Anda di halaman 1dari 7

Dermatitis Atopik

No. Dokumen : /SOP/PKM-MNS/I/2023


No. Revisi :1
SOP
Tanggal Terbit : 02 Januari 2023
Halaman : 1 dari 7

UPT Alimin, S.ST


PUSKESMAS Nip 19630612 198503 1 036
MANISA
1. Pengertian 1.1. Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan kulit berulang dan kronis
dengan disertai gatal.
1.2. Sinonim dari penyakit ini adalah eczema atopik, eczema konstitusional,
eczema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo Besnier.
1. Tujuan 1.1. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penatalaksanaan Dermatitis
Atopik di Puskesmas Manisa.
2. Kebijakan 2.1. SK Kepala Puskesmas Nomor tahun 2023 tentang Pelayanan Klinis di
Puskesmas Manisa
4. Referensi 4.1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
HK.01.07/Menkes/1186/2022 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur / 5.1. Hasil Anamnesis (Subjective)
Langkah- 5.1.1. Pasien datang dengan keluhan gatal yang bervariasi lokasinya
langkah tergantung pada jenis dermatitis atopik (lihat klasifikasi).
5.1.2. Gejala utama DA adalah pruritus, dapat hilang timbul sepanjang hari,
tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita
akan menggaruk.
5.1.3. Pasien biasanya juga mempunyai riwayat sering merasa cemas, egois,
frustasi, agresif, atau merasa tertekan.
5.2. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
5.2.1. Pemeriksaan Fisik
5.2.1.1. Tanda patognomonis
Kulit penderita DA:
5.2.1.1.1. Kering pada perabaan
5.2.1.1.2. Pucat/redup
5.2.1.1.3. Jari tangan teraba dingin
5.2.1.1.4. Terdapat papul, likenifikasi, eritema, erosi,

1
eksoriasi, eksudasi dan krusta pada lokasi
predileksi
5.2.1.2. Lokasi predileksi:
5.2.1.2.1. Tipe bayi (infantil)
5.2.1.2.1.1. Dahi, pipi, kulit kepala, leher,
pergelangan tangan dan tungkai, serta
lutut (pada anak yang mulai merangkak).
5.2.1.2.1.2. Lesi berupa eritema, papul vesikel halus,
eksudatif, krusta.
5.2.1.2.2. Tipe anak
5.2.1.2.2.1. Lipat siku, lipat lutut, pergelangan
tangan bagian dalam, kelopak mata,
leher, kadang-kadang di wajah.
5.2.1.2.2.2. Lesi berupa papul, sedikit eksudatif,
sedikit skuama, likenifikasi, erosi.
Kadang-kadang disertai pustul.
5.2.1.2.3. Tipe remaja dan dewasa
5.2.1.2.3.1. Lipat siku, lipat lutut, samping leher,
dahi, sekitar mata, tangan dan
pergelangan tangan, kadang-kadang
ditemukan setempat misalnya bibir
mulut, bibir kelamin, puting susu, atau
kulit kepala.
5.2.1.2.3.2. Lesi berupa plak papular eritematosa,
skuama, likenifikasi, kadang-kadang
erosi dan eksudasi, terjadi
hiperpigmentasi.
5.2.1.3. Berdasarkan derajat keparahan terbagi menjadi:
5.2.1.3.1. DA ringan : apabila mengenai < 10% luas
permukaan kulit.
5.2.1.3.2. DA sedang : apabila mengenai 10-50% luas
permukaan kulit.
5.2.1.3.3. DA berat : apabila mengenai > 50% luas
permukaan kulit.
2
5.2.1.4. Tanpa penyulit (umumnya tidak diikuti oleh infeksi
sekunder).
5.2.1.5. Dengan penyulit (disertai infeksi sekunder atau meluas
dan menjadi rekalsitran (tidak membaik dengan
pengobatan standar).
5.2.2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan IgE serum (bila diperlukan dan dapat dilakukan di
fasilitas pelayanan Tingkat Pertama)
5.3. Penegakan Diagnostik (Assessment)
5.3.1. Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
harus terdiri dari 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor dari kriteria
Williams (1994) di bawah ini.
Kriteria mayor:
1. Pruritus
2. Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
3. Dermatitis di fleksura pada dewasa
4. Dermatitis kronis atau berulang
5. Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
Kriteria minor:
1. Xerosis
2. Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus atau virus herpes
simpleks)
3. Iktiosis/ hiperliniar palmaris/ keratosis piliaris
4. Pitriasis alba
5. Dermatitis di papilla mamae
6. White dermogrhapism dan delayed blanch response
7. Kelilitis
8. Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
9. Konjungtivitis berulang
10. Keratokonus
11. Katarak subskapsular anterior
12. Orbita menjadi gelap
13. Muka pucat atau eritem
3
14. Gatal bila berkeringat
15. Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak
16. Aksentuasi perifolikular
17. Hipersensitif terhadap makanan
18. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
atau emosi
19. Tes kulit alergi tipe dadakan positif
20. Kadar IgE dalam serum meningkat
21. Mulai muncul pada usia dini
Pada bayi, kriteria diagnosis dimodifikasi menjadi:
1. Tiga kriteria mayor berupa:
a. Riwayat atopi pada keluarga
b. Dermatitis pada muka dan ekstensor
c. Pruritus
2. Serta tiga kriteria minor berupa:
a. Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris, aksentuasi
perifolikular
b. Fisura di belakang telinga
c. Skuama di scalp kronis
5.3.2. Diagnosis banding
5.3.2.1. Dermatitis seboroik (terutama pada bayi), Dermatitis
kontak, Dermatitis numularis, Skabies, Iktiosis ,
Psoriasis (terutama di daerah palmoplantar), Sindrom
Sezary, Dermatitis herpetiformis
5.3.2.2. Pada bayi, diagnosis banding, yaitu Sindrom
imunodefisiensi (misalnya sindrom Wiskott-Aldrich),
Sindrom hiper IgE
5.3.3. Komplikasi
5.3.3.1. Infeksi sekunder
5.3.3.2. Perluasan penyakit (eritroderma)
5.4. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
5.4.1. Penatalaksanaan
5.4.1.1. Penatalaksanaan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup,

4
yaitu:
5.4.1.1.1. Menemukan faktor risiko.
5.4.1.1.2. Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan
termasuk pakaian seperti wol atau bahan sintetik.
5.4.1.1.3. Memakai sabun dengan pH netral dan
mengandung pelembab.
5.4.1.1.4. Menjaga kebersihan bahan pakaian.
5.4.1.1.5. Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan.
5.4.1.1.6. Membilas badan segera setelah selesai berenang
untuk menghindari kontak klorin yang terlalu
lama.
5.4.1.1.7. Menghindari stress psikis.
5.4.1.1.8. Menghindari bahan pakaian terlalu tebal, ketat,
kotor.
5.4.1.1.9. Pada bayi, menjaga kebersihan di daerah popok,
iritasi oleh kencing atau feses, dan hindari
pemakaian bahan-bahan medicatedbaby oil.
5.4.1.1.10. Menghindari pembersih yang mengandung
antibakteri karena menginduksi resistensi.
5.4.1.2. Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi diberikan dengan:
5.4.1.2.1. Topikal (2 kali sehari)
5.4.1.2.1.1. Pada lesi di kulit kepala, diberikan
kortikosteroid topikal, seperti: Desonid
krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia
dapat digunakan fluosinolon asetonid
krim 0,025%) selama maksimal 2
minggu.
5.4.1.2.1.2. Pada kasus dengan manifestasi klinis
likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat
diberikan golongan betametason valerat
krim 0,1% atau mometason furoat krim
0,1%.
5.4.1.2.1.3. Pada kasus infeksi sekunder, perlu
dipertimbangkan pemberian antibiotik
5
topikal atau sistemik bila lesi meluas.

5.4.1.2.2. Oral sistemik


5.4.1.2.2.1. Antihistamin sedatif: klorfeniramin
maleat 3 x 4 mg per hari selama
maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10
mg per hari selama maksimal 2 minggu.
5.4.1.2.2.2. Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10
mg per hari selama maksimal 2 minggu.
5.4.2. Konseling dan Edukasi
5.4.2.1. Penyakit bersifat kronis dan berulang sehingga perlu
diberi pengertian kepada seluruh anggota keluarga
untuk menghindari faktor risiko dan melakukan
perawatan kulit secara benar.
5.4.2.2. Memberikan informasi kepada keluarga bahwa prinsip
pengobatan adalah menghindari gatal, menekan proses
peradangan, dan menjaga hidrasi kulit.
5.4.2.3. Menekankan kepada seluruh anggota keluarga bahwa
modifikasi gaya hidup tidak hanya berlaku pada
pasien, juga harus menjadi kebiasaan keluarga secara
keseluruhan.
5.4.3. Kriteria Rujukan
5.4.3.1. Dermatitis atopik luas dan berat
5.4.3.2. Dermatitis atopik rekalsitran atau dependent steroid
5.4.3.3. Bila diperlukan skin prick test/tes uji tusuk
5.4.3.4. Bila gejala tidak membaik dengan pengobatan standar
selama 4 minggu
5.4.3.5. Bila kelainan rekalsitran atau meluas sampai
eritroderma

6
6. Diagram
Alir

7. Hal-hal yang 7.1. Kesiapan alat


perlu
diperhatikan
8. Unit terkait 8.1. Poli Umum
8.2. UGD
8.3. Apotek
9. Rekaman Tanggal
historis No. Yang diubah Isi perubahan mulai
diberlakukan
perubahan
1. Nama Kepala Puskesmas Nama Kepala Puskesmas 02 Januari
yang baru yaitu Alimin, 2023
S.ST
2. Referensi yang digunakan Keputusan Menteri 02 Januari
yaitu dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik 2023
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/1186/2
HK.02.02/Menkes/514/2015 022 tentang Panduan
tentang Panduan Praktik Praktik Klinis Bagi
Klinis Bagi Dokter di Dokter di Fasilitas
Fasilitas Pelayanan Pelayanan Kesehatan
Kesehatan Tingkat Pertama Tingkat Pertama

Anda mungkin juga menyukai