Dosen Pembimbing :
Ns. Sigit Priyanto, M.Kep
Oleh :
Diah Septiani
19.0604.0014
1.1.1. Mild, tingkat kehilangan memori yang cukup mengganggu aktivitas sehari-
hari, meskipun tidak begitu parah, tapi tidak dapat hidup mandiri. Fungsi
utama yang terkena adalah sulit untuk mempelajari hal baru.
1.1.2. Moderat, derajat kehilangan memori merupakan hambatan serius untuk
hidup mandiri. Hanya hal – hal yang sangat penting yang masih dapat
diingat. Informasi baru disimpan hanya sesekali dan sangat singkat.
Individu tidak dapat mengingat informasi dasar tentang di mana dia tinggal,
apa telah dilakukan belakangan ini, atau nama-nama orang yang akrab.
1.1.3. Severe, derajat kehilangan memori ditandai oleh ketidakmampuan lengkap
untuk menyimpan informasi baru. Hanya beberapa informasi yang
dipelajari sebelumnya yang menetetap. Individu tersebut gagal untuk
mengenali bahkan kerabat dekatnya.
Pada tahap lanjut demensia menimbulkan perubahan tingkah laku yang semakin
mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali keluarga mengetahui perubahn tingkah
laku yang dialami lansia pada demensia. Mengetahui perubahan tingkah laku pada
demensia dapat memuculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan anggota
keluarga, yakni harus dengan sabar merawat dan lebih perhatian terdapat anggota
keluarga yang demensia. Perubahan perilaku yang dialami lansia pada penderita
demensia bisa menimbulkan delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh,
cemas, disorientasi, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, marah, agitasi, apatis, dan kabur
dari tempat tinggal.
Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada beberapa tanda dan gejala yang
dialami pada Demensia antara lain :
1) Kehilangan memori Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia
adalah lupa tentang informasi yang baru di dapat atau di pelajari, itu merupakan
hal biasa yang diamali lansia yang menderita demensia seperti lupa dengan
pentujuk yang diberikan, nama maupun nomer telepon, dan penderita demensia
akan sering lupa dengan benda dan tidak mengingatnya.
2) Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan Lansia yang menderita
Demensia akan sering kesulitan untuk menyelesaikan rutinitas pekerjaan
sehari-hari. Lansia yang mengadalami Demensia terutama Alzheimer Disease
mungkin tidak mengerti tentang langkahlangkah dari mempersiapkan aktivitas
sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunkan perlatan rumah tangga
dan melakukan hobi.
3) Masalah dengan bahasa Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitam
dalam mengelolah kata yang tepat, mengeluarkan kat-kata yang tidak biasa dan
sering kali membuat kalimat yang sulit untuk di mengerti orang lain
4) Disorientasi waktu dan tempat Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak
mempunyai penyakit Demensia lupa dengan hari atau diaman dia berada,
namun dengan lansia yang mengalami Demensia akan lupa dengan jalan, lupa
dengan dimana mereka berada dan baimana mereka bisa sampai ditempat itu,
serta tidak mengetahui bagaimana kebali kerumah.
5) Tidak dapat mengambil keputusan Lansia yang mengalami Demensia tidak
dapat mengambil keputusan yang sempurna dalam setiap waktu seperti
memakai pakaian tanpa melihat cuaca atau salah memakai pakaian, tidak dapat
mengelolah keuangan.
6) Perubahan suasana hati dan kepribadian Setiap orang dapat mengalami
perubahan suasan hati menjadi sedih maupun senang atau mengalami
perubahan perasaann dari waktu ke waktu, tetapi dengan lansia yang
mengalami demensia dapat menunjukan perubahan perasaan dengan sangat
cepat, misalnya menangis dan marah tanpa alasan yang jelas. Kepribadian
seseorang akan berubah sesuai dengan usia, namun dengan yang dialami lansia
dengan demensia dapat mengalami banyak perubahan kepribadian, misalnya
ketakutan, curiga yang berlebihan, menjadi sangat bingung, dan
ketergantungan pada anggota keluarga.
(Duong, Patel, & Chang, 2017; Harvey, Skelton-Robinson & Rossor, 2003)
1.9. Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat
yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30
sampai 70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan
kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri. Penyakit
degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta gangguan
nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung dapat
menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia, infark,
inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan
mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal. Di samping itu, kadar
neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses konduksi saraf juga akan
berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya
pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir,
emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang
terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat
berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut
demensia (Darmojo, 2010).
1.10. Pathway
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan
keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik dari
demensia menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala demensia adalah
1) Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2) Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada.
3) Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau
cerita yang sama berkali-kali.
4) Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah
drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain,
rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak
mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5) Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.
Asrori, N., & Putri, O. O. (2014). Panduan Perawatan Pasien Demensia di Rumah.
Malang: Umm press.
Cunningham, E. L., McGuinness, B., Herron, B., & Passmore, A. P. (2015).
Dementia. The Ulster medical journal, 84(2), 79–87.
Damiani, G., Silvestrini, G., Trozzi, L., Maci, D., Iodice, L., & Ricciardi, W.
(2014). Quality of dementia clinical guidelines and relevance to the care
of older people with comorbidity: evidence from the literature. Clinical
interventions in aging, 9, 1399–1407. https://doi.org/10.2147/CIA.S65046
Darmojo., (2010), Keperawatan Gerontik, Jakarta; EGC.
Duong, S., Patel, T., & Chang, F. (2017). Dementia: What pharmacists need to
know. Canadian pharmacists journal : CPJ = Revue des pharmaciens
du Canada : RPC, 150(2), 118–129.
https://doi.org/10.1177/1715163517690745
Gluhm, S., Goldstein, J., Loc, K., Colt, A., Liew, C. V., & Corey-Bloom, J. (2013).
Cognitive performance on the mini-mental state examination and the
montreal cognitive assessment across the healthy adult
lifespan. Cognitive and behavioral neurology : official journal of the
Society for Behavioral and Cognitive Neurology, 26(1), 1–5.
https://doi.org/10.1097/WNN.0b013e31828b7d26.
Höwler E. Biografie und Demenz. Entstehung von herausforderndem Verhalten bei
Menschen mit einer Multi-Infarkt-Demenz oder einer senilen Demenz
vom Alzheimer Typ in der Langzeitversorgung auf biografischer Ebene
[Biography and dementia. Origin of challenging behavior in patients with
multi-infarct dementia or senile dementia of the Alzheimer type in long
term care with reference the biographical level]. Pflege Z.
2011;64(10):612-615.