Anda di halaman 1dari 3

PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK)

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3

PUSKESMAS Makmur Salpator P,


SKM, MKM
PUNTI KAYU NIP. 197710182003121004

1. Pengertian PPOK adalah penyakit paru kronik yang dapat dicegah dan diobati,
dikarakteristikkan dengan hambatan aliran udara yang persisten, progresif dan
berhubungan dengan peningkatan respons inflamasi kronis di paru terhadap
partikel dan gas berbahaya.
2. Tujuan Sebagai pedoman agar petugas kesehatan di Puskesmas Punti Kayu dapat
melakukan penanganan pada penderita PPOK dengan baik dan benar.

3. Kebijakan

4. Refrensi Keputusan Menteri Kesehatan No.514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik
Klinis dan Keterampilan Klinis bagi Dokter di Pasilitas Pekayanan Kesehatan
Tingkat Pertama
5. Alat dan Bahan 1. Spirometer
2. Peak flow meter
3. Pulse oxymeter
4. Tabung oksigen
5. Kanul hidung
6. Sungkup sederhana
7. Sungkup inhalasi
8. Nebulizer
9. Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin
6. Prosedur / 1. Anamnesis (Subjective)
Langkah-langkah 1. Menyankan keluhan pada pasien, apakah mengalami :
a. Sesak napas
b. Kadang-kadang disertai mengi
c. Batuk kering atau dengan dahak yang produktif
d. Rasa berat di dada
2. Menanyakan faktor keturunan, apakah pasien merokok atau terpapar
Asap rokok, Debu kerja (organik dan inorganik), mengalami Polusi udara
dalam rumah dari pemanas atau biomassa rumah tangga dengan ventilasi
yang buruk maupun Polusi udara bebas.
3. Menanyakan apakah perna mengalami pernapasan sebelumnya, Stres
oksidatif, Status sosial-ekonomi dan penyakit yang di deritanya
sebelumnya.
2. Pemeriksaan Fisik
1. Melakukan pemeriksaan fisik dengan mengamati adakah 8 tanda berikut
ini :
a. Sianosis sentral pada membran mukosa mungkin ditemukan.
b. Abnormalitas dinding dada yang menunjukkan hiper inflasi paru
termasuk iga yang tampak horizontal, barrel chest (diameter antero -
posterior dan transversal sebanding) dan abdomen yang menonjol
keluar.
c. Hemidiafragma mendatar.
d. Laju respirasi istirahat meningkat lebih dari 20 kali/menit dan pola
napas lebih dangkal.
e. Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu), laju
ekspirasi lebih lambat memungkinkan pengosongan paru yang lebih
efisien.
f. Penggunaan otot bantu napas adalah indikasi gangguan pernapasan.
g. Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis
di leher dan edema tungkai.
2. Malakukan palpasi dan perkusi akan sulit menemukan Irama jantung di
apeks mungkin sulit ditemukan karena hiperinflasi paru sehingga
menyebabkan hati letak rendah dan mudah di palpasi.
3. Melalikan Auskultasi untuk menilai adakah penurunan suara napas
walaupun tidak spesifik untuk PPOK, mengi yang hanya terdengar
setelah ekspirasi paksa tidak spesifik untuk PPOK, Ronki basah kasar
saat inspirasi dapat ditemukan dan Bunyi jantung terdengar lebih keras
di area xiphoideus.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah uji jalan 6 menit yang
dimodifikasi. Untuk di Puskesmas dengan sarana terbatas, evaluasi yang
dapat digunakan adalah keluhan lelah yang timbul atau bertambah sesak.
Jika menganggap perlu Pemeriksaan dokter rujukan untuk pemeriksaan
seperti :
1. Spirometri
2. Peak flow meter (arus puncak respirasi)
3. Pulse oxymetry
4. Analisis gas darah
5. Foto toraks
6. Pemeriksaan darah rutin (Hb, Ht, leukosit, trombosit)

4. Penatalaksanaan
1. Jika menggap hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, cukup
bermaksan dalam menegakan diaognosis klinis PPOK stabil, dokter
menuliskan resep obat bertujuan mengurangi laju beratnya penyakit dan
mempertahankan keadaan stabil seperti :
a. Bronkodilator dalam bentuk oral, kombinasi golongan β2 agonis
(salbutamol) dengan golongan xantin (aminofilin dan teofilin).
Masing-masing dalam dosis suboptimal, sesuai dengan berat badan
dan beratnya penyakit. Untuk dosis pemeliharaan, aminofilin/teofilin
100-150 mg kombinasi dengn salbutamol 1 mg.
b. Kortikosteroid digunakan dalam bentuk inhalasi, bila tersedia.
c. Ekspektoran dengan obat batuk hitam (OBH)
d. Mukolitik (ambroxol) dapat diberikan bila sputum mukoid.
2. Jika eksaserbasi akut ringan, melakukan tindakan :
a. Oksigen (bila tersedia)
b. Bronkodilator
Pada kondisi eksaserbasi, dosis dan atau frekuensi bronkodilator kerja
pendek ditingkatkan dan dikombinasikan dengan antikolinergik.
Bronkodilator yang disarankan adalah dalam sediaan inhalasi (Jika
tidak tersedia), obat dapat diberikan secara injeksi, subkutan,
intravena atau perdrip, misalnya: Adrenalin 0,3 mg subkutan,
digunakan dengan hati-hati Aminofilin bolus 5 mg/kgBB (dengan
pengenceran) harus perlahan (10 menit) utk menghindari efek
samping.dilanjutkan dengan perdrip 0,5-0,8 mg/kgBB/jam.
c. Kortikosteroid
Diberikan dalam dosis 30 mg/hari diberikan maksimal selama 2
minggu. Pemberian selama 2 minggu tidak perlu tapering off.
d. Antibiotik yang tersedia di Puskesmas
e. Pada kondisi telah terjadi kor pulmonale, dapat diberikan diuretik dan
perlu berhati-hati dalam pemberian cairan.
7. Hal-hal yang perlu 1. Memberikan Pendidikan untuk mencegah penyakit bertambah berat dengan
di perhatikan cara menggunakan obat-obatan yang tersedia dengan tepat, menyesuaikan
keterbatasan aktivitas serta mencegah eksaserbasi, Pengurangan pajanan
faktor risiko, Berhenti merokok, Keseimbangan nutrisi antara protein lemak
dan karbohidrat, dapat diberikan dalam porsi kecil tetapi sering.
Rehabilitasi, Latihan bernapas dengan pursed lip breathing, Latihan
ekspektorasi, Latihan otot pernapasan dan ekstremitas, Terapi oksigen
jangka panjang
2. Dokter memberikan rujukan untuk memastikan doagnosa dan menentukan
derajat PPOK, jika PPOK eksaserbasi tak ditangani maka memerlukan
penatalaksanaan jangka panjang.
3. Unit terkait 1. Poli Umum
2. Ruang Tindakan
3. Apotik
4. Dokumen terkait Buku Rekam medis pasian

Anda mungkin juga menyukai