Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN HENTI NAFAS

Mega Selvia Juliana, 1106003844

A. DEFINISI
Henti nafas adalah suatu keadaan yang ditandai dengan tidak adanya gerakan dada
dan aliran udara pernafasan dari korban atau pasien. Henti nafas merupakan kasus
yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar. Henti nafas terjadi dalam
keadaan seperti tenggelam atau lemas, stroke, obstruksi jalan napas, epiglotitis,
overdosis obat-obatan, tersengat listrik, infark miokard, tersambar petir, koma akibat
berbagai macam kasus (Suharsono, T., & Ningsih, D. K., 2008).

B. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI


a) Etiologi
Etiologi terjadinya henti nafas adalah
- Tenggelam
- Stroke
- Obstruksi jalan napas
- Epiglotitis
- Overdosis obat
- Tersengat listrik
- Infark miokard
- Koma akibat berbagai macam kasus

b) Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya henti nafas yaitu karena berkurangnya oksigen di dalam
tubuh yang akan mengakibatkan hipoksia. Hipoksia dikenal dengan istilah sesak
nafas. Frekuensi nafas pada saat seperti ini lebih cepat daripada keadaan bernafas
biasa. Oleh karena itu, bila hipoksia ini berlangsung lama maka akan memberikan
kelelahan pada otot-otot pernafasan. Kelelahan otot-otot pernafasan akan
mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2.
Gas CO2 yang tinggi ini akan mempengaruhi susunan saraf pusat dengan
menekan pusat nafas yang ada disana yang keadaan seperti ini disebut dengan
henti nafas.

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis terjadinya henti nafas yaitu
- Aliran udara di mulut dan hidung tidak dapat didengar atau dirasakan
- Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladon sela iga serta
tidak ada pengembangan dada pada saat inspirasi
- Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan

Gejala terjadinya henti nafas yaitu terjadinya hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran
dan hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun).

D. PENGKAJIAN PRIMER
a) Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau benda
asing yang menghalangi jalan nafas 
b) Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot bantu
pernafasan, ada tidaknya pernapasan cuping hidung
c) Circulation : kaji nadi, capillary refill, gelisah, letargi, takikardi

E. PENGKAJIAN SEKUNDER
a) Pengkajian head to toe
Data subyektif :
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit sekarang
 Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi
atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor
psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa
darah, penghentian insulin atau obat antihiperglikemik oral. 
b) Data Obyektif
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Sulit bergerak, kram otot, tonus otot menurun, gangguan
istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitas Letargi/disorientasi, koma
2. Sirkulasi
Gejala : Takikardia, irama ireguler, S3 dan S4 atau irama gallop, daerah PMI
bergeser ke daerah mediastinal, Homman’s sign (bunyi udara beriringan
dengan denyut jantung menandakan udara di mediastinum, tekanan darah
dapat hipotensi ataupun hipertensi
3. Neurosensori
Gejala : Kelemahan pada otot, parestesi
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut), refleks
tendon dalam menurun (koma).
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih yaitu penurunan haluaran urine
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis
Tanda : nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat nafas dalam, dapat menjalar ke
leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk.
6. Pernapasan
Tanda : Merasa kekurangan oksigen, takipnea, peningkatan kerja pernafasan,
penggunaan otot asesori, penurunan bunyi nafas, penurunan fremitus vocal,
hasil perkusi hipersonan di atas area berisi udara (pneumotorak), dullness di
area berisi cairan, pergerakan dada tidak seimbang, reduksi ekskursi thorak.
Kulit sianosis, pucat, krepitasi subkutan.
Gejala : riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru, keganasan
7. Keamanan
Gejala : riwayat fraktur, keganasan paru, riwayat radiasi atau kemoterapi
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat faktor risiko keluarga dengan tuberculosis, kanker.
9. MASALAH/DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat
mempertahankan pola pernapasan yang efektif dengan kriteria hasil:
Pasien menunjukkan:
- Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
- Adanya penurunan dispnea
- Gas darah dalam batas normal

Intervensi:

- Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola


pernapasan
- Kaji tanda vital dan tingkat kesadaran
- Monitor pemberian trakeostomi bila PaCO2 atau kecenderungan PaO2
< 60 mmHg
- Berikan oksigen dala bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan
istruksi
- Pantau dan catat gas darah sesuai indikasi: kaji kecenderungan
kenaikan PaCO2 dan penurunan PaO2
- Auskultasi dadauntuk mendengarkan bunyi nafas tiap jam
- Pertahankan tirah baring dengan posisi semi fowler untuk
mengoptimalkan pernapasan
- Berikan dorongan pasien untuk batuk dan tarik nafas dalam dan bantu
pasien untuk membebat dada selama batuk
- Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO2 >60 mmHg
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-
perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat
mempertahankan pertukaran gas yang adekuat dengan kriteria hasil:
Pasien mampu menunjukkan:
- Bunyi paru bersih
- Warna kulit normal
- Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan

Intervensi:

- Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia


- Kaji tekanan darah, nadi apical dan tingkat kesadaran setiap jam
- Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan
kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan PaO2
- Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji
perlunya CPAP dan PEEP
- Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam
- Tinjau kembali pemeriksaan foto thorak dada harian, perhatikan
peningkatan atau penyimpangan
- Pantau irama jantung
- Berikan cairan parenteral sesuai instruksi
- Berikan obat-obatan sesuai instruksi
- Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan
oksigen
3) Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, penurunan
ekspansi paru
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien
mampu mempertahankan pola nafas yang efektif dengan kriteria hasil:
Pasien mampu menunjukkan:
- Nafas sesuai dengan irama ventilator
- Volume nafas adekuat
- Tidak tampak adanya cheynes stoke, biot, bradipnea, hiperventilasi
atau hipoventilasi
- Pernapasan klien dalam batas normal tanpa penggunaan otot bantu
nafas

Intervensi:
- Kaji RR, auskultasi bunyi napas sebagai sumber data adanya
perubahan sebelum dan sesudah dilakukan perawatan
- Beri posisi fowler atau semi fowler
- Lakukan fisioterapi dada untuk membantu meningkatkan ekspansi
paru
- Berikan oksigen sesuai program memperbaiki oksigenasi

10. PENANGANAN KEGAWATDARURATAN


a. Memeriksa Jalan Napas
Pada klien yang tidak sadar akan terjadi relaksasi otot-otot termasuk otot-
otot di dalam mulut. Yang mengakibatkan lidah akan jatuh ke bagian
belakang dari tenggorokan dan akan menutup jalan napas. Disini penolong
memeriksa apakah korban masih bernapas atau tidak. Bila tidak bernapas
akibat adanya sumbatan maka penolong harus membersihkan jalan napas
agar menjadi terbuka.
b. Manuver Heilmich (hentakan subdiafragma abdomen)
Suatu hentakan yang menyebabkan peningkatan tekanan pada diafragma
sehingga memaksa udara yang ada di dalam paru untuk keluar dengan
cepat sehingga diharapkan dapat mendorong atau mengeluarkan benda
asing yang menyumbat jalan nafas, mungkin dibutuhkan pengulangan 6-
10x untuk membersihkan jalan napas.

11. ALGORITMA

Fase I: Tunjangan hidup dasar (Basic Life Support) yaitu prosedur


pertolongan darurat mengatasi obstruksi jalan nafas, henti nafas dan henti
jantung. Indikasi tunjangan hidup dasar terjadi karena adanya henti nafas
dan henti jantung yang terdiri dari:

A Airway menjaga jalan nafas tetap terbuka

B Breathing ventilasi paru dan oksigenisasi yang adekuat. Pernapasan


yang adekuat dinilai tiap kali tiupan oleh penolong. Yang diperhatikan
yaitu adanya gerakan dada, merasakan tahanan ketika memberikan
bantuan nafas dan isi paru klien saat mengembang dengan suara dan
rasakan adanya udara yang keluar saat ekspirasi.

C Circulation mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung


paru.

Fase II: Tunjangan hidup lanjutan (Advanced Life Support) yaitu


tunjangan hidup dasar ditambah dengan :

D drugs yaitu pemberian obat-obatan sekaligus cairan yang dibagi


menjadi 2 yaitu penting: sodium bikarbonat, epinephrine, sulfat atoprin,
lidokain, morphin sulfat, kalsium khlorida, oksigen. Berguna yaitu obat-
obatan vasoaktif (laverterenol), isoproterenol, propanolol dan
kortikosteroid.

Fase III: tunjangan hidup terus menerus

G Gauge pengukuran dan pemeriksaan untuk monitoring klien secara


terus-menerus, dinilai, dicari penyebabnya dan kemudian mengobatinya.

12. PEMANTAUAN
Pemantauan yang dilakukan adalah monitoring RR, volume nafas yang
adekuat, posisi, pemberian oksigen, tanda vital dan kesadaran.
13. WOC

Trauma Kelainan neurologis

Gangguan syaraf pernapasan dan otot pernapasan

Peningkatan permeabilitas membrane alveolar kapiler

Gangguan epithelium alveolar Gangguan endpthelium kapiler

Penumpukan cairan alveoli Cairan masuk ke interstitial

Edema pulmo Peningkatan tahanan jalan nafas

Penurunan complain paru Kehilangan fungsi silia sal. Pernapasan

Cairan surfaktan menurun

Gangguan pengembangan paru, kolaps alveoli

Ventilasi dan perfusi tidak seimbang

Hipoksemia, Hiperkapnia O2 dan CO2 (dispnea, sianosis)

Tindakan Primer

A, B, C, D dan E

Ventilasi mekanik
Referensi

Doenges M.E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2006). Nursing Care Plan. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia. A. 2004. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Sumarsono, T., Ningsih, D. K. (2008). Penatalaksanaan Henti Jantung DI Luar RUmah Sakit
Sesuai dengan Algoritma AHA 2005. Malang: UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai