Anda di halaman 1dari 18

Penyakit Tetralogi

of Fallot
Definisi
Tetralogi of fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang
abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertropi ventrikel kanan (Aspiani, 2014 ).

Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung


bawaan yang paling sering ditemukan yang
ditandai dengan sianosi sentral akibat adanya
pirau kanan kekiri (Oktavianus, 2014).
Etiologi
Oktavianus (2014),
Diduga karena adanya faktor endogen dan
eksogen.
• Faktor endogen
1. Berbagai jenis penyakit genetik: kelianan
kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita
penyakit jantung bawaan.
3. Adanya penyekit tertentu dalam keluarga,
seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jantung atau kelainan bawaan.
Faktor eksogen

1. Riwayat kehamilan ibu


2. Sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik, minum obat-obatan tanpa resep
dokter (talidamid, dekstroamfetamin,
aminoptrerin, ametopterin,jamu)
3. Ibu menderita penyakit infeksi rubella
4. Pajanan terhadap sinar X.
Manisfestasi Klinis
Oktavianus (2014), menyatakan ada beberapa manifestasi klinis dari
tetralogi of fallot, yaitu:
Tanda dan gejala yang muncul pada tetralogy of fallot
antara lain:
1) Sianosis bertambah pada waktu bangun tidur,
menangis atau sesudah makan
2) Dispnea
3) Mudah lelah
4) Gangguan pertumbuhan
5) Hipoksia (timbul sekitar umur 18 tahun)
6) Dapat terjadi apnea
7) Sering terjadi kehilangan kesadaran
8) Sering jongkok bila berjalan untuk mengurangi dispnue.
9) Takipnue
10) Jari tabuh, (pemukul gendang) kuku seperti gelas berloji.
11) Hipertropi gingiva (gusi)
12) Vena jugularis terlihat penuh atau menonjol.
13) Jantung : bising sistolik keras disela iga 4/VSD.
14) Darah : Hb dapat besar sampai lebih 17 g% Hct dapat
sampai 50-80% kadang ada anemia hipokromik relative
Patofisiologi dan
Pathway Penyakit
Tetralogi of Fallot
Penatalaksanaan Oktavianus (2014), menyatakan ada beberapa
pemeriksaan diagnostik dari tetralogi of fallot, yaitu:
a. Pemeriksaan diagnostik
1) EKG
2) Ekokardiograp
3) Rotgen
4) Program terapi
a)Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC IM untuk menekan pusat
pernafasan dan mengatasi takipnue.
b) Bikarbonas natrikus 1 meq/kg BB/IV untuk mengatasi asidosis
c) O2 2L/mnt dengan canula binasal
d) Propanol 0.01-0.25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk penurunan
denyut jantung sehingga serangan dapat diatasi
e) Ketamin 1-3 mg/kg IV perlahan untuk meningkatkan resistensi
vaskuler sistemik dan juga sadatif.
b. Penatalaksaan dilakukan tergantung pada usia, keadaan klinis
dan tingkat :
1) TF ringan
2) TF berat
Sianosis spell (tampak biru) sering timbul sewaktu-waktu dan harus
segera ditangani atau diatasi
- Letakkan pasien dengan posisi kneechest agar aliran balik ke
jantung berkurang dan resiskusi perifer meningkat sehingga pirau
dari kanan kekiri berkurang.
- Berikan O2 melalui masker
- Berikan injeksi morphin 0,2 mg/kg BB atau propanolol 0,1 mg/kg
BB/IV
- Berikan profelaksis oral propanolol 1mg/kg BB/hari.
Komplikasi
Oktavianus (2014), menyatakan ada beberapa
komplikasi dari tetralogi of fallot, yaitu :

a. Polistemia
b. Thrombophlebitis
c. Emboli
d. Penyakit pembuluh darah otak
e. Hiperpnea dengan sianotik berat
dapat berakibat tidak sadarkan
diri dan meninggal.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Identitas (data biografi)
b. Keluhan utama g. Riwayat psikososial
c. Riwayat penyakit sekarang 1) B1 (pernafasan)
2) B2 (kardiovaskular)
d. Riwayat penyakit 3) B3 (persarafan)
terdahulu 4) B4 (perkemihan)
e. Riwayat penyakit keluarga 5) B5 (percernaan)
6) B6 (musculoskeletal dan
f. Riwayat tumbuh integumen)
Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
keletihan dan dispnea. Tujuan dan kriteria hasil :
1) Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama napas, frekuensi pernapsan
dalam rentang normal, tidak ada suara napas
abnormal)
2) Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernapasan)
3) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas
yang bersih, tidak ada sianosis dan dispnea.
Intervensi Rasional
 1. Buka jalan napas dengan cara 1. Memaksimalkan jalan nafas.
menggunakan teknik chin lift atau jaw 2. Memaksimalkan ventilasi, dan mengurangi
thrust. diafragma dan memperkuat tarikan oleh otot-
2. Berikan posisi pada pasien dengan cara otot pernapasan.
memberikan posisi semi fowler. 3. Untuk menentukan intervensi selanjutnya.
4. Melebarkan bronkus (saluran pernapasan) dan
3. Identifikasikan pasien perlunya merelaksasi otot-otot pada saluran pernapasan.
pemasangan alat jalan napas buatan
dengan cara menghitung SPO2
4. Berikan bronkodilator bila perlu dengan
cara menggunakan masker (berukuran
kecil atau sedang), yang ditempatkan pada
wajah.
b. Intoleransi terhadap aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen. Tujuan dan kriteria hasil :
1) Berpastisipasi dalam aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan
RR.
2) Mampu melakukan akttivitas sehari-hari.
3) Tanda-tanda vital normal. Intervensi
keperawatan dan rasional :
Intervensi Rasional
1. Ikuti pola istirahat pasien, hindari pemberian 1. Hindari gangguan pada istirahat tidur pasien sehingga
intervensi pada saat istirahat dengan cara membuat kebutuhan energi dapat dibatasi untuk aktifiitas lain yang
jadwal istirahat pasien sehingga perawat mengetahui lebih penting.
kapan perawat harus memberikan intevensi tanpa 2. Meningkatkan kebutuhan istirahat pasien.
mengganggu jam istirahat pasien 3. Menghemat energi dengan cara menghindarkan pasien
2. Lakukan perawatan dengan cepat dengan cara dari kegiatan yang melelahkkan dan meningkatkan beban
hindari pengeluaran energi berlebih dari pasien. kerja jantung.
3. Bantu pasien memilih kegiatan yang tidak melelahkan 4. Perubahan suhu lingkungan yang mendadak merangsang
dengan cara memberikan aktivitas yang tidak kebutuhan akan oksigen yang meningkat
menguras tenaga pasien. 5. Kecemasan meningkatkan respon psikologis yang
4. Hindari perubahan suhu lingkungan yang mendadak merangsang peningkatan kortisol dan meningkatkan
dengan cara mengatur suhu ruangan. suplai O2.
5. 5. Kurangi kecemasan pasien dan keluarga dengan
cara memberi penjelasan yang dibutuhkan pasien dan
keluarga.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis. Tujuan dan kriteria hasil:
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai
dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya alergi makanan dengan cara 1. Menghindari adanya mual dan muntah.
menanyakan kepada keluarga pasien apakah 2. Sebagai acuan dalam pemenuhan kebutuhan
anak mempunyai alergi terhadap makanan nutrisi pasien.
tertentu. 3. Menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
2. Ajarkan keluarga bagaimana membuat dibutuhkan pasien
catatan makanan harian dengan cara
membuatkan jadwal makan anak dengan
teratur.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien dengan cara memberikan informasi
tentang status nutrisi pasien yang harus
dipenuhi kepada ahli gizi.

Anda mungkin juga menyukai