1 Pengertian (Definisi) Kejang pada neonatus adalah gerakan paroksimal dariperubahan
fungsi neurologis (perilaku, motorik dan fungsi autonomik) yang terjadi pada bayi berumur sampai dengan 28 hari. 2 Assesmen Keperawatan Anamnesa Penyebab kejang pada neonatus: 1. Hypoxic Ischemic Encephalopathy (HIE): 25-50% 2. Perdarahan intrakranial dan trauma SusunanSaraf Pusat: 15- 20% 3. Masalah metabolik: 5-30% a. Hipoglikemia (glukosa darah <40 mg/dL) b. Hipokalsemia (Ca<8 mg/dL atau Ca ion<1mmol/L) c. Hipomagnesemia (Mg<1.2 mg/dL) d. Hiponatremia/Hipernatremia e. Defisiensi piridoksin 4. Infeksi Susunan Saraf Pusat (Meningitis, infeksiTORCH): 5-15% 5. Stroke: cedera iskemik fokal, stroke neonatus,thrombosis vena serebral 6. Inborn Errors of Metabolism: kelainanmetabolisme asam amino, defek siklus urea,defisiensi Glucose Transporter-1 (GLUT-1) 7. Developmental Malformations: disgenesisserebral, sindrom neurokutaneus 8. Kejang disebabkan obat-obatan: Withdrawal ofnarcotic analgesic, intoksikasi anestesi lokal 9. Sindrom epilepsi neonates Riwayat ibu dan obstetrik: 1. Infeksi ibu, paparan obat, riwayat keguguransebelumnya atau bayi dengan kejang(bawaan), kondisi medis (diabetes, hipertensi,dll.) dan riwayat kejang neonatus dalamkeluarga. 2. Korioamnionitis, demam, perdarahanantepartum, persalinan yang sulit atau gawatjanin dan nilai Apgar rendah. 3 Diagnosis Keperawatan 1. Hipertermi (D.0130) berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, penggunaan inkubator 2. Pola nafas tidak efektif (D.0005) berhubungan dengan gangguan neurologis 3. Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017) berhubungan dengan efek samping tindakan misalnya penggunaan vacum pada prosesi kelahiran 4. Risiko cedera (D.0136) berhubungan dengan ketidaknormalan profil darah, hipoksia jaringan otak 4 Kriteria Evaluasi / Nursing 1. Termoregulasi Membaik (L. 14134) dengan criteria hasil :Denyut Outcome nadi normal, Melaporkan kenyamanan suhu, suhu kulit normal, Tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi. 2. Pola nafas membaik (L.01004) dengan kriteria :Frekwensi nafas membaik, kedalaman nafa membaik, dipsnoe menurun, penggunaan otot pernafasan menurun, PCH menurun, pernafasan pursed-lip menurun, ortopnoe menurun. 3. Perfusi serebral meningkat (L.02014) dengan kriteria hasil : tingkat kesadaran meningkat, agitasi menurun, demam menurun, refleks saraf membaik, tekanan darah sistolik dan diastolik membaik. 4. Tingkat cedera menurun ( L.14136) dengan kriteria hasil : toleransi aktivitas meningkat, toleransi makan meningkat, ekspresi wajah kesakitan menurun, frekuensi nadi membaik, frekuensi nafas membaik, pola istirahat atau tidur membaik 5 Intervensi Keperawatan 1. Manajemen Hipertermia (I.15506) : Identifkasi penyebab hipertermi (mis. Dehidrasi terpapar lingkungan panas penggunaan incubator); Monitor suhu tubuh; Monitor kadar elektrolit; Sediakan lingkungan yang dingin; Longgarkan atau lepaskan pakaian; Basahi dan kipasi permukaan tubuh; Berikan cairan oral; Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila); Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu 2. Regulasi Temperatur (I.14578) : Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi; Monitor warna dan suhu kulit; Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat; Gunakan kasur pendingin, untuk menurunkan suhu; Kolaborasi pemberian anti piretik jika perlu 3. Manajemen jalan nafas (I.01011) : monitor pola nafas, monitor bunyi nafas tambahan, monitor sputum, pertahankan kepatenan jalan nafas, posisikan semifowler, lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik, berikan oksigen bila perlu. 4. Pemantauan respirasi (I.01014) : monitor frekuensi irama, kedalaman dan upaya nafas, monitor pola nafas, monitor adanya produksi sputum, monitor adanya sumbatan jalan nafas, dokumentasikan hasil pemantauan. 5. Manajemen peningkatan tekanan intrakranial (I.06194) : identifikasi penyebab tekanan intrakranial, monitor tanda/gejala peningkatan intrakranial, monitor status pernafasan, monitor intake dan output cairan, pertahankan suhu tubuh normal, kolaborasi pemberian antikolvusan.
peningkatan intrakranial, monitor penurunan tingkat kesadaran, monitor penurunan frekuensi jantung. 7. Manajemen keselamatan lingkungan (I.14513) : identifikasi kebutuhan keselamatan, monitor perubahan status keselamatan lingkungan, modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko. 8. Pencegahan cedera (I.14537) : identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cidera, pastikan tempat tidur dalam keadaan terkunci, sosialisasikan keluarga dengan lingkungan ruang rawat, tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien. 6 Informasi dan Edukasi 1. Jelaskan intervensi pencegahan jatuh ke keluarga 2. Jelaskan keterlibatan keluarga dalam pencegahan jatuh 3. Informasikan hasil pemantauan jika perlu 7 Evaluasi Mengevaluasi respon subjektif dan objektif setelah dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan 8 Penelaah Kritis Sub Komite Mutu Keperawatan 9 Kepustakaan 1. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta; Persatuan Perawat Indonesia. 2. Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia. 3. Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia. 4. Tim UKK Neonatologi PP IDAI, (2018). Panduan pelayanan neonatal UKK Neonatologi PP IDAI. Jakarta.
Ditetapkan Dikoordinasikan Oleh Majalengka, 29 April 2022
Direktur RSUD Majalengka, Komite Keperawatan, Ketua Kelompok Kerja Perawat Anak Ketua,
dr. Hj. Erni Harleni,MARS H. Muhaemin, S.ST Rina Nurinayah, S.Kep.,Ners