Anda di halaman 1dari 8

DEMAM TIFOID

: 067/077/
No. UKP/PKM-
Dokumen MK/2020
SOP No. Revisi : 01
Tanggal : 11 Juni
Terbit 2020
:
Halaman 1/7
dr. Taufit Wirawan
PUSKESMAS
NIP.
MAUK
197809012008011002
1. Pengertian Demam tifoid banyak ditemukan di masyarakat perkotaan
maupun di pedesaan. Penyakit ini erat kaitannya dengan
kualitas higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang
kurang baik. Di Indonesia bersifat endemik dan merupakan
masalah kesehatan masyarakat. Dari telaah kasus di rumah
sakit besar di Indonesia, tersangka demam tifoid
menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke
tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk
dan angka kematian antara 0.6–5%.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
melakukan tatalaksana awal terhadap demam tifoid selama
masa pandemic covid-19
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor :440/001/UKP/PKM-MK/2020
Tentang Pedoman Pelayanan Klinis di masa Pandemi covid-
19
4. Referensi 1.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer ;
2.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 revisi ke 5.
5. Prosedur Petugas menggunakan APD level 2 sesuai prosedur

A. Anamnesis
Keluhan
Pasien datang ke dokter karena demam. Demam turun naik
terutama sore dan malam hari (demam intermiten) dengan
inkubasi waktu 5-7 hari. Keluhan disertai dengan sakit
kepala (pusing) yang sering dirasakan di area frontal, nyeri
otot, pegal-pegal, insomnia, anoreksia dan mual muntah.
Selain itu, keluhan dapat pula disertai gangguan
gastrointestinal berupa konstipasi dan meteorismus atau
diare, nyeri abdomen dan BAB berdarah. Pada anak dapat

1/7
terjadi kejang demam.
Demam tinggi dapat terjadi terus menerus (demam kontinu)
hingga minggu kedua.

Faktor Risiko

Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang.

B. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang


Sederhana
Pemeriksaan Fisik

a. Suhu tinggi.
b. Bau mulut karena demam lama.
c. Bibir kering dan kadang pecah-pecah.
d. Lidah kotor dan ditutup selaput putih (coated tongue),
jarang ditemukan pada anak.
e. Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor.
f. Nyeri tekan regio epigastrik (nyeri ulu hati).
g. Hepatosplenomegali.
h. Bradikardia relatif (peningkatan suhu tubuh yang
tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi).

Pemeriksaan fisik pada keadaan lanjut :

a. Penurunan kesadaran ringan sering terjadi berupa


apatis dengan kesadaran seperti berkabut. Bila klinis
berat, pasien dapat menjadi somnolen dan koma atau
dengan gejala-gejala psikosis (organic brain syndrome).
b. Pada penderita dengan toksik, gejala delirium lebih
menonjol.
Pemeriksaan Penunjang

a. Darah perifer lengkap


Hitung lekosit total menunjukkan leukopeni (<5000
per mm3), limfositosis relatif, monositosis,
aneosinofilia dan trombositopenia ringan. Pada
minggu ketiga dan keempat dapat terjadi
penurunan hemaglobin akibat perdarahan hebat
dalam abdomen.
b. Pemeriksaan serologi Widal. Dengan titer O 1/320
diduga kuat diagnosisnya adalah demam tifoid.
Reaksi widal negatif tidak menyingkirkan diagnosis
tifoid. Diagnosis demam tifoid dianggap pasti bila
didapatkan kenaikan titer 4 kali lipat pada
pemeriksaan ulang dengan interval 5-7 hari.
c. Tes lain yang lebih sensitif dan spesifik terutama
untuk mendeteksi infeksi akut tifus khususnya
Salmonella serogrup D dibandingkan uji Widal dan
saat ini sering digunakan karena sederhana dan
cepat adalah tes TUBEX®. Tes ini menggunakan

2/7
teknik aglutinasi dengan menggunakan uji
hapusan (slide test) atau uji tabung (tube test).

C. Diagnosis

Diagnosis Klinis

Suspek demam tifoid (Suspect case)

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala


demam, gangguan saluran cerna dan petanda gangguan
kesadaran. Diagnosis suspek tifoid hanya dibuat pada
pelayanan kesehatan dasar.

Demam tifoid klinis (Probable case)

Suspek demam tifoid didukung dengan gambaran


laboratorium yang menunjukkan tifoid.

Diagnosis Banding

a. Demam berdarah dengue.


b. Malaria.
c. Leptospirosis.
Komplikasi :
Biasanya terjadi pada minggu kedua dan ketiga demam.

Komplikasi antara lain: perdarahan, perforasi, sepsis,


ensefalopati, dan infeksi organ lain.

a. Tifoid toksik (Tifoid ensefalopati).


Penderita dengan sindrom demam tifoid dengan panas
tinggi yang disertai dengan kekacauan mental hebat,
kesadaran menurun, mulai dari delirium sampai
koma.
b. Syok septik.
c. Penderita dengan demam tifoid, panas tinggi serta
gejala-gejala toksemia yang berat. Selain itu, terdapat
gejala gangguan hemodinamik seperti tekanan darah
turun, nadi halus dan cepat, keringat dingin dan akral
dingin.
d. Perdarahan dan perforasi intestinal (peritonitis)
Komplikasi perdarahan ditandai dengan
hematoschezia. Dapat juga diketahui dengan
pemeriksaan feses (occult blood test). Komplikasi ini
ditandai dengan gejala akut abdomen dan peritonitis.
Pada foto polos abdomen 3 posisi dan pemeriksaan
klinis bedah didapatkan gas bebas dalam rongga
perut.
e. Hepatitis tifosa.
Kelainan berupa ikterus, hepatomegali, dan kelainan
tes fungsi hati.
f. Pankreatitis tifosa
3/7
Terdapat tanda pankreatitis akut dengan peningkatan
enzim lipase dan amylase. Tanda ini dapat dibantu
dengan USG atau CT Scan.
g. Pneumonia.
Didapatkan tanda pneumonia yang diagnosisnya
dibantu dengan foto polos toraks.

D. Penatalaksanaan Komprehensif

Penatalaksanaan

a. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:


1. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan
mobilisasi.
2. Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
3. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas.
4. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah,
nadi, suhu, kesadaran), kemudian dicatat dengan
baik di rekam medik pasien.
b. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam
(antipiretik) dan mengurangi keluhan gastrointestinal.
c. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik
lini pertama untuk demam tifoid adalah kloramfenikol,
ampisilin atau amoksisilin (aman untuk penderita
yang sedang hamil), atau trimetroprim sulfametoxazole
(kotrimoksazol).
d. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama
dinilai tidak efektif, dapat diganti dengan antibiotik
lain atau dipilih antibiotik lini kedua yaitu Ceftriaxone,
Cefotaxime (diberikan untuk dewasa dan anak),
Kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun
karena dinilai mengganggu pertumbuhan tulang).

Antibiotik dan Dosis Penggunaannya

4/7
Indikasi demam tifoid dilakukan perawatan di rumah atau
rawat jalan:

a. Pasien dengan gejala klinis yang ringan, tidak ada


tanda-tanda komplikasi serta tidak ada komorbid yang
membahayakan.
b. Pasien dengan kesadaran baik dan dapat makan
minum dengan baik.
c. Pasien dengan keluarganya cukup mengerti tentang
cara-cara merawat serta cukup paham tentang
petanda bahaya yang akan timbul dari tifoid.
d. Rumah tangga pasien memiliki atau dapat
melaksanakan system pembuangan ekskreta (feses,
urin, muntahan) yang memenuhi syarat kesehatan.
e. Dokter bertanggung jawab penuh terhadap pengobatan
dan perawatan pasien.
f. Dokter dapat memprediksi pasien tidak akan
menghadapi bahaya yang serius.
g. Dokter dapat mengunjungi pasien setiap hari. Bila
tidak bisa harus diwakili oleh seorang perawat yang
mampu merawat demam tifoid.
h. Dokter mempunyai hubungan komunikasi yang lancar
dengan keluarga pasien.

E. Konseling dan Edukasi

Edukasi pasien tentang tata cara:


5/7
a. Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari
demam tifoid yang harus diketahui pasien dan
keluarganya.
b. Diet, pentahapan mobilisasi, dan konsumsi obat
sebaiknya diperhatikan atau dilihat langsung oleh
dokter, dan keluarga pasien telah memahami serta
mampu melaksanakan.
c. Tanda-tanda kegawatan harus diberitahu kepada
pasien dan keluarga supaya bisa segera dibawa ke
rumah sakit terdekat untuk perawatan.
Pendekatan Community Oriented

Melakukan konseling atau edukasi pada masyarakat tentang


aspek
pencegahan dan pengendalian demam tifoid, melalui:

a. Perbaikan sanitasi lingkungan


b. Peningkatan higiene makanan dan minuman
c. Peningkatan higiene perorangan
d. Pencegahan dengan imunisasi
Kriteria Rujukan :

a. Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum


tampak perbaikan.
b. Demam tifoid dengan tanda-tanda kedaruratan.
c. Demam tifoid dengan tanda-tanda komplikasi dan
fasilitas tidak mencukupi.

F. Sarana Prasarana

Laboratorium untuk melakukan pemeriksaan darah rutin


dan serologi Widal

G. Prognosis

Prognosis adalah bonam, namun ad sanationam dubia ad


bonam, karena penyakit dapat terjadi berulang.

Petugas melepaskan APD sesuai prosedur dan


mendokumentasikan ke rekam medis

6. Diagram Alir

Petugas menggunakan APD


level 2 sesuai prosedur

Petugas melakukan anamnesa pasien


dengan menanyakan apakah terdapat
demam turun naik terutama sore dan
malam hari (demam intermiten)
6/7inkubasi waktu 5-7 hari
dengan
Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan
Penunjang

Petugas menegakkan diagnosis pasien


dengan hasil dari pemeriksaan fisik
dan penunjang

Petugas melakukan tatalaksana


pasien sesuai dengan gejala klinis dan
jika kondisi perlu untuk di rawat inap
maka akan di rawat sesuai prosedur

Petugas melepaskan APD sesuai


prosedur dan
mendokumentasikan ke rekam
medis

7. Unit Terkait
UGD

8. Rekam Histori No. Tanggal


Perubahan Yang Isi Mulai
Diubah Perubahan diberlaku
kan
1 Tujuan Sebagai acuan penerapan 11 Juni
langkah-langkah untuk 2020
melakukan tatalaksana
awal terhadap demam tifoid
selama masa pandemic
covid-19
2 Kebijakan SK Kepala Puskesmas 11 Juni
Nomor : 2020
440/001/UKP/PKM-
MK/2019 Tentang
Pedoman Pelayanan Klinis
Menjadi
SK Kepala Puskesmas
Nomor :
440/001/UKP/PKM-
MK/2020 Tentang
7/7
Pedoman Pelayanan Klinis
di masa pandemi covid-19
3 Referensi Keputusan Menteri 11 Juni
Kesehatan Nomor 2020
HK.01.07/MENKES/413/2
020 tentang Pencegahan
dan Pengendalian Corona
Virus Disease 2019
4 Prosedur Penambahan pemakaian 11 Juni
dan pelepasan apd level 2 2020
sesuai prosedur
6 Diagram Alir Penambahan pemakaian 11 Juni
dan pelepasan apd level 2 2020
sesuai prosedur

8/7

Anda mungkin juga menyukai