Anda di halaman 1dari 4

PPOK

No. Dokumen : SOP/


No. Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 01/01/2023
Halaman : 1/1

PUSKESMAS LUBUK Murlian Nori Nursal, S.Kep


RAMO NIP. 19821104 200501 2 001

1. Pengertian PPOK adalah penyakit paru kronik yang dapat dicegah dan diobati,
dikarakteristikkan dengan hambatan aliran udara yang persisten,
progresif dan berhubungan dengan peningkatan respons inflamasi
kronis di paru terhadap partikel dan gas berbahaya.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam menerapkan
penatalaksanaan pada pasien dengan PPOK.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor tentang pelayanan klinis.

4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1936/2022


Tentang panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama.
5. Prosedur/ Langk Langkah-langkah :
ah-langkah 1. Anamnesis
Keluhan : Sesak napas, Kadang-kadang disertai mengi, Batuk
kering atau dengan dahak yang produktif, Rasa berat di dada.

2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana.


Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Sianosis sentral pada membran mukosa mungkin
ditemukan
2) Abnormalitas dinding dada yang menunjukkan hiper inflasi
paru termasuk iga yang tampak horizontal, barrel chest
(diameter antero - posterior dan transversal sebanding) dan
abdomen yang menonjol keluar
3) Hemidiafragma mendatar
4) Laju respirasi istirahat meningkat lebih dari 20 kali/menit
dan pola napas lebih dangkal
5) Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu),
laju ekspirasi lebih lambat memungkinkan pengosongan
paru yang lebih efisien
6) Penggunaan otot bantu napas adalah indikasi gangguan
pernapasan
7) Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
jugularis di leher dan edema tungkai.
b. Palpasi dan Perkusi
1) Sering tidak ditemukan kelainan pada PPOK
2) Irama jantung di apeks mungkin sulit ditemukan karena
hiperinflasi paru
3) Hiperinflasi menyebabkan hati letak rendah dan mudah di
palpasi
c. Auskultasi
1) Pasien dengan PPOK sering mengalami penurunan suara
napas tapi tidak spesifik untuk PPOK
2) Mengi selama pernapasan biasa menunjukkan
keterbatasan aliran udara. Tetapi mengi yang hanya
terdengar setelah ekspirasi paksa tidak spesifik untuk
PPOK
3) Ronki basah kasar saat inspirasi dapat ditemukan
4) Bunyi jantung terdengar lebih keras di area xiphoideus

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah uji jalan
6 menit yang dimodifikasi. Untuk di Puskesmas dengan sarana
terbatas, evaluasi yang dapat digunakan adalah keluhan lelah
yang timbul atau bertambah sesak. Skrining faktor resiko
dengan menggunakan kuesioner PUMA.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan bila fasilitas tersedia:
a. Spirometri
b. Peak flow meter (arus puncak respirasi)
c. Pulse oxymetry
d. Analisis gas darah
e. Foto toraks
f. Pemeriksaan darah rutin (Hb, Ht, leukosit, trombosit)

3. Penata laksanaan
Tujuan penata laksanaan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama:
a. Mengurangi laju beratnya penyakit
b. Mempertahankan PPOK yang stabil
c. Mengatasi eksaserbasi ringan
• Oksigen
• Bronkodilator
d. Merujuk ke rumah sakit penatalaksanaan PPOK stabil
Gejala Keterangan
Sesak Progresif, sesak bertambah berat seiring berjalannya
waktu) Bertambah berat dengan aktivitas Menetap sepanjang
hari. Dijelaskan oleh bahasa pasien sebagai “Perlu usaha
untuk bernafas”, berat,sukar bernafas dan terengah-engah
Batuk Kronik Hilang timbul dan mungkin tidak berdahak . Batuk
konik berdahak Setiap batuk kronik berdahak dapat
mengindikasikan PPOK. Riwayat terpajang faktor risiko,
 Merokok
 Paparan asap rokok
 Debu
 Bahan kimia ditempat kerja
 Asap dapur menggunakan bahan bakar
 kayu
 Tinggal di wilayah risiko kebakaran hutan
 Riwayat Keluarga menderita PPOK
e. Obat-obatan dengan tujuan mengurangi laju beratnya
penyakit dan mempertahankan keadaan stabil.
• Bronkodilator dalam bentuk oral, kombinasi
golongan β2 agonis (salbutamol) dengan golongan xantin
(aminofilin dan teofilin). Masing-masing dalam dosis
suboptimal, sesuai dengan berat badan dan beratnya penyakit.
Untuk dosis pemeliharaan, aminofilin/teofilin 100-150 mg
kombinasi dengn salbutamol 1 mg.
• Kortikosteroid digunakan dalam bentuk inhalasi,
bila tersedia.
• Ekspektoran dengan obat batuk hitam (OBH)
• Mukolitik (ambroxol) dapat diberikan bila sputum
Mukoid.

Tata laksana PPOK eksaserbasi


Eksaserbasi PPOK terbagi menjadi derajat ringan, sedang dan b
erat. Tata laksana derajat ringan dapat dilakukan di rumah atau p
oliklinik rawat jalan. Eksaserbasi derajat sedang yang tidak respo
ns dengan pengobatan atau yang berat dapat diberikan obat-oba
tan intra vena untuk kemudian bila memungkinkan dirujuk ke rum
ah sakit yang lebih memadai setelah kondisi daruratnya teratasi.
Obat-obatan pada eksaserbasi akut:
• Penambahan dosis bronkodilator dan frekuensi pemberiannya.
Bila terjadi eksaserbasi berat obat diberikan secara injeksi.
• Terbutalin 0,3 ml subkutan dapat diulang sampai 3 kali setiap
1 jam dan dapat dilanjutkan dengan pemberian per drip 3 amp
ul per 24 jam.
• Adrenalin 0,3 mg subkutan, digunakan secara hati-hati. Sebaik
nya tidak diberikan pada pasien diatas 40 tahun dan ada peny
akit jantung.
• Aminofilin bolus 5 mg/kgBB (dengan pengenceran) diberikan p
erlahan-lahan selama 10 menit untuk menghindari efek sampi
ng. Kemudian dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 0,5-0,8
mg/kgBB/jam.
• Pemberian aminofilin drip dan terbutalin dapat bersamasama d
alam 1 botol cairan infus. Cairan infus yang digunakan adalah
Dekstrose 5%, NaCl 0,9% atau Ringer Laktat.
• Kortikosteroid diberikan dalam dosis 30 mg/hari peroral selam
a 5-7 hari atau injeksi metilprednisolon 3 x 30 mg perhari maks
imal 3 hari kemudian dilanjutkan peroral.
• Antibiotik, hanya diberikan bila terdapat eksaserbasi
• Pemberian cairan harus seimbang.
• Pada pasien PPOK yang berdahak kental dan sulit dikeluarkan
maka diberikan cukup hidrasi untuk memudahkan pengeluaran
dahak. Namun pada pasien PPOK dengan gagal jantung kong
estif pemberian cairan harus hati-hati.
Konseling dan Edukasi
a. Edukasi ditujukan untuk mencegah penyakit bertambah berat deng
an cara menggunakan obat-obatan yang tersedia dengan tepat, meny
esuaikan keterbatasan aktivitas serta mencegah eksaserbasi.
b. Pengurangan pajanan faktor risiko
c. Memberikan layanan upaya berhenti merokok (UBM)
d. Keseimbangan nutrisi antara protein lemak dan karbohidrat, dapat
diberikan dalam porsi kecil tetapi sering.
e. Rehabilitasi
f. Latihan bernapas dengan pursed lip breathing
g. Latihan ekspektorasi
h. Latihan otot pernapasan dan ekstremitas

Kriteria Rujukan
Rujukan dari Puskesmas dan pelayanan kesehatan primer ke
rumah sakit/ Spesialis Paru dilakukan bila:
• Rujukan untuk diagnosis dan derajat PPOK
• PPOK eksaserbasi setelah mendapat penanganan awal
• Pengobatan jangka panjang dengan sistem rujuk balik
6. Bagan Alir

7. Unit Terkait 1. Poli Umum


2. UGD dan Rawat Inap
3. Laboratorium
4. Apotek
8. Dokumen Terkait Rekam Medis
9. Rekaman Histori No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
s Perubahan

Anda mungkin juga menyukai