Anda di halaman 1dari 3

GAGAL JANTUNG AKUT DAN KRONIK

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

PUSKESMAS Makmur Salpator P,


SKM, MKM
PUNTI KAYU
NIP. 197710182003121004

1. Pengertian Gagal jantung (akut dan kronik) merupakan masalah kesehatan yang
menyebabkan penurunan kualitas hidup, tingginya rehospitalisasi karena
kekambuhan yang tinggi dan peningkatan angkan kematian.
2. Tujuan Sebagai pedoman agar petugas kesehatan di Puskesmas Punti Kayu dapat
melakukan penanganan pada penderita Gagal Jantung Akut dan Kronik dengan
baik dan benar.
3. Kebijakan

4. Refrensi Permenkes No 5 tahun 2014 tentang PANDUAN PRAKTIS KLINIS BAGI


DOKTER PELAYANAN PRIMER
5. Alat 1. EKG
2. Tensi Meter
3. Stetoskop
4. Oksigen
6. Prosedur / 1. Anamnesis
Langkah-langkah Melakukan anamsesis kepada pasien, keluhan pasien dapat berupa:
a. Sesak pada saat beraktifitas (dyspneu d’effort)
b. Gangguan napas pada perubahan posisi (ortopneu)
c. Sesak napas malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu)
Keluhan tambahan: lemas, mual, muntah dan gangguan mental pada
orang tua.
2. Pemeriksaan Fisik
Petugas melakukan pemeriksaan Fisik yang berupa:
a. Peningkatan tekanan vena jugular
b. Frekuensi pernapasan meningkat
c. Frekuensi nadi dan regularitasnya
d. Tekanan darah
e. Kardiomegali
f. Gangguan bunyi jantung (gallop)
g. Ronkhi pada pemeriksaan paru
h. Hepatomegali
i. Asites
j. Edema perifer
3. Pemeriksaan penunjang
Petugas lakukan pemeriksaan penunjang berupa:
a. Pemeriksaan EKG
 Hipertropi ventrikel kiri
 Perubahan gelombang T
b. Pemeriksaan darah perifer lengkap
4. Penegakan Diagnosis
Menegakkan diagnosis berdasarkan kreteria Framingham minimal 1 kreteria
mayor dan 2 kreteria minor.
1. Kriteria Mayor:
a. Sesak napas tiba-tiba pada malam hari (paroxysmal nocturnal
dyspneu)
b. Distensi vena-vena leher
c. Peningkatan tekanan vena jugularis
d. Ronkhi
e. Terdapat kardiomegali
f. Edema paru akut
g. Gallop (S3)
h. Refluks hepatojugular positif
2. Kriteria Minor:
a. Edema ekstremitas
b. Batuk malam
c. dyspneu d’effort (sesak ketika beraktifitas)
d. Hepatomegali
e. Efusi pleura
f. penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal
g. takikardi >120 kali per menit
5. Penatalaksanaan
1. Modifikasi gaya hidup:
1. Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan), maksimal 1
liter (berat)
2. Pembatasan asupan garam maksimal 2 gram/hari (ringan), 1 maksimal
gram (berat)
3. Berhenti merokok dan konsumsi alkohol
2. Aktivitas fisik:
1. Pada kondisi akut berat: tirah baring
2. Pada kondisi sedang atau ringan: batasi beban kerja sampai 70% sd
80% dari denyut nadi maksimal (220/ umur)
3. Penatalaksanaan farmakologi:
a. Pada gagal jantung akut:
1. Terapi oksigen 2-4 ltr/mnt
2. Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan pemberian
furosemid injeksi 20 s/d 40 mg bolus.
3. Cari pemicu gagal jantung akut.
4. Segera rujuk.
b. Pada gagal jantung kronik:
1. Diuretik: diutamakan Lup diuretik (furosemid) bila perlu dapat
dikombinasikan Thiazid (HCT), bila dalam 24 jam tidak ada
respon rujuk ke Layanan Sekunder.
2. ACE Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensine II receptor blocker
(ARB) mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai tercapai
dosis yang efektif dalam beberapa minggu. Bila pengobatan
sudah mencapai dosis maksimal dan target tidak tercapai,
dirujuk.
3. Beta Blocker (BB): mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis
sampai tercapai dosis yang efektif dalam beberapa minggu. Bila
pengobatan sudah mencapai dosis maksimal dan target tidak
tercapai, dirujuk.
6. Kriteria rujukan
Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke fasilitas peayanan kesehatan
sekunder yang memiliki dokter spesialis jantung atau Sp. Penyakit Dalam
untuk perawatan maupun pemeriksaan lanjutan seperti ekokardiografi.
Pada kondisi akut, dimana kondisi klinis mengalami perburukan dalam
waktu cepat harus segera dirujuk Layanan Sekunder (Sp. Jantung/Sp.
Penyakit Dalam) untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
7. Hal-hal perlu di 1. Memberitahu tentang penyebab dan faktor risiko penyakit gagal jantung
kronik. Penyebab gagal jantung kronik yang paling sering adalah tidak
perhatikan
terkontrolnya tekanan darah, kadar lemak atau kadar gula darah.
2. Pasien dan keluarga perlu diberitahu tanda-tanda kegawatan kardiovaskular
dan pentingnya untuk kontrol kembali setelah pengobatan di rumah sakit.
3. Patuh dalam pengobatan yang telah direncanakan.
4. Menjaga lingkungan sekitar kondusif untuk pasien beraktivitas dan
berinteraksi
5. Melakukan konferensi keluarga untuk mengidentifikasi faktor-faktor
pendukung dan penghambat penatalaksanaan pasien, serta menyepakati
bersama peran keluarga pada masalah kesehatan pasien
8. Unit terkait 1. Poli Umum
2. Ruang Tindakan
3. Apotik
9. Dokumen terkait Buku Rekam medis pasian

Anda mungkin juga menyukai