini dibuat untuk pedoman pengobatan pasien dengan
diagnosa bronchitis di tingkat pelayanan dasar/puskesmas oleh
dokter umum
3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas DTP Singajaya No. .// KEP/
PKM / 2017 tentang Layanan Kesehatan di UPT Puskesmas DTP
Singajaya.
4. Referensi 1. carolin, Elizabeth J, buku saku patofisiologi, EGC, Jakarta,
2002.
2. danusantoso, halim. 1998. Buku saku ilmu penyaki paru.
Jakarta EGC.
3. harison: prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam, edisi 13,
volume ke 3, Jakarta..2003.
4. nastiti, n. rahajoe, bambang supriyanto. Buku ajar
resfirologi anak dalam bronchitis akut. Edisi pertama,
cetakan kedua. 2010. Hal: 337.
5. snell, Richard s. 2006. Anatomi klinik edisi 6. Jakarta: EGC
6. soeparman sarwono waspadji, 1998 ilmu penyakit dalam
jilid 2. Jakarta: penerbit FKUI.
5. Prosedur Penatalaksanaan
1. memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala-
gejala tidak hanya pada fase akut, tapi pada juga fase
kronik.
2. memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari sesuai dengan pola kehidupannya.
3. mengurangi laju perkembangan penyakit apabila dapat
dideteksi lebih awal
4. tindakan suportif: pendidikan bagi pasien dan keluarganya
tentang: menghindari merokok, menghindari iritan lainnya
yang dapat terhirup, mengontrol suhu dan kelembaban
lingkungan, nutrisi yang baik hidrasi yang adekuat .
5. oksigenasi pasien harus memadai
6. istirahat yang cukup
7. tatalaksana farmakoterapi:
a. Antitusif (penekanan batuk) : DMP
(dekstropmethorpan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari .
codein 10 mg, diminum 3 kali sehari . doperi 100 mg,
diminum 3 kali sehari, obat-obat ini bekerja dengan
menekan batuk pada pusat batuk di otak karnanya
antitusif tidak dianjurkan pada kehamilan dan bagi ibu
menyusui. Demikian pula pada anak-anak, para ahli
berpendapat bahwa antitusif tidak dianjurkan, terutama
pada anak usia 6 tahun kebawah. Pada penderita
bronchitis akut yang desertai sesak nafas,
penggunakan antitusif hendaknya dipertimbangkan
dan diperlukan umpan balik dari penderita. Jika
penderita tambah sesak maka antitusif dihentikan
b. Ekspektoran adalah obat batuk pengencer dahak agar
dahak mudah dikeluarkan sehingga nafas menjadi
lega. Ekspektoran yang sering digunakan diantaranya :
GG (griseril guaiacolate), bromheksin, ambroxol dll.
c. Antipiretik (pereda panas: paracetamol
(asetaminopen), dan sejenisnya digunakan jika
penderita demam
d. Bronkodilator (melonggarkan nafas ) diantaranya:
salbutamol , terbutalin sulfat, teofilin, aminopiline, dll.
Obat-obat ini digunakan untuk penderita yang disertai
sesak nafas atau rasa berat bernafas, sehingga obat
ini tidak hanya untuk ashma, tetapi dapat juga untuk
bronchitis. Efek samping obat bronkodilator perlu
diketahui pasien, yakni: berdebar, lemas, gemetar, dan
keringat dingin
e. Antibiotica hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda
infeksi oleh kuman berdasarkan pemeriksaan dokter.
Dapat diberikan ampisilin, eritromisin, spiralmisin 3 kali
500 mg per hari
f. Terapi lanjutan: jika terapi anti inflamsi sudah dimulai,
lanjutkan terapi hingga gejala menghilang paling
sedikit 1 minggu. Bronkodilator juga dapat diberikan
jika diperlukan

Konseling dan Edukasi


Memberikan saran agar keluarga dapat:
a. Mendukung perbaikan kemampuan penderita dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari sesuai dengan pola
kehidupannya.
b. Ikut memotivasi pasien untuk menghindari merokok,
menghindari iritan lainnya yang dapan terhirup,
mengontrol suhu dan pelembabakan lingkungan, nutrisi
yang baik, dan cairan yang adekuat
c. Mengidentifikasi gejela efek samping obat seperti
bronkodilator dapat menimbulkan berdebar lemas,
gemetar dan keringat dingin.

Kriteria Rujukan
Pada pasien dengan keadaan umum buruk, perlu dirujuk
kerumah sakit yang memadai untuk monitor secara intensif dan
konsultasi ke spesialis terkait.

Peralatan
1. oksigen
2. obat-obatan: antipiretik, antibiotic, antitusif, okspetoran,
bronkodilator, anti inflamasi.

Prognosis
1. vitam: dubia ad bonam
2. fungsionam : dubia ad bonam
3. sanatinoam : dubia ad bonam
6. Unit Terkait 1. Unit BP Umum
2. Unit Perawatan
3. IGD

Anda mungkin juga menyukai