Anda di halaman 1dari 4

KOLESISTITIS

No. Kode : Disahkan oleh Kepala Puskesmas


Terbitan : Kediri
UPTD No. Revisi :
SOP
PUSKESMAS Tgl. Mulai Berlaku :
KEDIRI Halaman : H. Sahruji, SE., SKM., MM
NIP. 196409092002121001

1. Pengertian No. ICPC-2 : D98 Cholecystitis/cholelithiasis


No. ICD-10 : K81.9 Cholecystitis, unspecified
Tingkat Kemampuan 3B

Kolesistitis adalah reaksi inflamasi akut atau kronisdinding kandung


empedu. Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis
adalah stasis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding
kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu
kandung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus yang
menyebabkan stasis cairan empedu
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan
Kolesistitis
3. Kebijakan SK Nomor : ……………. Tentang
4. Referensi KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.02.02/MENKES/514/2015 TENTANG PANDUAN
PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
5. Prosedur Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
 Kolesistitis akut:
1. Demam
2. Kolik perut di sebelah kanan atas atau epigastrium dan
teralihkan ke bawah angulus scapula dexter, bahu kanan
atau yang ke sisi kiri, kadang meniru nyeri angina pektoris,
berlangsung 30-60 menit tanpa peredaan, berbeda dengan
spasme yang cuma berlangsung singkat pada kolik bilier.
3. Serangan muncul setelah konsumsi makanan besar atau
makanan berlemak di malam hari.
4. Flatulens dan mual
 Kolesistitis kronik
1. Gangguan pencernaan menahun
2. Serangan berulang namun tidak mencolok.
3. Mual, muntah dan tidak tahan makanan berlemak
4. Nyeri perut yang tidak jelas disertai dengan sendawa

Faktor Risiko
1. Adanya gangguan organik (seperti gangguan endokrin,
penyakit jantung).
2. Adanya gangguan psikiatrik seperti gangguan psikotik,
gangguan depresi, gangguan cemas, dan gangguan akibat
zat psikoaktif

Faktor Predisposisi
1. Wanita
2. Usia >40 tahun
3. Sering mengkonsumsi makanan berlemak
4. Adanya riwayat kolesistitis akut sebelumnya

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


 Pemeriksaan Fisik
1. Ikterik bila penyebab adanya batu di saluran empedu
ekstrahepatik
2. Teraba massa kandung empedu
3. Nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis lokal, tanda
Murphy positif
.
 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah menunjukkan adanya leukositosis

Penegakan Diagnostik (Assessment)


Diagnosis Klinis
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan laboratorium

Diagnosis Banding
 Angina pektoris, Apendisitis akut, Ulkus peptikum perforasi,
Pankreatitis akut

Komplikasi
 Gangren atau empiema kandung empedu, Perforasi kandung
empedu, Peritonitis umum, Abses hepar
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Puasa
3. Pemasangan infus
4. Pemberian anti nyeri dan anti mual
5. Pemberian antibiotik:
a. Golongan penisilin: Ampisilin injeksi 500 mg/6 jam dan
Amoksilin 500 mg/8 jam IV, atau
b. Sefalosporin: Seftriakson 1 gram/ 12 jam, Sefotaksim 1
gram/ 8 jam, atau
c. Metronidazol 500 mg/ 8 jam

Konseling dan Edukasi


 Keluarga diminta untuk mendukung pasien untuk menjalani
diet rendah lemak dan menurunkan berat badan

Rencana Tindak Lanjut


1. Pada pasien yang pernah mengalami serangan kolesistitis
akut dan kandung empedunya belum diangkat kemudian
mengurangi asupan lemak dan menurunkan berat
badannya harus dilihat apakah terjadi kolesistitis akut
berulang.
2. Perlu dilihat ada tidak indikasi untuk dilakukan
pembedahan.

Kriteria Rujukan
 Pasien yang telah terdiagnosis kolesistitis dirujuk ke layanan
sekunder (spesialis penyakit dalam) sedangkan bila terdapat
indikasi untuk pembedahan pasien dirujuk pula ke spesialis
bedah

Peralatan
 Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin

Prognosis
 Prognosis umumnya dubia ad bonam, tergantung komplikasi
dan beratnya penyakit
6. Diagram Alur -
7. Unit terkait Balai Pengobatan
8.Rekaman
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
Historis
diberlakukan
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai