Anda di halaman 1dari 3

TRIKIASIS

No. : 440- /SOP/


Dokumen PSB/UKP/I/2018
No Revisi : 00
SOP Tanggal
: 19 Januari 2018
Terbit
PEMERINTAH
KABUPATEN Halaman : 1/3 Halaman
LANGKAT

Kepala UPT Puskesmas


UPT PUSKESMAS
SEI BAMBAN

dr. Endang Toto Kaban


NIP. 19710805 200502 1 003
1. Pengertian Trikiasis adalah kondisi di mana bulu mata tumbuh mengarah ke dalam,
yaitu ke arah permukaan bola mata, sehingga dapat menggores kornea atau
konjungtiva dan menyebabkan berbagai komplikasi, seperti nyeri, erosi,
infeksi, dan ulkus kornea. Data mengenai tingkat prevalensi penyakit ini di
Indonesia tidak ada. Dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
harus memiliki kompetensi menangani kasus trikiasis karena pasien-pasien
yang mengalami tanda maupun komplikasi dari trikiasis sangat mungkin
mencari pertolongan di layanan tingkat pertama terlebih dahulu.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam menerapkan langkah-langkah untuk penanganan
Trikiasis di wilayah kerja UPT Puskesmas Sei Bamban
3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Sei Bamban No : 440- /SK/
PSB/I/2018
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK. 02.02
/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinik bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan
Praktik Klinik bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Alat/bahan/Media Alat :
1. Lampu senter
2. Snellen Chart
3. Pinset untuk epilasi
4. Lup
5. Dapat pula disediakan kertas fluoresein dan larutan NaCl 0.9%
untuk ter fluoresein
6. Lampu biru (bisa berasal lampu biru pada oftalmoskop)
Bahan :
-
Media :
-
6. Langkah-langkah 1. Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Keluhan pasien dapat bermacam-macam, misalnya: mata berair,
rasa mengganjal, silau bila terpapar cahaya, atau kelilipan.
Penglihatan dapat terganggu bila sudah timbul ulkus pada kornea.
2. Keluhan dapat dialami pada satu atau kedua mata.
3. Bila telah terjadi inflamasi, dapat timbul keluhan mata merah.
4. Terdapat riwayat penyakit yang berkaitan dengan faktor
predisposisi, misalnya: blefaritis, trakoma, trauma mekanik atau
kimiawi, herpes zoster oftalmik, dan berbagai kelainan yang
menyebabkan timbulnya sikatriks dan entropion.
5. Keluhan dapat dialami oleh pasien dari semua kelompok usia.

2. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


1. Beberapa atau seluruh bulu mata berkontak dengan permukaan bola
mata.
2. Dapat ditemukan entropion, yaitu terlipatnya margo palpebra ke
arah dalam.
3. Bila terdapat inflamasi atau infeksi, dapat ditemukan injeksi
konjungtival atau silier.
4. Kelainan pada kornea, misalnya: abrasi, ulkus, nebula / makula /
leukoma kornea.
5. Bila telah merusak kornea, dapat menyebabkan penurunan visus.
6. Bila terdapat ulkus pada kornea, uji fluoresein akan memberi hasil
positif.
7. Pemeriksaan harus dilakukan pada kedua mata, terlepas dari ada
tidaknya keluhan.

3. Penegakan Diagnosis (Assessment)


Diagnosis trikiasis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
sebagaimana disebutkan sebelumnya. Tes fluoresens dapat menunjukkan
erosi atau ulkus kornea.
Diagnosis banding: Penyebab inflamasi lain pada mata

4. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa
Epilasi, yaitu pencabutan bulu mata dengan pinset. Hal ini bertujuan
mengurangi gejala dan mencegah komplikasi pada bola mata.
Namun, bulu mata akan tumbuh kembali dalam waktu 4 – 6
minggu, sehingga epilasi perlu diulang kembali.
2. Medikamentosa
Pengobatan topikal diberikan sesuai indikasi, misalnya: salep atau
tetes mata antibiotik untuk mengatasi infeksi.

5. Konseling dan Edukasi


1. Pasien perlu diinformasikan untuk menjaga kebersihan matanya dan
menghindari trauma pada mata yang dapat memperparah gejala.
2. Dokter perlu menjelaskan beberapa alternatif pilihan terapi, mulai
dari epilasi dan pengobatan topikal yang dapat dilakukan oleh
dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama hingga
operasi yang dilakukan oleh spesialis mata di layanan sekunder.
Terapi yang akan dijalani sesuai dengan pilihan pasien.

6. Kriteria Rujukan
1. Bila tatalaksana di atas tidak membantu pasien, dapat dilakukan
rujukan ke layanan sekunder
2. Bila telah terjadi penurunan visus
3. Bila telah terjadi kerusakan kornea
4. Bila pasien menghendaki tatalaksana langsung di layanan sekunder
7. Bagan alir
Pemeriksaan Fisik dan
Anamnesis
Penunjang Sederhana

Penegakan Diagnosis

Penatalaksanaan Komprehensif

Konseling dan Edukasi

Kriteria Rujukan

8. Hal-hal yang Tidak ada


perlu
diperhatikan
9. Unit terkait BP Umum
10. Dokumen terkait Rekam medis
11. Rekaman historis
perubahan

No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai