DEMENSIA
Oleh :
Nama : Anita Larinu
NIM : 1490122062
A. Definisi
Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya
sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial. Kemunduran
kognitif pada demensia biasanya diawali dengan hilangnya fungsi intelektual,
kemunduran memori (pelupa) serta daya pikir lain. Demensia berkaitan erat dengan
usia lanjut (Nugroho, 2012). Grayson (2004) dalam Aspiani (2014) menyebutkan
bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang
disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu. Kumpulan gejalanya ditandai
dengan penurunan kognitif, perubahan mood, serta perubahan tingkah laku.
Demensia adalah sindrom penurunan kognitif dan fungsional, biasanya terjadi di
kemudian hari sebagai akibat neurodegenarif dan proses serebrosvaskuler (Killin,
2016). Demensia merupakan penyakit degeneratif yang sering menyerang pada orang
yang berusia diatas 60 tahun. Demensia terjadi akibat kerusakan sel-sel otak dimana
sistem saraf tidak lagi bisa membawa informasi ke dalam otak, sehingga membuat
kemunduran pada daya ingat, keterampilan secara progresif, gangguan emosi, dan
perubahan perilaku, penderita demensia sering menunjukkan gangguan perilaku harian
(Pieter and Janiwarti, 2011).
Demensia adalah kondisi dimana hilangnya kemampuan intelektual yang
menghalangi hubungan sosial dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Demensia
bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal dan bukan sesuatu yang
pasti akan terjadi dalam kehidupan mendatang, demensia dapat juga di sebabkan pleh
bermacammacam kelainan otak. Hampir 55% penderita demensia disebabkan oleh
Alzheimer, 25- 35% karena strokedan 10-15% karena penyebab lain, banyak demensia
yang diobati meskipun sangat sedikit darinya yang dapat disembuhkan (Asrori dan
putri, 2014).
B. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan demensia, antara lain :
1. Genetik
2. Penggunaan alcohol
3. Cedera kepala
4. Penyempitan pembuluh darah otak, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah
ke otak.
5. Kerusakan jaringan otak yang berlangsung pelan dan bertahap.
6. Gangguan neurotransmitter (asetilkolin, norepinefrin, dan glutamat)
C. Faktor resiko
1. Udara Faktor resiko lingkungan di udara menyebabkan terjadinya demensia,
disebabkan tingginya kadar nitrogen oksidan, asap tembakau terbukti terkait
dengan resiko demensia akibat paparan lingkungan, asap tembakau dirumah,
kantor dan di tempat kerja dan tempat lainnya. Durasi paparan serta
memperkirakan kumulatif eksposur ( Killin et all, 2016).
2. Alumunium Tingkat konsumsi aluminium dalam air minum lebih dari 0,1 mg per
hari dikaitkan dengan resiko demensia ( Killin et all, 2016).
3. Pekerjaan Orang dengan pekerjaan yang terlalu sering terkena kebisingan atau
radiasi resiko terjadinya demensia ( Killin et all, 2016).
4. Vitamin D Orang yang kekurangan vitamin D dikaitkan dengan peningkatan
resiko dan pengembangan penyakit demensia ( Killin et all, 2016).
D. Klarifikasi
Berbagai subtipe demensia vaskular yaitu:
1. Gangguan kognitif vaskular ringan.
2. Demensia Multi infrak.Disebabkan oleh infark pembuluh darah besar
multiple.
3. Demensia Infark strategi Akibat lesi iskemik pada daerah kortikal atau
subkortikal yang mempunyai fungsi penting.
4. Demensia vaskular karena lesi lacunar.
5. Demensia vaskular akibat lesi hemoragik.Terdapat penyakit serebrovaskular
hemoragik seperti hematoma subdural atau intraserebral atau perdarahan
subaraknoid. ( Killin et all, 2016).
E. Patofisiology
DEMENSIA
D. Alzheimer D. vaskular
G. Diagnostik Penunjang
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :
1. Farmakoterapi
H. Analisa Data
Data Objektif:
klien banyak lupa Hilangnya memori atau
untuk pengalaman ingatan
jangka panjang atau
pendek
Gangguan Memori
klien tampak kurang
dapat berkonsentrasi
klien terlihat sulit
mengingat orang,
waktu dan benda-
benda yang ada di
sekitarnya
Data Subjektif: Mudah lupa Ketidakefektifan
Koping
klien mengatakan
mudah curiga dan
gangguan kognitif
mudah tersinggung
Data Objektif :
kontak mata kurang muncul gejala
klien tampak terlihat neuropsikiatri (mudah
marah atau kesal bila curiga, mudah
merasa tersinggung tersinggung)
Ketidakefektifan
Koping
Data Objektif:
klien tidak mampu
menghabiskan Penurunan kemampuan
makananya melakukan aktivitas
klien tidak mampu
menyediakan alat
perlengkapan mandi Defisit perawatan diri
sendiri
klien terlihat tidak
rapih
I.Diagnosa keperawatan
1. Gangguan Memori
2. Koping Individu tidak Efektif
3. Resiko defisit nutrisi
4. Defisit perawatan diri
J. Ringkasan Diagnostik Keperawatan
Dx Keperawatan Gangguan Memori
Definisi Perubahan aktivitas dan kerja kognitif (misalnya, pikiran
sadar, orientasi realitas, pemecahan masalah, dan penilaian)
Pengkajian Subjektif :
- Ketidaksesuaian kognitif
- Ketidakakuratan interpretasi lingkungan
- Ketidaksesuaian pemikiran
Objektif :
- Mudah distraksi
- Egosentris
- Terlampau atau kurang waspada
- Defisit atau masalah memori
Faktor yg berhubungan - Perubahan fisiologis
- Kehilangan memori/ingatan
- Gangguan tidur
- Konflik psikologi
- Gangguan penilaian
mempelajari hal baru 1. kolaborasi pada terapi okupasi (jika 1. untuk meningkatkan daya ingat dan
2 Koping individu Tujuan panjang : Setelah 1. Identifikasi persepsi mengenai masalah 1. Untuk mengetahui bagaimana klien
tidak efektif diberikan tindakan saat pembuatan keputusan kesehatan. membuat keputusan.
(D.0096) keperawatan dalam waktu
2. fasilitasi mengklarifikasi nilai dan 2. Agar klien merasa dihargai .
3x24 jam diharapkan koping
harapan yang membantu membuat pilihan. 3. Agar klien mengetahui dalam
teratasi.
3. diskusikan kelebihan dan kekurangan menerima solusi dari orang lain.
Tujuan pendek : dari setiap solusi. 4. Agar klien merasa lega setelah
Setelah diberikan tindakan 4. berikan informasi yang diminta pasien. diberikan informasi.
keperawatan dalam waktu 5.hormati hak pasien untuk menerima atau 5. Agar klien merasa dihormati.
1x24 jam diharapkan koping menolak informasi
6. Agar klien merasa aman dan
individu menjadi efektif. 6.fasilitasi melihat situasi secara realistic.
nyaman
Kriteria hasil : Kolaborasi : Kolaborasi :
a. Perilaku koping 1. fasilitasi pengambilan keputusan secara 1. Menentukan bantuan individual
adaptif meningkat. kolaboratif dalam pengambilan keputusan.
b. Verbilasi 2.fasilitasi hubungan antara 2. Agar mengihindari
pengakuan masalah pasien,keluarga, dan tenaga kesehatan kesalahan dalam menerima
meningkat lainnya informasi.
c. Perilaku asertif meningkat
3 Resiko defisit Tujuan panjang : 1. Evaluasi kemampuan makan kliem 1. Klein mengalami kesulitan
nutrisi (D.0032) 2. Observasi atau timbang berat badan dalam mempertahankan berat
Setelah diberikan tindakan
jika memungkinkan badan mereka. Mengalami
keperawatan dalam waktu
3. Monitor pemakaian alat bantu kesulitan mengunyah dan
3x24 jam resiko deficit
4. Kaji fungfsi sistem gastrointestinal menelan.
nutrisi teratasi.
yang meliputi suara bising usus, catat 2. Tanda kehilangan berat badan (7-
Tujuan pendek: 10%) dan kekurangan intake nutrisi
terjadi perubahan di dalam lambung
Setelah diberikan tindakan seperti mual, muntah. menunjang terjadi masalah
keperawatan dalam waktu 5. Observasi perubahan pergerakkan katabolisme, kandungan glikogen
1x24 jam kebutuhan nutrisi usus misalnya diare, konstipasi dalam otot, dan kepekaan terhadap
klien terpenuhi 6. Anjurkan cairan 2500cc/hari selama pemasangan ventilator
Asrori, N., & Putri, O. O. ( 2014). Panduan Perawatan Pasien Demensia di Rumah.
Malang: Umm press.
Killin, L. O., starr, J. M., shiue, I. J., & Russ, C. T. (2016). Environmental risk factor for
dementia: A Sistematic Review. BMC geriatric, 16:175, 1-28.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria HAsil
Keperawatan.Jakarta: DPP PPNI.