Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN CARDIAC ARREST

Kelompok 4
Pengkajian
● Henti jantung terjadi ketika jantung mendadak berhenti
berdenyut, mengakibatkan penurunan sirkulasi efektif. Semua
kerja jantung dapat terhenti, atau dapat terjadi kedutan otot
jantung yang tidak sinkron (fibrilasi ventrikel). (Hackley,
Baughman, 2009)
01
Pengkajian
Identitas Keluhan Utama
Hal yang perlu dikaji pada identitas klien Klien henti jantung biasanya mengalami
yaitu nama, jenis kelamin, umur, penurunan kesadaran
suku/bangsa, agama, pendidikan,
alamat, lingkungan tempat tinggal.

Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Penyakit Dahulu


Pengkajian Primer
1. Look:
lihat status mental, pergerakan/pengembangan dada, terdapa
sumbatan jalan napas / tidak, sianosis, ada tidaknya retraksi
pada dinding dada, ada/tidaknya penggunaan otot-otot
1. Airway tambahan.
2. Listen:
mendengar aliran udara pernapasan, suara pernapasan, ada
bunyi napas tambahan seperti snoring, gurgling, atau stidor.
3. Feel:
merasakan ada aliran udara pernapasan,apakah ada
krepitasi, adanya pergeseran/deviasi trakhea, ada hematoma
pada leher,teraba nadi karotis atau tidak
Tindakan yang harus di lakukan perawat adalah :

a. Penilaian untuk memastikan tingkat kesadaran adalah dengan menyentuh,menggoyang dan di


beri rangsangan atau respon nyeri.
b. Periksa dan atur jalan napas untuk memastikan kepatenan.
c. Periksa apakah klien mengalami kesulitan bernapas.
d. Buka mulut klien dengan ibu jari dan jari-jari anda untuk memegang lidah dan rahang bawah
dan tengadah dengan perlahan.
e. Identifikasi dan keluarkan benda asing (darah, muntahan, sekret, ataupun benda asing ) yang
menyebabkan obstruksi jalan napas baik parsial maupun total dengan cara memiringkan
kepala pasien ke satu sisi (bukan pada trauma kepala).
f. Pasang orofaringeal airway/nasofaringeal airway untuk mempertahankan kepatenan jalan
napas.
g. Pertahankan dan lindungi tulang servikal.
2. Breathing
a. Look:
nadi karotis ada/tidak,frekuensi pernapasan tidak ada dan
tidak terlihat adanya pergerakan dinding dada, kesadaran
menurun, sianosis, identifikasi pola pernapasan abnormal,
periksa penggunaan otot bantu dll
b. Listen:
mendengar hembusan napas
c. Feel:
tidak ada pernapasan melalui hidung/mulut
Tindakan yang harus di lakukan perawat adalah :

a. Atur posisi pasien untuk memaksimalkan ekspansi dinding dada


b. Berikan therapy O2 (oksigen)
c. Beri bantuan napas dengan menggunakan masker/bag valve mask
(BMV) / endo tracheal tube (ETT) jika perlu
d. Tutup luka jika didapatkan luka terbuka pada dada
e. Kolaborasi therapy untuk mengurangi bronkhospasme/adanya
edema pulmonal,dll
3. Circulation
a. Periksa denyut nadi karotis pada
klien kualitas dan karakternya
b. Periksa perubahan warna kulit
seperti sianosis

Tindakan yang harus dilakukan


perawat adalah :

a. Lakukan tindakan CPR/defibrilasi sesuai dengan indikasi


PEMERIKSAAN FISIK
Neurologis
Indikator utama dalam pengkajian neurologis adalah tingkat kesadaran
pasien. Untuk mengetahui status neurologis dan mencatat perubahan
setiap saat maka dapat di gunakan Glasgow Coma Scale
Kardiovaskuler
Gunakan EKG 12 lead untuk mengetahui atau menilai adanya
abnormalitas irama Suara jantung, Murmur, Efusi perikat /tamponad,
Perfusi

Pernapasan
Suara napas dikelompokan menjadi, trakheal, bronkhiale, vesikuler, dan
bronkovesikuler, suara napas abnormal (berat) termasuk stridor, ronkhi,
rales, terputus-putus, dan sulit bernapas.
Gastrointestinal

Pada pengkajian subjektif perlu di kaji/pemeriksaan sistem gastrointestinal. Apakah


ada riwayat gastritis, sirosis hepatis, appendisitis, dan pankreatitis, dll. Apakah ada
gaya hidup yang mempengaruhi masalah gastrointestinal.
Perkemihan
Catat frekuensi urine, adanya inkontinensia, terasa panas, dan bau aneh.
Kaji pula lokasi nyeri dan kateter.

Muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal dalam gawat darurat biasanya berhubungan
dengan trauma dan infeksi.
Integumen
Periksa warna kulit, tekstur, turgor dan suhu tubuh kulit, apakah ada tanda-tanda
pucat sianosis,atau kekuningan.

Hematologis
Periksa gangguan tanda-tanda perdarahan seperti memar, ptechiae, konjungtiva pucat,
nyeri dan memar,dll.

Imunologi
Gaya hidup, status imunisasi, dan riwayat penyakit adalah faktor kunci dalam pemeriksaan
imun.demam adalah pertimbangan penting tapi tidak selamanya orang yang bersuhu tinggi dalam
keadaan bahaya. Hal lain yang dipertimbangkan adalah status imunisasi terbaru dan riwayat kontak
dengan orang yang memiliki gejala yang sama.
Endokrin
Perhatikan adanya gangguan endokrin jika pasien merasa sering lelah, lemah, perubahan status mental,
penurunan BB, panas dingin, poliuri, polidipsi, dan polifagi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Penurunan Curah Jantung b.d kontraktilitas


2. Gangguan Sirkulasi Spontan b.d abnormalitas kelistrikan jantung
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
1 Penerunan Curah Setelah dilakukan intervensi Observasi
1. Monitor saturasi oksigen
Jantung keperawatan selama 1x 24
2. Identifikasi tanda gejala primer penurunan curah jantung
jam maka diharapkan curah 3. Monitor EKG 12 sadapan
jantung meningkat dengan 4. Monitor aritmia
5. Periksa tekanan darah dan frekiensi nadi sebelum pemberian obat
kriteria hasil :
Terapeutik
1. Kekuatan nadi perifer 6. Posisikan pasien semi fowler / fowler dengan kaki kebawah atau
meningkat posisi nyaman
2. Cardiac Index meningkat 7. Berikan diet jantung yang sesuai
8. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
3. Bradikardi menurun
9. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih dari
4. Takikardia menurun 94%
5. Gambaran EKG aritmia Edukasi
10. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
menurun
11. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur inteks dan output cairan
harian
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian anti aritmia
13. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Gangguan Setelah dilakukan Resusitasi Jantung Paru
Sirkulasi intervensi 1x24 jam, Observasi
Spontan maka di harapkan 1. Identifikasi keamanan penolong, pasien dan lingkungan
gangguan sirkulasi 2. Identifikasi respon pasien ( mis memanggil pasien, menepuk bahu pasien)
spontan meningkat 3. Monitor nadi karotis dan napas setiap 2 menit atau 5 siklus RJP
dengan kriteria hasil : Terapeutik
1. Tingkat kesadaran 4. Pakai alat pelindung diri
meningkat 5. Aktifkan emergency medical system atau berteriak meminta tolong
2. Frekuensi nadi 6. Posisikan pasien telentang ditempat datar dan    keras
meningkat 7. Atur posisi penolong berlutut disamping korban
3. Tekanan darah 8. Raba nadi karotis selama <10 derik
meningkat 9. Berikan rescue breathing jika ditemukan ada nadi tetapi tidak ada napas
4. Suhu tubuh 10. Kompresi dada 30 kali dikombinasikan dengan bantuan napas (ventilasi) 2 kali jika ditemukan tidak ada nadi dan tidak ada napas
meningkat 11. Kompresi dengan tumit telapak tangan menumpuk diatas telapak tangan yang lain tegak lurus pada pertengahan dada (seperdua
5. Saturasi oksigen bawah sternum)

meningkat 12. Kompresi dengan kedalaman kompresi 5-6cm dengan kecepatan 100-120 kali/menit

6. Gambaran EKG 13. Bersihkan dan buka jalan napas dengan head tilt-chin lift atau jaw thrust (jika curiga cedera servikal)

aritmia membaik 14. Berikan bantuan napas dengan menggunkan bag valve mask dengan teknik EC-clamp

7. Produksi urine 15. Kombinasikan kompresi dan ventilasi selama 2 menit atau sebanyak 5 siklus

membaik 16. Hentikan RJP jika ditemukan adanya tanda-tanda kehidupan ,penolong yang lebih mahir dating, ditemukan adanya tanda-tanda

  kematian biologis, do not resuscitation (DNR)


Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan procedure tindakan kepada keluarga atau pengantar pasien
Kolaborasi
2. Kolaborasi  tim medis untuk bantuan hidup lanjut
 
Manajemen defibrilasi
Observasi
3. Periksa irama pada monitor setelah RJP 2 menit
Teraupetik 
4. Lakukan resusitasi jantung paru (RJP) hingga mesin defibrillator siap
5. Siapkan dan hidupkan mesin defibrillator
6. Pasang monitor EKG
7. Pastikan irama EKG henti jantung (VF atau VT tanpa nadi)
8. Atur jumlah energy dengan mode asynchronized (360 joule untuk monofasik dan 120-200 joule untuk bifasik)
9. Angkat paddle dari mesin dan oleskan jeli pada paddle
10. Tempelkan paddle sternum (kanan) pada sisi kanan sternum dibawah klavikula dan paddle apeks (kiri) pada garis midaksilaris
setinggi elektroda V6
11. Isi energi dengan menekan tombol charge pada paddle atau tombol charge pada mesin defibrillation dan menunggu hingga energy
yang diinginkan tercapai
12. Hentikan RJP saat defibrillation siap
Lanjutannya...

10. Teriak bahwa defibrillation telah siap (mis “I’m clear, you’re clear,
everybody’s clear)

11. Berikan syok dengan menekan tombol pada kedua paddle bersamaan .

12. Angkat paddle dan langsung lanjutkan RJP tanpa menunggu hasil irama
yang muncul pada monitor setelah pemberian defibrilasi .

13. Lanjutkan RJP sampai 2 menit


TRIGERCASE
Pada tanggal 21 Agustus 2020 Ny. B berusia 50 tahun di bawah ke RSUD Abunawas oleh keluarganya. Keluarga Ny. B
mengatakan kondisi pasien saat datang ke RS tidak sadarkan diri, penurunan tekanan darah, bernafas tidak spontan
dan nadi karotis tidak teraba. Keluarga klien juga mengatakan bahwa Ny. B sempat mengeluh nyeri dada dan sesak
nafas, gejala yang dirasakan pasien terjadi secara berulang serta pasien mengatakan cemas jika penyakitnya kambuh
kembali, pasien akhirnya dipindahkan di ruangan ICCU untuk melakukan stabilisasi dengan analisa gas darah PO2:
75 mmHg, PCO2 : 50 mmHg, S : 35,5°c N : 135x/menit TD : 80/60 mmHg RR : 10x/menit, Kesadaran : Koma, Pola
Nafas : Dipsnea, Suara nafas : Whezzing, Alat bantu nafas : nasal kanul flow 8-9 LPM ventilator, SpO2 : 95% ,
Suara jantung : murmur, Ictus Cordis : Ictus cordis tidak terlihat. Ictus cordis teraba di apex pada ICS V midavikular
line sinistra, CRT : ≤ 2 detik, Akral : dingin, Sikulasi perifer : normal, JVP : (5+2) cmH2O, CVP : (5+3) cmH2O,
Interpretasi EKG : irama sinus dengan frekuensi denyut jantung 60x/menit, aksis normal, gelombang P normal,
komplek QRS SV2 + RV5 < 35 mm, ST elevasi 1-3 mm pada J-point di lead II, III, Avf, V2, V4-V6, I, Avl. Jadi,
EKG disimpulkan sinus rhythm dengan early repolarization. GCS : E1M1V1 : 3.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal MRS : 21 Agustus 2020
Jam Masuk : 09.00 WITA
Tgl Pengkajian : 21 Agustus 2020
No. RM : 97865
Jam Pengkajian : 09.05 WITA
Dx Masuk : Cardia Arrest

IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. B
Umur : 50 Thn
Suku/ Bangsa : menui
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Andounohu
Sumber Biaya : Keluarga
KELUHAN UTAMA

Penurunan Kesadaran

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Keluarga Ny. B mengatakan kondisi pasien saat datang ke RS tidak sadarkan diri, tidak ada
napas, tekanan darah tidak stabil dan nadi karotis tidak teraba. Keluarga klien juga
mengatakan bahwa Ny. B sempat mengeluh nyeri dada dan sesak nafas, gejala yang
dirasakan pasien terjadi secara berulang.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Pernah dirawat : tidak

2. Riwayat penyakit kronik dan menular : tidak

3. Riwayat alergi : tidak

3. Riwayat operasi : tidak

4. Lain-lain :Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien juga mempunyai riwayat hipertensi.
- Genogram

RIWAYAT KESEHATAN
KELUARGA
PERILAKU YANG
MEMPENGARUHI KESEHATAN
Alkohol : keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah minum Alcohol

Merokok: keluarga pasien mengatakan pasien adalah perokok aktif

Obat :keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah meminum obat

Olahraga : keluarga pasien mengatakan pasien terkadang melakukan jalan pagi selama 15 menit.
1. Tanda tanda vital
S : 35,5°c N : 135x/menit
TD : 80/60 mmHg
RR : 10x/menit
Kesadaran : Koma
2. Sistem Pernafasan (B1)
RR : 10x/menit
OBSERVASI DAN Keluhan : sesak

PEMERIKSAAN Batuk : tidak produktif


Penggunaan otot bantu nafas : Tidak

FISIK Pola Nafas


Suara nafas
: Dipsnea
: Whezzing
Alat bantu nafas : ya
Jenis : nasal kanul flow 8-9 LPM ventilator
SpO2 : 95%
Penggunaan WSD : tidak
Tracheostomy : tidak
Sistem Kardio vaskuler (B2)

a. Keluhan nyeri dada : tidak Irama


b. jantung : ireguler
c. Suara jantung : murmur
d. Ictus Cordis :Ictus cordis tidak
terlihat. Ictus cordis teraba di apex pada ICS V
midavikular line sinistra
e. CRT : ≤ 2 detik
f. Akral : dingin
g. Sikulasi perifer : menurun
h. JVP : (5+2) cmH2O
i. CVP :(5+3) cmH2O
j. ECG & Interpretasinya :
Interpretasi :

irama sinus dengan frekuensi denyut jantung 60x/menit, aksis normal,


gelombang P normal, komplek QRS SV2 + RV5 < 35 mm, ST elevasi 1-3
mm pada J-point di lead II, III, Avf, V2, V4-V6, I, Avl. Jadi, EKG disimpulkan
sinus rhythm dengan early repolarization.
Sistem Persyarafan (B3)
1. GCS : E1M1V1 : 3
2. Keluhan pusing : -
3. Pemeriksaan saraf kranial :
N1 : ket : karena pasien koma
4. Hoffman/Tromer test : test ini tidak dilakukan karena
N2 : ket :karena pasien koma pasien sedang koma.

N3 : ket : karena pasien koma Pupil : isokor


N4 : ket : karena pasien koma
Diameter : 3mm/6mm
N5 : ket : karena pasien koma
5. Sclera : anisokor
N6 : ket : karena pasien koma
6. Komjungtiva : merah muda (normal)
N7 : ket : karena pasien koma

N8 : ket : karena pasien koma


7. Isitrahat/Tidur : 8 Jam/Hari

N9 : ket : karena pasien koma 8. Gangguan tidur : Tidak ada


N10 : ket : karena pasien koma

N11 : ket : karena pasien koma

N12 : ket : karena pasien koma


Sistem Perkemihan (B5)

a. Kebersihan genetalia :kotor


b. Sekret :tidak ada
c. Ulkus :tidak ada
d. Kebersihan meatus uretra : Ada
e. Keluhan kencing : tidak
f. Kemampuan berkemih :alat bantu
Sebutkan : kateter
Jenis : silicon murni
Ukuran : 30 FR
g. Produksi urine : 50 ml/jam
Warna : kekuning-kuningan
Bau : khas urine
h. Intake cairan oral :-
i. Balance cairan :-
a. TB : 160 cm
BB : 60 kg
b. IMT : 23,4 interpretasi : ideal
c. LILA :-
Sistem
Pencernaan (B6) d. Mulut : kotor
e. Membran mukosa : kering
f. Abdomen : kembung
g. Nyeri tekan : tidak
h. Luka operasi : tidak
i. Peristaltik : 25x/menit
j. Diet :-
Sistem Muskuloskletal (B7)

a. Sirkulasi perifer : menurun


b. Kompartemen syndrome : tidak
c. Kulit : kemerahan
d. Turgor : baik
e. Luka operasi : tidak
f. ROM : Pasif
g. Pitting edema :-
h. Lain-lain : Tidak Ada
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

a. Persepsi klien terhadap penyakitnya:

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien cemas pada


penyakitnya dan setiap pasien merasa sesak dan nyeri dada
selalu ingat akan kematian

b. Reaksi saat interaksi : tidak kooperatif

c. Gangguan konsep diri:

Pasien tidak memiliki gangguan konsep diri. Hal ini terbukti dari
keluarga pasien yang mengatakan bahwa pasien mudah bergaul
dan menyesuaikan diri dengan orang lain serta mudah menerima
masukan dari orang lain.
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien adalah orang yang cukup baik
dalam menjaga kebersihan dirinya.
Contohnya : pasien rajin menjaga kebersihan kulit, kuku, rambut, mulut, gigi,
kebersihan dan kerapihan pakaiannya.
 

PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah
Sebelum sakit : kadang- kadang
Selama sakit : tidak pernah
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah :-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Laboratorium,Radiologi, EKG, USG , dll)
Elektrokardiografi (EKG) didapatkan irama sinus dengan frekuensi denyut jantung60x/menit,
aksis normal, gelombang P normal, komplekQRS SV2 + RV5 < 35 mm, ST elevasi 1-3 mm
pada J-point di lead II, III, Avf, V2, V4-V6, I, Avl. Jadi, EKG disimpulkan sinus rhythm
dengan early repolarization.

1. Analisa Gas Darah


pO2 : 75 mmHg (↓)

pCO2 : 50 mmHg (↑)

SO3 : 100
 
TERAPI
 
1. Terapi Oksigen 3l/menit

 
TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Stressor
 
- Keluarga pasien  
Ancaman pada status
mengatakan kendisi pasien
kesehatan
saat datang ke RS tidak
21/08/2020 sadarkan diri
ANALISIS DATA Ansietas
- Keluarga pasien
 
mengatakan pasien cemas
jika pasien merasa
sesak dan nyeri
dada.
DO :
- Hilang kesadaran
- Nadi karotistidak
teraba
 
DS : penurunan tekanan
oksigen
- Keluarga klien mengatakan Ny B
mengeluh nyeri dan dan sesak nafas, gejala yang
persial (PO2)
dirasakan pasien  
terjadi secara
berulang Dispnea
DO :
- Pasien tidak
bernafas spontan Hambatan
21/08/2020 Ventilasi Spontan Gangguan Ventilasi Spontan
- Analisa gas darah
PO2 : 75 mmHg ( )
PCO2 : 50 mmHg
 
- TTV :

S : 35,5°c

N : 135x/menit

TD : 80/60 mmHg
RR : 10x/menit
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
 
 
 
1. Hambatan Sirkulasi Spontan, berhubungan dengan penurunan tekanan oksigen persial
ditandai dengan pasien tidak bernafas spontan
2. Ansietas berhubungan dengan stressor ditandai dengan Keluarga pasien mengatakan pasien
cemas jika pasien merasa sesak dan nyeri dada.

 
INTERVENSI KEPERAWATAN
Lanjutannya...

- Catat perubahan padasaturasi O2, volume tidak akhir Co2, dan


perubahan nilai analisa gas darah dengan cepat.

3. Bantuan ventilasi

- Posisikan untuk meminimalkan upaya pernafasan misalnya, mengangkat


kepala tempat tidur dan memberikan overbed table bagi pasien untuk
bersandar
- Monitor efek-efek perubahan posisi pada oksigenasi ABG , SaO2, SpO2,
tidal akhir Co2, QSP/Qt, tingkat A-a DO2 kelola obat nyeri yang tepat
untuk mencegah hipoventilasi
- Monitor pernafasan dan status oksigenasi
21/08/20 09.00 Setelah dilakukan asuhan kep erawatan selama 1 x 24 1. Tingkat kecemasan

jam d iharapkan ansieta dapat terat asi Dengan - Berada di sisi klien untuk
kriteria hasil : meningkatkan rasa aman dan
1. Tingkat kecemasan mengurangi ketakut an
- Dorong keluarga untuk mendampingi

Indikator Awal Akhir klien dengan cara yang tepat Ciptakan


1 3 atmosfer raa aman untuk
Rasa
meningkatkan kepercayaan
takut yang - Identifikasi pada saat terjadi perubahan
disampaikan tingkat kecemasan
secara lisan - Berikan aktivitas pengganti yang
Rasa cemas 1 3 bertujuan untuk mengurangi tekanan
Yang bantu klien.
disampaikan
- mengidentifikasi situasi yang memicu
secara lisan kecemasan atur menggunaan obat-
obatan untuk mengurangi kecemasan
secara tepat.
- kaji untuk tanda verbal dan non verbal
kecemasan
Lanjutannya...

2. Terapi relaksasi

- Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman


dengan pakaian longgar dan mata tertutup
- Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang
terjadi
- Dorong klien untuk mengulang praktik relaksasi jika
memungkinkan
TERIMAKASIH
KESIMPULAN
Henti jantung merupakan suatu keadaan terhentinya fungsi pompa otot
jantung secara tiba-tiba yang berakibat pada terhentinya proses
penghantaran oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Keadaan ini bisa
terjadi akibat hipoksia lama karena terjadinya henti nafas yang merupakan
akibat terbanyak henti jantung. Kerusakan otak dapat terjadi luas jika henti
jantung berlangsung lama, karena sirkulasi oksigen yang tidak adekuat
akan menyebabkan kematian jaringan otak.
Hal tersebutlah yang menjadi alasan penatalaksanaan berupa CPR atau
RJP harus dilakukan secepat mungkin untuk meminimalisasi kerusakan
otak dan menunjang kelangsungan hidup korban. Hal yang paling penting
dalam melakukan resusitasi pada korban, apapun teknik yang digunakan
adalah memastikan penolong dan korban berada di tempat yang aman,
menilai kesadaran korban dan segera meminta bantuan.
Thanks
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai