Anda di halaman 1dari 3

PENANGANAN

HIPERMETROPIA
No. Dokumen
No. Revisi 0
SOP TanggalTerbit
Halaman 1- 3

UPT PUSKESMAS
PUTER

KOTA BANDUNG

dr. Rita Irmawaty


NIP. 19690920 200212 2 002

1. Pengertian Penanganan hipermetropia adalah langkah-langkah yang dilakukan


petugas dalam melakukan penatalaksanaan kasus hipermetropia di
UPT Puskesmas Puter
Hipermetropia merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan
mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup kuat dibiaskan sehingga
titik fokusnya terletak di belakang retina.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam melakukan penatalaksanaan
kasus hipermetropia di UPT Puskesmas Puter.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor tentang Pelayanan
Klinis.
4. Referensi PMK no 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis.
Keluhan:
a. Pasien datang dengan keluhan melihat dekat dan jauh kabur.
b. Gejala penglihatan dekat, kabur lebih awal, terutama bila lelah
dan penerangan kurang.
c. Sakit kepala terutama daerah frontal dan makin kuat pada
penggunaan mata yang lama dan membaca dekat. Penglihatan
tidak enak (asthenopia akomodatif = eye strain) terutama bila
melihat pada jarak yang tetap dan diperlukan penglihatan jelas
pada jangka waktu yang lama, misalnya menonton TV dan lain-
lain.
d. Mata sensitif terhadap sinar.
PENANGANAN
HIPERMETROPIA
No. Dokumen
No. Revisi 0
SOP TanggalTerbit
Halaman 2- 3

UPT PUSKESMAS
PUTER

KOTA BANDUNG

dr. Rita Irmawaty


NIP. 19690920 200212 2 002

e. Spasme akomodasi yang dapat menimbulkan pseudomiopia.


Mata juling dapat terjadi karena akomodasi yang berlebihan
akan diikuti konvergensi yang berlebihan pula.

2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik


Pemeriksaan refraksi subjektif
Dengan menggunakan kartu Jaeger, pasien diminta untuk
menyebutkan kalimat hingga kalimat terkecil yang terbaca pada
kartu. Target koreksi sebesar 20/30.

3. Petugas menegakkan diagnosis


Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
oftalmologi.
Komplikasi
a. Esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya
melakukan akomodasi.
b. Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada
badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik mata.
c. Ambliopia

4. Petugas melakukan konseling dan edukasi


Memberitahu keluarga jika penyakit ini harus dikoreksi dengan
bantuan kaca mata. Karena jika tidak, maka mata akan berakomodasi
terus menerus dan menyebabkan komplikasi.
PENANGANAN
HIPERMETROPIA
No. Dokumen
No. Revisi 0
SOP TanggalTerbit
Halaman 3- 3

UPT PUSKESMAS
PUTER

KOTA BANDUNG

dr. Rita Irmawaty


NIP. 19690920 200212 2 002

5. Petugas merujuk pasien untuk penanganan lebih lanjut ke ppk2.


6. Petugas mencatat hasil pemeriksaan dan terapi dalam status
rekam medis pasien.
7. Petugas menuliskan ke dalam buku register.
6.Unit terkait 1. Ruang Pemeriksaan Umum
2. Ruang Lansia

Rekaman Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai