Anda di halaman 1dari 13

1

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian kegawatdaruratan
1. Pengkajian primary survey
a. Data Subjektif
 Riwayat Penyakit Pasien
- Pasien akan mengeluh sesak
- Pasien akan mengeluh nyeri pada dada (biasanya pada pasien dengan
fraktur rusuk dan sternum).
- Pasien akan mengeluh batuk berdarah dan berdahak
- Pasien akan mengeluh lemas, lemah.
 Riwayat Kesehatan Pasien
- Riwayat penyakit sebelumnya.
- Riwayat pengobatan sebelumnya.
b. Data Objektif
 Airway (A)
- Biasanya pasien akan batuk dengan sputum kental atau darah, terkadang
disertai muntah darah, krekels (+), jalan nafas tidak paten.
 Breathing (B)
- Adanya napas spontan dengan gerakan dada asimetris (pada pasien
tension pneumothorax), napas cepat, dyspnea, takipnea, suara napas
gurgling, napas pendek, napas dangkal.
 Circulation (C)
- Terjadi hipotensi, nadi lemah, pucat, terjadi perdarahan, sianosis,
takikardi.
 Disability (D)
- Dapat terjadi penurunan kesadaran (apabila penangan an yang akan
diberikan terlambat).

a. Pengkajian Sekunder
 Exposure (E)
- Biasanya ada jejas pada bagian dada. Adanya penetrasi penyebab trauma
pada dinding dada.
 Five Intervention / Full set of vital sign (F)
- Tanda-tanda vital : RR meningkat, HR meningkat, hipotensi.
- Pulse oksimetri : mungkin terjadi hipoksemiaa
- Aritmia jantung
- Gambaran pada hasil X-ray yang biasa dijumpai :
 Kontusio paru : bintik-bintik infiltrate.
 Pneumothorax : batas pleura yang radiolusen dan tipis, hilangnya batas
paru (sulit mendiagnosa pada rontgen dengan posisi supinasi).
 Injury trakeobronkhial : pneumomediastinum, udara di servikal.
 Rupture diafragma : herniasi organ abdomen ke dada, kenaikan
hemidiafragma.
 Terdapat fraktur tulang rusuk, sternum, klavikula, scapula, dan dislokasi
sternoklavikular.
- CT scan dapat ditemukan gambaran hemothorax, pneumothorax, contusio
paru atau laserasi, pneumomediastinum, dan injury diafragma.
- Esofagogram dan atau esofagografi dilakukan jika dicurigai injury esofagus.
- Bronchoskopy untuk melihat apakah terjadi tracheobronkhial injury.
- Echocardiogram (ECG) akan memperlihatkan gambaran tamponade jantung
(pada umumya ECG digunakan untuk melihat cedera pada katup jantung).
- Elektrokardiogram (EKG) akan memperlihatkan adanya iskemik, aritmia
berhubungan dengan miokardia konstusion atau iskemia yang berhubungan
dengan cedera pada arteri koronaria.
- Pemeriksaan cardiac enzym kemungkinan meningkat berhubungan dengan
adanya iskemik atau infark yang disebabkan dari hipotensi miokardia
konstusion.
 Give Comfort / Kenyamanan (G) : Pain Assesment (PQRST)
- Adanya nyeri hebat pada dada, seperti tertusuk atau tertekan, terjadi pada saat
bernapas, nyeri menyebar hingga abdomen.
 Head to toe (H)
Lakukan pemeriksaan fisik terfokus pada :
- Daerah kepala dan leher : mukosa pucat, konjungtiva pucat, Distensi Vena
Jugularis (DVJ).
- Daerah dada :
 Inspeksi : Penggunaan otot bantu pernapasan Kussmaul, terdapat jejas.
 Palpasi : adanya ketidakseimbangan traktil fremitus, adanya nyeri tekan.
 Perkusi : adanya hipersonor.
 Auskultasi : suara napas gurgling, suara napas krekels, suara jantung
abnormal. Terkadang terjadi penurunan bising napas.
- Daerah abdomen : herniasi organ abdomen
- Daerah ekstremitas : pada palpasi ditemukan penurunan nadi femoralis.
 Inspect the Posterior Surface (I)
- Adanya jejas pada daerah dada.

A. Pengkajian 11 Pola Gordon


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
- Adanya riwayat benturan pada dinding dada
- Adanya luka atau cedera yang mengenai dinding thorax
- Adanya riwayat kecelakaan bermotor
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
- Adanya penurunan nafsu makan
- Adanya penurunan berat badan
3. Pola Eliminasi
- Terjadi gangguan pada BAB dan BAK
4. Pola Aktivitas dan Latihan
- Mengalami gangguan karena adanya sesak dan nyeri yang dirasakan

5. Pola Tidur dan Istirahat


- Biasanya pasien akan mengalami gangguan akibat sesak dan nyeri sehinnga
waktu istirahat dan tidur terganggu
6. Pola Persepsi dan Kognitif
- Merasakan nyeri
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
- Biasanya klien tidak begitu mengalami gangguan dalam konsep dirinya. Ketika
ditanyakan mengenai penyakitnya, klien hanya menjawab perlunya saja.
8. Pola Peran dan Hubungan Dengan Sesama
- Biasanya klien idak mampu menjalankan peran khususnya di keluarga maupun di
komunitasnya
9. Pola Mekanisme Koping dan Tolerensi Terhadap Stress
- Biasanya pasien akan merasakn stress akan penyakitnya
10. Pola Reproduksi dan Seksualitas
- Biasanya pasien akan mengalami gangguan seksualitas akibat kondisi klien yang
lemah sehingga terjadi penurunan hubungan seksualitas
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
- Aktivitas ibadah klien akan terganggu akibat proses penyakitnya.

B. Diagnosa keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)


a. Resiko penurunan curah jantung factor resiko perubahan kontraktilitas (D.0011)
b. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas (D.0005)
c. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif (D.0023)
d. Risiko perfusi perifer tidak efektif factor resiko trauma (D.0015)
e. Nyeri akut (D.0077)
C. Intervensi keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1. Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia (I. 03116)
tindakan … x/24jam Observasi :
diharapkan :  Periksa tanda dan gejala
Status nutrisi hipovolemia
Kriteria hasil  Monitor intake dan output
- Kekuatan nadi cairan
meningkat Terapeutik :
- Tekanan darah  Hitung kebutuhan cairan
meningkat  Berikan posisi modified
trendelenburg.
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan menghidari perubahan
posisi mendadakan
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCL,RL)
 Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%,
NaCL 0,4 %)
 Kolaborasi pemberian produk
darah
2. Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas (I. 01011)
efektif tindakan keperawatan
Observasi :
diharapkan
Pola nafas  Monitor pola napas
Kriteria hasil :
 Monitor bunyi napas tambahan
- Ventilasi
semenit  Monitor sputum
meningkat
Terapeutik :
- Kapasitas vital
meningkat  Pertahankan kepatenan jalan
- Dyspnea menurun
napas dengan head-tilt dan chin-
- Frekuensi nafas
membaik lift (jaw-thrust jika curiga
- Kedalam nafas
membaik trauma servikal)
 Posisikan semi-fowler atau
fowler
 Lakukan penghisapan lender
kurang dari 15 detik
 Berikan oksigen
Edukasi :
 anjurkan asupan cairan
2000ml/hari
Kolaborasi :
 kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,muko
litik
3. Resiko Penurunan Setelah dilakukan Manajemen Aritmia (I.02035)
Curah Jantung tindakan keperawatan …. Observasi :
x/24 jam, diharpkan  Periksan onset dan
Curah jantung pemicu aritmia
Karakteristik hasil :  Identifikasi jenis aritmia
- Kekuatan nadi  Monitor keluhan nyeri dada
perifer meningkat  Monitor saturasi oksigen
Gambaran EKG aritmia Terapeutik :
 Berikan lingkungan yang tenang
menurun
 pasang monitor jantung
 Rekam EKG 12 sadapan
 Lakukan maneuver valsava
 Berikan oksigen,sesuai indikasi
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian aritmia

4. Resiko perfusi Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi (I.02079)


perifer tindakan keperawatan Observasi :
selama …x/24 jam  Periksa sirkulsi perifer
diharapkan  Identifikasi factor resiko
Perfusi perifer gangguan sirkulasi
Kriteria hasil Terapeutik :
- Denyut nadi  Hindari pemasangan infus atau
perifer pengambian darah di area
meningkat keterbatasan perfusi
- Warna kulit  Hindari pengukuran tekanan
pucat menurun darah pada ektremitas dengan
- Akral membaik keterbatasan perfusi
- Turgor kulit Edukasi :
membaik  Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporankan
( mis. Rasa sakit yang tidak
berkurang saat
istirahat,hilangnya rasa)

5. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)


tindakan keperawatan Observasi:
selama …x/24 jam  Identifikasi lokasi
diharapkan ,karakteristik,durasi,frekuensi,k
ualitas,intensitas nyeri
Kriteria hasil  Identifiksi skala nyeri
- Keluhan nyeri  Identifikasi factor yang
menurun memperberat dan memperingan
- Gelisah menurun nyeri
- Meringis menurun Terapeutik :
- Kesulitan tidur  Berikan teknik
menurun nonfarmakologis untuk
- Pola nafas mengurangi rasa nyeri
membaik  Fasilitasi istirahat dan tidur
- Tekanan darah  Pertimbangkan jenis dan sumber
membaik nyeri dalam pemilihan strategi
meredahkan nyeri
Edukasi :
 Jelaskan penyebab ,
periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredahkan
nyeri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian analgetik
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang di sebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang-tulang sangkar dada, pleura dan paru-paru,
diafragma, atau organ-organ dalam mediastinum baik oleh benda tajam maupun tumpul
yang dapat menyebabkan gangguan system pernapasan.
Cedera pada dada secara luas di klasifikasikan menjadi dua kelompok cedera
penetrasi dan tumpu. Cedera penetrasi (misalkan pneumotoraks terbuka, hemotoraks,
cedera trekheobronkhial, kontusio pulmonal, rupture diafragma) mengganggu integritas
dinding dada dan mengakibatkan perubahan dalam tekan intratoraks. Cedera tumpul
(nonpenetrasi) (misalnya pneumotoraks tertutup, pneumotoraks tensi, cedera
trakheobronkhia, flail chest, rupture diafragma, cedera mediastinal, fraktur rusuk)
merusak struktur di dalam rongga dada tanpa mengganggu integritas dinding dada.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sebagai perawat dalam melakukan
Asuhan Keperawatan Tentang Trauma Dada. Dan juga dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

muttaqin, A. (2008). asuhan keperawatan gangguan sistem pernafasan. salemba medika.

Nyoman, N. I., Widyastuti, S. R. I., Putu, N. I., Juli, E. V. A., & Sumadi, A. A. G. P. (2012).
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Klien Dengan Trauma Thorax. 0802105055, 0–26.

Shamsuhidajat, R. (2004). Buku ajar ilmu bedah.

Smeltzer, S. C. (2002). BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKALBEDAH (8 ed.). EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA (1
ed.). DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (1
ed.). DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (1 ed.).
DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai