Anda di halaman 1dari 20

Kelompok

Meningitis
Nama Anggota:
Febi Rahayu (22044)
Neva Dwi Agustina (22066)
Nindya Chairunnisa (22067)
DEFINISI

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi


otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur (Smeltzer, 2001). Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid
dan plamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis.

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges,biasanya ditimbulkan

oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok,

Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).


ETIOLOGI
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi: jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita
4. Faktor maternal: ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
5. Faktor imunologi: defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan
PATOFISIOLOGI
Otak dan medulla spaulis dilindungi tiga lapisan meningen yaitu pada bagian paling
luar adalah duramater, bagian tengah araknold dan bagian dalam piamater. Cairan
serebrospinalis merupakan bagian dari otak yang berada dalam ruang subaraknoid
yang dihasilkan dalam fleksus choroid yang kemudian dialirkan melalui system
ventrikal.
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa cara
misalnya hematogen (paling hanyak), trauma kepala yang dapat tembus pada CSF
dan arena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen. mengakibatkan respons
peradangan. Netropil bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri
menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid.
Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan umum :
a. Pasien di isolasi
b. Pasien distirahatkan/bedrest
c. Kontrol kejang: Diazepam, fenobarbital
d. Kontrol peningkatan tekanan intracranial: Manitol, kortikosteroid
e. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
2. Pemberian antibiotic
a. Diberikan 10-14 hari atau sedikitnya 7 hari bebas panas
b. Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, gentamisin, kloromfenikol, selalosporin
c. Steroid untuk mengatasi inflamasi
d. Antipiretik untuk mengatasi demam
e. Antikonvulsant untuk mencegah kejang
Penatalaksanaan Medis
3. Pengobatan simtomatis
a. Diazepam IV: 0.2-0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4-0.6/mg/kg/dosis
b. Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari
c. Turunkan parasetamol mg/kg/dosis panas atau Antipiretika: salisilat 10
d. Kompres air PAM atau es
4. Pengobatan suportif
a. Cairan intravena
b. Zat asam, usahakan agar konsitrasi 02 berkisar antara 30-50%
c. Perawatan pada waktu kejang:
1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka
2) Hisap lender
3) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi
4) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh)
Pengkajian
A. Pengkajian
1. Biodata klien
2. Riwayat kesehatan yang lalu:
a. Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC?
b. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala?
c. Pernahkah operasi daerah kepala?
3. Data bio-priko-sosial
a. Aktivitas
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
d. Makan
e. Higiene
f. Neurosensori
g. Nyeri / kenyamanan
Pengkajian
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum klien sewaktu di lakukan pengkajian,biasanya klien lemah, kesadaran menurun,
sering ditemukan yaitu di mulai dari apatis, sammolen, sopor, sampai koma,dinilai dengan GCS.Penilaian
tingkat kesadaran dapat di lakukan dengan cara menilai GCS yang terdiri dari 3 hal, yaitu : Eye, Verbal,

Motorik.
2. Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala

Bentuk kepala, ada kelainan atau tidak, pada neonatus di temukan ubun-ubun cembung. Pada
pemeriksaan meningeal pada anak dengan meningitis akan di temukan kaku kuduk.
b) Mata
Pada pasien dengan kesadaran yang masih baik fungsi dan reaksi pupil biasanya tidak ada
kelainan, sedangkan pada pasien dengan penurunan kesadaran tanda-tanda perubahan dari fungsi dan
reaksi pupil mungkin akan ditemukan.
c) Hidung
Biasanya pada pasien meningitis tidak ada kelainan pada fungsi penciuman, terdapat pernafasan cuping hidung, ada
massa atau tidak
d) Mulut
Mukosa bibir kering akbat kehilangan cairan melalui proes evaporasi, bibir bewarna pucat atau merah, lidah simetris,
ada lendir atau tidak.
e) Telinga
Kebersihan telinga dan adanya kelainan atau serumen pada telinga. Terkadang di temukan keluarnya cairan dari telinga
pada anak dengan meningitis pneumokokkus dan sinus dermalk kongenital terutama di sebabkan oleh infeksi E.colli.
f) Leher
Perhatikan adanya pembesaran kelenjer tiroid dan vena jugularis
g) Kulit
Warna kulit tubuh merah atau kebiruan, pada bayi preterm terdapat lanugo dan erithema tixicum
h) Thoraks
1. Paru
I : Biasanya pada pasien dengan meningitis terdapat perubahan pola nafas
Pa : Biasanya pada pasien dengan meningitis fremitus kiri dan kanan sama
Pe : Biasanya pada pasien meningitis tidak teraba
A : Biasanya pada pasien dengan meningitis bunyi tambahhan seperti rochi pada pasien dengan meningtis tuberkulosa
2. Jantung
I : Biasanya pada pasien dengan meningitis ictus tidak teraba
Pa : Biasanya pada pasien dengan meningitis ictus teraba 1 jari medial midklavikula sinistra RIC IV
Pe : Biasanya bunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi jantung II RIC 4-5 midklavikula
A : Biasanya jantung murni,tidak ada mur-mur
j) Ekstremitas
Biasaya pada pasien dengan meningitis adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi (khususnya lutut dan pergelangan
kaki). Gerakan lemah, perhatikan adanya kelumpuhan pada saraf dan keadaan jari-jari tangan dan kaki.
C. Pemeriksaan Diagnostik
1 Amlius CSS dari fungsi lumbal :
a) Meningitis bakterial tekanan meningkat, cairan keruh berkabun, jumlah sel darah putih dan protein meningkat
glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b) Meningitis virus tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein
biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum meningkat (meningitis)
3. LDH serum: meningkat (meningitis bakteri)
4. Sel darah putih sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakterí)
5. Elektrolit darah: Abnormal
6. ESR/LED: meningkat pada meningitis
7. Kultur darah hidung/ tenggorokan/ urine dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe
penyebab infeksi
8. MRI/skan CT dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral,
hemoragik atau tumor
Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan Pola Napas berhubungan dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang
berhubungan dengan akumulasi secret, penurunan kemampuan batuk,dan perubahan
tingkat kesadaran ( D.0001 )
b. Nyeri kepala berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak ( D.0077 )
c. Risiko cedera yang berhubungan dengan adanya kejang berulang, fiksasi kurang optimal (
D.0136 )
Intervensi ( Perencanaan Keperawatan)
No Diagnosa Tujuan Dan kriteria hasil Intevensi
Keperawatan ( SLKI ) ( SIKI )
( SIKI )
1. Gangguan Pola Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
Napas berhubungan keperawatan selama 3x24 jam ( I.06194 )
dengan diharapakan masalah dapat teratasi, Observasi
ketidakefektifan dengan kriteria hasi : 1. monitor pola napas
bersihan jalan nafas (L.01001) ( frekuensi, kedalaman, usaha napas )
yang berhubungan Bersihan Jalan Nafas 2. monitor bunyi napas tambahan ( Mis
dengan akumulasi 1. Batuk efektif menurun gurgling,mengi,wheezing,ronkhi kering )
secret, penurunan 2. Sesak napas menurun 3. monitor sputum ( jumlah, warna, aroma _
kemampuan 3.frekuensi napas membaik Terapeutik
batuk,dan perubahan 4. Pola napas membaik 1. pertahankan kepatenan jalan napas dengan
tingkat kesadaran head-tilt dan chin-lift ( jaw-thurst hika curiga
( D.0001 ) trauma servikal )
Intervensi ( Perencanaan Keperawatan)
No Diagnosa Tujuan Dan kriteria hasil Intevensi
Keperawatan ( SLKI ) ( SIKI )
( SIKI )
2. berikan posisi semi fowler
3. lakukan fisoterapi dada, jika perlu
4. lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
5. berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
1. anjurkan asupan cairan 2000 Ml/ Hari, jika
tidak kontraindikasi
2. ajarkan batuk efektif

Kolaborasi
1. kolaborasi dengan pemberian
bronkodilator,ekspetoran, jika perlu
Intervensi ( Perencanaan Keperawatan)
No Diagnosa Tujuan Dan kriteria hasil Intevensi
Keperawatan ( SLKI ) ( SIKI )
( SIKI )
2. Nyeri kepala Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapakan masalah ( I.08238 )
iritasi selaput dan dapat teratasi, dengan kriteria hasi : Observasi
jaringan otak Tingkat Nyeri ( L.08066 ) 1. Identifikasi lokasi, karakterisitik, durasi,
( D.0077 ) 1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, intensitas nyeri
2. kesulitan tidur menurun 2.Identifikasi skala nyeri
3. muntah menurun 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. mual menurun 4.Identifikasi faktor yang
5. pola nafas membaik memperberat dan memperingan nyeri
6. frekuensi nadi membaik 5.Monitor efek samping penggunaan analgetik
7. tekanan darah membaik Terapeutik
8. proses berpikir membaik 1.Berikan teknik non farmakologis untuk
9. fokus membaik mengurangi rasa nyeri
10. fungsi berkemih membaik 2.Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
11. nafsu makan membaik nyeri
12. pola tidur membaik 3.Fasilitas istirahat dan tidur
Intervensi ( Perencanaan Keperawatan)
No Diagnosa Tujuan Dan kriteria hasil Intevensi
Keperawatan ( SLKI ) ( SIKI )
( SIKI )
Edukasi:
1.Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2.Jelaskan strategi meredakan nyeri
3.Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4.Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

Kolaborasi:
1.Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Intervensi ( Perencanaan Keperawatan)
No Diagnosa Tujuan Dan kriteria hasil Intevensi
Keperawatan ( SLKI ) ( SIKI )
( SIKI )
3. Risiko cedera yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen kenyamanan lingkungan
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapakan masalah (I. 08237)
adanya kejang dapat teratasi, dengan kriteria hasi : Observasi
berulang, fiksasi Tingkat Cedera 1.Identifikasi sumber kenyamanan
kurang optimal ( L. 14136 ) 2.Monitor kondisi kulit, terutama di area tonjolan
( D.0136 ) 1. Nafsu makan meningkat Terapeutik
2. kejadian vedera menurun 1.Berikan penerimaan dan dukungan kepindahan
3. ketegangan otot menurun ke lingkungan baru
4. gangguan mobilitas menurun 2.Letakkan bel pada tempat yang mudah di
5. gangguan kognitif menurun jangkau
6. tekanan darah membaik 3.Sediakan ruangan yang tenang dan mendukung
7. frekuensi nadi membaik 4.Fasilitasi kenyamanan lingkungan
8. frekuensi nafas membaik 5.Atur posisi yang nyaman
9. pola istirahat / tidur membaik Edukasi
1.Jelaskan manajemen
lingkungan
Implementasi

Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas pasien,


keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat respon
pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Nettina, 2002). Pada
saat implementasi perawat harus melaksanakan hasil dari rencana keperawatan
yang di lihat dari diagnosa keperawatan. Di mana perawat membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu
masalah. (Meirisa, 2013). Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai.
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai