Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMENSIA

Oleh :
Nama : Anita Larinu
NIM : 1490122062

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
DEMENSIA

A. Definisi
Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya
sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial. Kemunduran
kognitif pada demensia biasanya diawali dengan hilangnya fungsi intelektual,
kemunduran memori (pelupa) serta daya pikir lain. Demensia berkaitan erat dengan
usia lanjut (Nugroho, 2012). Grayson (2004) dalam Aspiani (2014) menyebutkan
bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang
disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu. Kumpulan gejalanya ditandai
dengan penurunan kognitif, perubahan mood, serta perubahan tingkah laku.
Demensia adalah sindrom penurunan kognitif dan fungsional, biasanya terjadi di
kemudian hari sebagai akibat neurodegenarif dan proses serebrosvaskuler (Killin,
2016). Demensia merupakan penyakit degeneratif yang sering menyerang pada orang
yang berusia diatas 60 tahun. Demensia terjadi akibat kerusakan sel-sel otak dimana
sistem saraf tidak lagi bisa membawa informasi ke dalam otak, sehingga membuat
kemunduran pada daya ingat, keterampilan secara progresif, gangguan emosi, dan
perubahan perilaku, penderita demensia sering menunjukkan gangguan perilaku harian
(Pieter and Janiwarti, 2011).
Demensia adalah kondisi dimana hilangnya kemampuan intelektual yang
menghalangi hubungan sosial dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Demensia
bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal dan bukan sesuatu yang
pasti akan terjadi dalam kehidupan mendatang, demensia dapat juga di sebabkan pleh
bermacammacam kelainan otak. Hampir 55% penderita demensia disebabkan oleh
Alzheimer, 25- 35% karena strokedan 10-15% karena penyebab lain, banyak demensia
yang diobati meskipun sangat sedikit darinya yang dapat disembuhkan (Asrori dan
putri, 2014).
B. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan demensia, antara lain :
1. Genetik
2. Penggunaan alcohol
3. Cedera kepala
4. Penyempitan pembuluh darah otak, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah
ke otak.
5. Kerusakan jaringan otak yang berlangsung pelan dan bertahap.
6. Gangguan neurotransmitter (asetilkolin, norepinefrin, dan glutamat)
C. Faktor resiko
1. Udara Faktor resiko lingkungan di udara menyebabkan terjadinya demensia,
disebabkan tingginya kadar nitrogen oksidan, asap tembakau terbukti terkait
dengan resiko demensia akibat paparan lingkungan, asap tembakau dirumah,
kantor dan di tempat kerja dan tempat lainnya. Durasi paparan serta
memperkirakan kumulatif eksposur ( Killin et all, 2016).
2. Alumunium Tingkat konsumsi aluminium dalam air minum lebih dari 0,1 mg per
hari dikaitkan dengan resiko demensia ( Killin et all, 2016).
3. Pekerjaan Orang dengan pekerjaan yang terlalu sering terkena kebisingan atau
radiasi resiko terjadinya demensia ( Killin et all, 2016).
4. Vitamin D Orang yang kekurangan vitamin D dikaitkan dengan peningkatan
resiko dan pengembangan penyakit demensia ( Killin et all, 2016).
D. Klarifikasi
Berbagai subtipe demensia vaskular yaitu:
1. Gangguan kognitif vaskular ringan.
2. Demensia Multi infrak.Disebabkan oleh infark pembuluh darah besar
multiple.
3. Demensia Infark strategi Akibat lesi iskemik pada daerah kortikal atau
subkortikal yang mempunyai fungsi penting.
4. Demensia vaskular karena lesi lacunar.
5. Demensia vaskular akibat lesi hemoragik.Terdapat penyakit serebrovaskular
hemoragik seperti hematoma subdural atau intraserebral atau perdarahan
subaraknoid. ( Killin et all, 2016).

E. Patofisiology

Gangguan peredaran darah di otak, radang, neoplasma, penyakit degenerative,


factor usia, dll

Kerusakan sel otak

Hilangnya memori/ingatan jangka pendek

Perubahan Proses pikir


Kemampuan belajar menurun

DEMENSIA

D. Alzheimer D. vaskular

Kematian sel otak yang massif kelemahan anggota gerak


gangguan kognitif

mucul gejala neuropsikiatri kurang gaya berjalan


(marah,curiga mudah tesinggung)

Koping indivudu tidak efektif kurang koordiansi gerakan

Mudah lupa Resiko perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan Risiko Cedera

Ketidakmampuan menggunakan benda

Penurunan kemampuan melakukan aktivitas

Kurang perawatan diri


F. Tanda dan gejala
Menurut Pieter et al (2011), menyebutkan ada beberapa gejala antara lain : Gejala awal
yang dialami demensia adalah kemunduran fungsi kognitif ringan, kemudian terjadi
kemunduran dalam mempelajari hal-hal yang baru, menurunya ingatan terhadap
peristiwa jangka pendek, kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan.
Pada tahap lanjut, gejala yang diamali demensia antara lain sulit mengenali benda, tidak
dapat bertindak sesuai dengan berancana, tidak bisa mengenakan pakaian sendiri, tidak
bisa memperkirakan jarak dan sulit mengordinasinakan anggota tubuh. Gejala demensia
selanjutnya yang muncul biasanya berupa depresi yang dialami pada lansia, dimana
orang yang mengalami demensia sering kali menjaga jarak dengan lingkungan dan
lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja di ikuti oleh munculnya penyakit lain dan
biasanya akan memperparah kondisi lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi
sangat ketakutan bahkan hingga berhalusinasi. Disinilah peran keluarga sangat penting
untuk proses penyembuhan, kerena lansia yang demensia memerlukan perhatian lebih
dari keluarganya. Pada tahap lanjut demensia menimbulkan perubahan tingkah laku
yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali keluarga mengetahui perubahn
tingkah laku yang dialami lansia pada demensia. Mengetahui perubahan tingkah laku
pada demensia dapat memuculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan anggota
keluarga, yakni harus dengan sabar merawat dan lebih perhatian terdapat anggota
keluarga yang demensia. Perubahan perilaku lyang dialami lansia pada penderita
demensia bisa menimbulkan delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas,
disorientasi, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat
tinggal. Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada beberapa tanda dan
gejala yang dialami pada Demensia antara lain :
1. Kehilangan memori Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia
adalah lupa tentang informasi yang baru di dapat atau di pelajari, itu merupakan
hal biasa yang diamali lansia yang menderita demensia seperti lupa dengan
pentujuk yang diberikan, nama maupun nomer telepon, dan penderita demensia
akan sering lupa dengan benda dan tidak mengingatnya.
2. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan Lansia yang menderita Demensia
akan sering kesulitan untuk menyelesaikan rutinitas pekerjaan sehari-hari. Lansia
yang mengadalami Demensia terutama Alzheimer Disease mungkin tidak
mengerti tentang langkahlangkah dari mempersiapkan aktivitas sehari-hari seperti
menyiapkan makanan, menggunkan perlatan rumah tangga dan melakukan hobi.
3. Masalah dengan bahasa Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitam dalam
mengelolah kata yang tepat, mengeluarkan kat-kata yang tidak biasa dan sering
kali membuat kalimat yang sulit untuk di mengerti orang lain
4. Disorientasi waktu dan tempat Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak
mempunyai penyakit Demensia lupa dengan hari atau diaman dia berada, namun
dengan lansia yang mengalami Demensia akan lupa dengan jalan, lupa dengan
dimana mereka berada dan baimana mereka bisa sampai ditempat itu, serta tidak
mengetahui bagaimana kebali kerumah.
5. Tidak dapat mengambil keputusan Lansia yang mengalami Demensia tidak dapat
mengambil keputusan yang sempurna dalam setiap waktu seperti memakai
pakaian tanpa melihat cuaca atau salah memakai pakaian, tidak dapat mengelolah
keuangan.
6. Perubahan suasana hati dan kepribadian Setiap orang dapat mengalami perubahan
suasan hati menjadi sedih maupun senang atau mengalami perubahan perasaann
dari waktu ke waktu, tetapi dengan lansia yang mengalami demensia dapat
menunjukan perubahan perasaan dengan sangat cepat, misalnya menangis dan
marah tanpa alasan yang jelas. Kepribadian seseorang akan berubah sesuai dengan
usia, namun dengan yang dialami lansia dengan demensia dapat mengalami
banyak perubahan kepribadian, misalnya ketakutan, curiga yang berlebihan,
menjadi sangat bingung, dan ketergantungan pada anggota keluarga.

G. Diagnostik Penunjang
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :

1. Farmakoterapi

Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan


a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat-obatan antikoliesterase
seperti Donepezil, Rivastigmine, Galantamine, Memantine
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat-obatan anti platelet seperti Aspirin
,Ticlopidine, Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati,
tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan
mengobatitekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan
stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi
seperti Sertraline dan Citalopram
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa
menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan obat anti-psikotik
(misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone).
2. Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderitatetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dindingdengan
angka-angka yang mudah dipahami
3. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit alzheimer dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas
d. Penanganan terhadap masalah-masalah.
4. Pencegahan dan perawatan demensia
a. Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya alzheimer
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkanfungsi otak, seperti Mencegah masuknya zat-zat yang dapat
merusak sel-sel otak seperti alkoholdan zat adiktif yang berlebihan.
b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukansetiap hari.
c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
:Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
d. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman
yangmemiliki persamaan minat atau hobi

H. Analisa Data

Fokus Data Etiologi Masalah


Data Subjektif: Faktor usia Gangguan Memori
 klien mengatakan
sudah banyak lupa
Kerusakan sel otak

Data Objektif:
 klien banyak lupa Hilangnya memori atau
untuk pengalaman ingatan
jangka panjang atau
pendek
Gangguan Memori
 klien tampak kurang
dapat berkonsentrasi
 klien terlihat sulit
mengingat orang,
waktu dan benda-
benda yang ada di
sekitarnya
Data Subjektif: Mudah lupa Ketidakefektifan
Koping
 klien mengatakan
mudah curiga dan
gangguan kognitif
mudah tersinggung
Data Objektif :
 kontak mata kurang muncul gejala
 klien tampak terlihat neuropsikiatri (mudah
marah atau kesal bila curiga, mudah
merasa tersinggung tersinggung)

Ketidakefektifan
Koping

Data Subjektif: Faktor usia Kerusakan Resiko deficit nutrisi


sel otak
 klien kesulitan untuk
menelan dan sering kematian sel otak yang
lupa makan masif

 klien mengatakan mudah lupa


nafsu makan
menurun Resiko deficit nutrisi
Data Objektif:
 makanan klien sering
tidak habis
 tampak tidak nafsu
makan
 frekuensi makan
menurun
Data Subjektif: Mudah lupa Defisit perawatan diri
 klien mengatakan
agak sulit bila
jalan ke kamar Ketidakmampuan
mandi menggunakan benda

Data Objektif:
 klien tidak mampu
menghabiskan Penurunan kemampuan
makananya melakukan aktivitas
 klien tidak mampu
menyediakan alat
perlengkapan mandi Defisit perawatan diri
sendiri
 klien terlihat tidak
rapih
I.Diagnosa keperawatan
1. Gangguan Memori
2. Koping Individu tidak Efektif
3. Resiko defisit nutrisi
4. Defisit perawatan diri
J. Ringkasan Diagnostik Keperawatan
Dx Keperawatan Gangguan Memori
Definisi Perubahan aktivitas dan kerja kognitif (misalnya, pikiran
sadar, orientasi realitas, pemecahan masalah, dan penilaian)

Batasan karakteristik Batasan Karakteristik :


- Ketidakmampuan membuat keterampilan yang telah
dipelajari .
- Ketimampuan mengingat informasi faktual.
- ketidak mampuan mengingat perilaku tertentu yang
pernah dilakukan.
- Tidak mampu mengingat peristiwa peristiwa yang baru
saja terjadi.
- Tidak mampu menyimpan informasi baru.

Pengkajian Subjektif :
- Ketidaksesuaian kognitif
- Ketidakakuratan interpretasi lingkungan
- Ketidaksesuaian pemikiran
Objektif :
- Mudah distraksi
- Egosentris
- Terlampau atau kurang waspada
- Defisit atau masalah memori
Faktor yg berhubungan - Perubahan fisiologis
- Kehilangan memori/ingatan
- Gangguan tidur
- Konflik psikologi
- Gangguan penilaian

Alternatif Dx (Saran Perubahan Proses Berpikir .


Penggunaan)

Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang::


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3* 24
jam,kesadaran klien terhadap identitas,waktu,dan tempat
meningkat/baik.
Tujuan Jangka Pendek (SMART):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 * 24
jam,kesadaran klien terhadap identitas,waktu,dan tempat
meningkat/baik.

Kriteria Hasil (minimal 4 kriteria)


1. mengenal kapan klien lahir.
2. mengenal siapa nama orang tua klien.
3. mengenal tanggal lahir klien .
4. klien mampu mengenal dirinya dengan baik.
5. klien mampu menganal nama anak-anaknya.
Intervensi (NIC) 1. mengenang pengalaman masa lalu dengan pasien.
2. monitor daya ingat klien.
3. kaji kemampuan klien dalam mengingat sesuatu.
4. beri kesempatan kepada klien untuk
melatih,konsentrasinya.
Sumber T.Hearther Herdman,Shigemi Kamitsuru. 2018-
2020 .
NANDA-I Diagnosis Keperawatan .NANDA
International
Dx Keperawatan Ketidakefektifan Koping

Definisi Ketidakmampuan untuk membentuk penilaian valid tentang


stresor,ketidakadekuatan pilihan respons yang
dilakukan,dan ketidakmampuan untuk menggunakan
sumber daya yang tersedia.
Batasan karakteristik
- Perubahan pola tidur.
- perubahan pola komunikasi.
- Sering sakit
- Perubahan konsentrasi.
- Ketidakmampuan mengikuti informasi.
- Ketidakmampuan mengikuti bantuan.
Pengkajian Subjektif :
- Klien mengatakan susah berkonsentrasi.
- Klien merespon pertanyaan dengan lama
- Klien mengatakan tidur hanya 5 jam.
Objektif :
- Klien terlihat kurang konsentrasi.
- Klien terlihat komunikasi kurang efektif.
Faktor yg berhubungan -ketidak mampuan mengubah energi yang adaptif .
-kurang percaya diri dalam mengatasi masalah.
-kurang dukungan sosial.

Alternatif Dx (Saran Koping Individu tidak Efektif


Penggunaan)

Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang::


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3* 24
jam,pola tidur klien bisa membaik.
Tujuan Jangka Pendek (SMART):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1* 24 jam,
Kriteria Hasil (minimal 4 kriteria)
1. perasaan segar setelah tidur.
2. jumlah waktu tidur yang terobservasi.
3. terjaga pola tidur pada waktu yang tepat.
4. pola tidur membaik.
Intervensi (NIC) 1. Mengatur penggunaan energy untuk mengatasi atau
mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi.
2. memanfaatkan teknik untuk meningkatkan dan
memperoleh relaksasi untuk tujuan mengurangi tanda dan
gejala yang tidak diinginkan.
3. memfasilitasi siklus tidur-bangun yang teratur.
Sumber T.Hearther Herdman,Shigemi Kamitsuru. 2018-2020 .
NANDA-I Diagnosis Keperawatan .NANDA
International Nursing Diagnoses: Definitions and
Classification 2018-
2020 hal 307-308

Dx Keperawatan Resiko deficit nutrisi


Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.

Batasan karakteristik -Nyeri abdomen.


- Gangguan sensasi rasa .
- kehilangan rambut kelebihan.
- enggan makan.
- asupan makanan kurang .
-tonus otot menurun.
- kesalahan persepsi.
- membran mukosa pucat.
-kelemahan otot pengunyah.
Pengkajian Data Subjektif :
-klien mengatakan rambutnya semakin tipis.
-Klien mengatakan tidak nafsu makan.
- klien mengatakan porsi makan berkurang .(sebelum
sakit:45,sesudah sakit :50).
Data Objektif :
-Klien tampak kurus.
-klien tampak kurangnya minat terhadap makan.
-klien tampak rambut menipis.

Faktor yg berhubungan asupan diet kurang,intoleransi makanan,hilang nafsu


makan,mual muntah,kurang pengetahuan dasar tentang
nutrisi,dan faktor ekonomi.

Alternatif Dx (Saran Risiko Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan


Penggunaan)

Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang::


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3* 24
keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit
meningkat.
Tujuan Jangka Pendek (SMART):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1* 24 jam.
Kriteria Hasil (minimal 4 kriteria)
1. Selera Makan Meningkat.
2. Tingkat asupan keserdiaan zat gizi untuk memenuhi
kebutuhaan metabolic.
3. tingkat makanan melalui selang berpindah dari konsumsi
hingga eksresi.
4. Asupan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan metabolic.
Intervensi (NIC) 1. Monitor makanan klien untuk meningkatkan makan.
2.Monitor makanan yang dia sukai.
3.Dorong klien untuk mau makan.

Dx Keperawatan Defisit perawatan diri

Definisi Hambatan Kemampuan Untuk Melakukan aktivitas atau


menyelesaikan aktivitas berpakaian sendiri,eliminasi
sendiri.

Batasan karakteristik - Ketidakmampuan membasuh tubuh.


- Ketidakmampuan mengakses kamar mandi .
- Ketidakmampuan menjangkau sumber air.
- Ketimampuan untuk beridiri dan duduk toilet .
- Ketimampuan untuk mengunyah makanan.
- Ketimampuan untuk menghabiskan makanan.
- Ketimampuan untuk menelan.
Pengkajian Subjektif:

- Klien mengatakan susah untuk mandi sendiri.


- Klien mengatakan susah untuk memakai baju sendiri.
- Klien mengatakan susah untuk menelan
- Klien mengatakan tidak sanggup untuk berdiri & duduk
toilet.
Objektif :

- Klien tampak sulit ketika memakai baju.


- Klien terlihat lemah karena faktor usia.
- Klien tampak makanan selalu tidak habis.
- Klien tampak susah untuk berdiri.
Faktor yg berhubungan Gangguan kognitif ,kendala lingkungan,nyeri.

Alternatif Dx (Saran Hambatan pemeliharaan rumah.


Penggunaan)

Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang:


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3* 24 jam
Defisit Perawatan diri teratasi
Tujuan Jangka Pendek (SMART):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1* 24 jam
Defisit Perawatan diri teratasi
Kriteria Hasil (minimal 4 kriteria)
-Klien dapat memakai baju dengan mandiri.
-Klien dapat makan dengan mandiri.
-Klien dapat melakukan ADLS dengan bantuan.
Intervensi (NIC) 1. Monitor kemampuan Klien untuk Perawatan diri
yang mandiri.
2. sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh
untuk melakukan self-care.
3. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
4.berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan.
5. pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan
aktifitas sehari-hari.
Sumber T.Hearther Herdman,Shigemi Kamitsuru. 2018-2020 .
NANDA-I Diagnosis Keperawatan .NANDA International
Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2018-
2020 hal 163.
Wilkinson Judith M.2016. Diagnosa Keperawatan :
Diagnosis Keperawatan. NANDA,intervensi Nic,hasil
NOC.ED.10.Jakarta: EGC Hal 285-287.
K. Intervensi Keperawatan (6 intervensi mandiri dan 2 intervensi kolaborasi)
No Dx. Keperawatan Tujua Intervensi Rasiona
n l
1 Gangguan memori Tujuan panjang : 1. Identifikasi masalah memori yang 1. Untuk mengetahui masalah
(D.0062) Setelah diberikan tindakan dialami. memori yang dialami klien
keperawatan 3 x 24 jam 2. Monitor perilaku dan perubahan 2. Untuk mengetahui setiap
diharapkan klien mampu memori selama terapi. perubahan yang dialami klien.
mengenali perubahan dalam 3. Rencanakan metode mengajar sesuai 3. Untuk meningkatkan daya ingat
berpikir dengan baik. kemampuan pasien. klien
4. Stimulasi menggunakan memori pada 4. Untuk meningkatkan daya ingat
Tujuan pendek :
peristiwa yang baru terjadi. klien.
Setelah diberikan tindakan
5. Fasilitasi tugas pembelajaran 5. Untuk mengetahui daya ingat pada
keperawatan 1 x 24 jam
(misalnya,mengingat informasi verbal klien.
diharapkan klien dapat
dan gambar). 6. Untuk mengetahui adanya
mengubah proses pikir.
6. Monitor perubahan kognitif dan perubahan perilaku pada klien.
Kriteria Hasil : perilaku.
a. Verbalisasi kemampuan Kolaborasi : Kolaborasi :

mempelajari hal baru 1. kolaborasi pada terapi okupasi (jika 1. untuk meningkatkan daya ingat dan

meningkat perlu). tidak mudah lupa pada klien


b. Verbalisasi
kemampuan mengingat inf
ormasi actual meningkat.
c. Verbalisasi kemampuan
mengingat peristiwa
meningkat.

2 Koping individu Tujuan panjang : Setelah 1. Identifikasi persepsi mengenai masalah 1. Untuk mengetahui bagaimana klien
tidak efektif diberikan tindakan saat pembuatan keputusan kesehatan. membuat keputusan.
(D.0096) keperawatan dalam waktu
2. fasilitasi mengklarifikasi nilai dan 2. Agar klien merasa dihargai .
3x24 jam diharapkan koping
harapan yang membantu membuat pilihan. 3. Agar klien mengetahui dalam
teratasi.
3. diskusikan kelebihan dan kekurangan menerima solusi dari orang lain.
Tujuan pendek : dari setiap solusi. 4. Agar klien merasa lega setelah
Setelah diberikan tindakan 4. berikan informasi yang diminta pasien. diberikan informasi.
keperawatan dalam waktu 5.hormati hak pasien untuk menerima atau 5. Agar klien merasa dihormati.
1x24 jam diharapkan koping menolak informasi
6. Agar klien merasa aman dan
individu menjadi efektif. 6.fasilitasi melihat situasi secara realistic.
nyaman
Kriteria hasil : Kolaborasi : Kolaborasi :
a. Perilaku koping 1. fasilitasi pengambilan keputusan secara 1. Menentukan bantuan individual
adaptif meningkat. kolaboratif dalam pengambilan keputusan.
b. Verbilasi 2.fasilitasi hubungan antara 2. Agar mengihindari
pengakuan masalah pasien,keluarga, dan tenaga kesehatan kesalahan dalam menerima
meningkat lainnya informasi.
c. Perilaku asertif meningkat
3 Resiko defisit Tujuan panjang : 1. Evaluasi kemampuan makan kliem 1. Klein mengalami kesulitan
nutrisi (D.0032) 2. Observasi atau timbang berat badan dalam mempertahankan berat
Setelah diberikan tindakan
jika memungkinkan badan mereka. Mengalami
keperawatan dalam waktu
3. Monitor pemakaian alat bantu kesulitan mengunyah dan
3x24 jam resiko deficit
4. Kaji fungfsi sistem gastrointestinal menelan.
nutrisi teratasi.
yang meliputi suara bising usus, catat 2. Tanda kehilangan berat badan (7-
Tujuan pendek: 10%) dan kekurangan intake nutrisi
terjadi perubahan di dalam lambung
Setelah diberikan tindakan seperti mual, muntah. menunjang terjadi masalah
keperawatan dalam waktu 5. Observasi perubahan pergerakkan katabolisme, kandungan glikogen
1x24 jam kebutuhan nutrisi usus misalnya diare, konstipasi dalam otot, dan kepekaan terhadap
klien terpenuhi 6. Anjurkan cairan 2500cc/hari selama pemasangan ventilator

tidak terjadi gangguan jantung 3. Pemanas elektrik digunakan untuk


Kriteria hasil :
menjaga makanan tetap hangat
1. mengerti tentang Kolaborasi : dank lien diixinkan untuk istirahat
pentingnya nutrisi bagi tubuh 1.kolaborasi dengan ahli gizi untuk selama waktu yang ditetapkan
2. memperhatikan kenaikan menentukan jumlah kalori dan jenis untuk makan, alat=alat khusus juga
berat badan sesuai dengan nutrien yang dibutuhkan (jika perlu). membantu makan.
hasil pemeriksaan 2.kolaborasi dengan ahli gizi tentang 4. Pemggunaan piring stabil,
laboratorium target berat badan (jika perlu) cangkir yang tidak pecah bial
jatuh, dan alat=alat makan yang
dapat dipegang sendiri diguankan
sebagai alat bantu
5. Fungsi sistem gastrointestinal
sangat penting untuk memasukkan
makanan
6. Mencegah terjadinya dehidrasi
Kolaborasi :
1. Untuk memberi tentang nutrisi
yang tepat untuk dibutuhkan
2. Mencegah penurunan berat
badan.
4 Defisit Tujuan panjang: 1. Identifikasi kebiasaan 1. Untuk mengetahui kebiasaan klien
perawatan diri Setelah dilakukan tindakan aktivitas perawatan diri. dalam perawatan diri.
(D.0109) keperawatan 3 x 24 jam 2. Monitor tingkat kemandirian. 2. Untuk mengetahui tingkat
diharapkan klien defisit 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kemandirian klien.
perawatan diri teratasi. kebersihan diri. 3. Untuk mengetahui alat kebersihan
Tujuan pendek : 4. Dampingi dalam melakukan klien.
Setelah dilakukan tindakan perawatan diri sampai mandiri. 4. Agar klien terbiasa dengan mandiri
keperawatan 1 x 24 jam 5. Jadwalkan runtinitas perawatan diri dalam perawatan diri
diharapkan klien dapat 6. Anjurkan melakukan keperawatan diri 5. Agar klien terbiasa untuk
merawat dirinya sesuai dengan sesuai kemampuan. perawatan diri.
kemampuannya. 6. Meningkatkan kepercayaan untuk
Kriteria Hasil : hidup.
1. kemampuan mandi
meningkat.
2. kemampuan makan
meningkat.
3. kemampuan keingininan
melakukan keperawatan
diri meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 2. Jakarta : CV


Trans Info Media

Asrori, N., & Putri, O. O. ( 2014). Panduan Perawatan Pasien Demensia di Rumah.
Malang: Umm press.

Killin, L. O., starr, J. M., shiue, I. J., & Russ, C. T. (2016). Environmental risk factor for
dementia: A Sistematic Review. BMC geriatric, 16:175, 1-28.

Pieter, H. Z., & Janiwarti, B. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan.


Jakarta: Kencana.

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik.Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria HAsil
Keperawatan.Jakarta: DPP PPNI.

T.Hearther Herdman,Shigemi Kamitsuru. 2018-2020 . NANDA-I Diagnosis


Keperawatan NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions and Classification
2018-2020

Wilkinson Judith M.2016. Diagnosa Keperawatan : Diagnosis


Keperawatan. NANDA,intervensi Nic,hasil NOC.ED.10.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai