PENDAHULUAN
progresif dimana ada banyak gangguan fungsi kortikal yanglebih tinggi termasuk
Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang barusaja terjadi
tetapi bisa saja bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau
perubahan kepribadian lainya. terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara,
1
penderita menggunakan kata kata yang lebih sederhana menggunakan kata kata yang
tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata kata tepat, ketidak mampuan
mengartikan tanda-tanda bisa menimbulkan kesulitan dalam mengemudikan
kendaraan. Padaakhirnya penderita tidak dapat menjalankan fungsi social.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
3
Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan ingatan, memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi
hidup sehari-hari (Brocklehurst and Allen, 1987).
Demensia adalah penurunan memori yang paling jelas terjadi pada saat belajar
informasi baru, meskipun dalam. Pada kasus yang lebih parah memori tentang
informasi yang pernah dipelajari juga mengalami penurun. Penurunan terjadi pada
materi verbal dan non verbal. Penurunan ini juga harus didapatkan secara objektif
dengan mendapatkan informasi dari orang – orang yang sering bersamanya, atau pun
dari tes neuropsikologi atau pengukuran status kognitif. ( International Classification
of Diseases 10 ( ICD 10 ), 2013).
2.2 Etiologi
4
atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan
pembuluh darah di otak.
3. Menurut Nugroho (2008), penyebab demensia dapat digolongkan
menjadi 4:
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya
tidak dikenal kelainan yaitu, terdapat pada tingkat subseluler
atau secara biokimiawi pada sistem enzim, atau pada
metabolisme.
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum
dapat diobati, penyebab utama dalam golongan. Penyakit
degenerasi spino serebral
c. Sindroma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat
diobati, gangguan nutrisi, akibat intoksikasi menahun,
penyakit- penyakit metabolisme.
5
13. Ekspresi berlebihan, menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar terhadap kesalahan yang kecil, rasa takut dan
gugup yang tidak beralasan.
14. Adanya perubahan perilaku, acuh tak acuh, menarik diri, gelisah.
2.4 Patofisiologi
Semua bentuk demensia adalah dampak dari kematian sel saraf dan/atau
hilangnya komunikasi antara sel-sel ini. Otak manusia sangat kompleks dan banyak
faktor yang dapat mengganggu fungsinya. Beberapa penelitian telah menemukan
faktor-faktor ini namun tidak dapat menggabungkan faktor ini untuk mendapatkan
gambaran yang jelas bagaimana demensia terjadi.
Pada demensia vaskular, penyakit vaskular menghasilkan efek fokal atau difus
pada otak dan menyebabkan penurunan kognitif. Penyakit serebrovaskular fokal
terjadi sekunder dari oklusi vaskular emboli atau trombotik. Area otak yang
berhubungan dengan penurunan kognitif adalah substansia alba dari hemisfer serebral
dan nuklei abu-abu dalam, terutama striatum dan thalamus. Mekanisme demensia
vaskular yang paling banyak adalah infark kortikal multipel, infark single strategi dan
penyakit pembuluh darah kecil.
6
d. Penyakit lakunar disebabkan oleh oklusi pembuluh darah kecil dan
menghasilkan lesi kavitas kecil di otak akibat dari oklusi cabang arteri
penetrasi yang kecil. Lakunae ini ditemukan lebih sering di kapsula interna,
nuklei abu-abu dalam, dan substansia alba. Status lakunar adalah kondisi
dengan lakunae yang banyak, mengindikasikan adanya penyakit pembuluh
darah kecil yang berat dan menyebar.
e. Penyakit Binswanger (juga dikenal sebagai leukoencephalopati subkortikal)
disebabkan oleh penyakit substansia alba difus. Pada penyakit ini, perubahan
vaskular yang terjadi adalah fibrohialinosis dari arteri kecil dan nekrosis
fibrinoid dari pembuluh darah otak yang lebih besar.
2.5 Pathway
7
2.6 Pemeriksaan penunjang
8
penyandangdemensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil
laboratoriumnormal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya
dilakukan.Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan : pemeriksaan
darahlengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi
hati,hormon tiroid, kadar asam folat.
2. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (MagneticResonance
Imaging) telah menjadi pemeriksaan rutin dalampemeriksaan demensia
walaupun hasilnya masih dipertanyakan.
3. Pemeriksaan EEG (Electroencephalogram)
Pada pemeriksaan EEG tidak memberikan gambaran spesifik danpada
sebagian besar hasilnya normal. Pada Alzheimer stadium lanjutdapat memberi
gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.
4. Pemeriksaan cairan otak
Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensiaakut,
penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsanganmeningen dan
panas, tes sifilis (+), penyengatan meningeal pada CTscan.
5. Pemeriksaan neuropsikologis
Meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari – hari /fungsional
dan aspek kognitif lainnya. Pemeriksaan neuropsikologispenting untuk
sebagai penambahan pemeriksaan demensia, terutamapemeriksaan untuk
fungsi kognitif, minimal yang mencakup atensi,memori, bahasa, konstruksi
visuospatial, kalkulasi dan problemsolving. Pemeriksaan neuropsikologi
sangat berguna terutama padakasus yang sangat ringan untuk membedakan
proses ketuaan atauproses depresi. (Nugroho, 2013).
2.7 Penatalaksanaan
9
Penatalaksanaan pada klien dengan demensia ada berbagai cara antara
lainsebagai berikut (Turana, 2013) :
1. Farmakoterapia.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat -
obatanantikoliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine,
Galantamine,Memantine
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet
sepertiAspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran
darah keotak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati,
tetapiperkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan
denganmengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang
berhubungandengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-
depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak,
yangbisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat
anti-psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone)2.
2. Dukungan atau Peran Keluarga (Harrisons,2014).
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu
penderitatetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang,
jamdinding dengan angka-angka yang besar.
3. Terapi Simtomatik (Harrisons,2014).
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi yang
bersifatsimtomatik, terapi tersebut meliputi :
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas.
10
d. Penanganan terhadap masalah-masalah
4. Pencegahan dan perawatan demensia Hal yang dapat kita lakukan
untukmenurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah
menjagaketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi
otak,seperti(Harrisons,2014):
a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak
sepertialkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir
hendaknyadilakukan setiap hari.
c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan
aktifseperti kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
d. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan temanyang
memiliki persamaan minat atau hobi.
e. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap
relaksdalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap
sehat.
11
2.8 Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Tgl MRS : 07 Oktober 2019
1. Identitas klien dan penanggung jawab
a. Identitas klien
Nama : Tn. X
Umur : 73 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : jl. Mawar
Diagnosa medis : Dementia
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. C
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat : jl. Mawar
Hubungan dengan klien : Anak
2. Riwayat kesehatan
12
a. Keluhan utama
Keluarga lien mengatakan klien sering lupa dan kaku sendi
b. Riwayat kesehatan sekarang
Saat ini klien mengalami kepikunan atau demensia
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah mengalami stroke 2x pada usia 49 dan 50 tahun, tetapi
sembuh kembali
d. Riwayat kesehatan keluarga
Ayah dan saudara klien ada yang mengalami demensia seperti klien
3. Pola pengkajian
a. Pola nutrisi
Klien makan 3x1 sehari jumlah minum ±8 gelas sehari
b. Pola istirahat/tidur
Tidur malam klien normal, klien jarang tidur siang
c. Pola eliminasi
Frekuensi BAB klien ±2 kali BAK ±5 kali
d. Pola aktivitas
Sebelum sakit klien melakukan aktivitas sendiri saat klien mengalami
sakit aktivitas klien dibantu orang lain.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : CM
b. Tanda-tanda vital
Td : 150/80 mmHg
N : 75 x/mnt
S : 370C
RR : 24x/mnt
13
c. Pemeriksaan Head to toe
Kepala : bentuk kepala simetris, warna rambut
memutih/beruban, keadaan rambut rontok, kulit kepala kotor
dan bau.
Mata : penglihatan klien kabur, sclera putih, konjugtiva
anemis, lapang pandang kurang jelas
Hidung : bentuk simetris, fungsi penciuman klien kurang baik
Telinga : telingan klien simetris, tidak terdapat kesi, fungsi
pendengaran kurang baik, tiak ada nyeri tekan
Mulut : bibir pucat, mukosa mulut merah muda, gigi kuramg
bersihdan ada caries, gigi tidak lengkap, fungsi bicara kurang
baik, fungsi pengecap kurang baik
Leher : tidak ada pembengkakan kelejar tiroid, kaku kuduk
tidak ada
Dada : bentuk dada simetris, suara napas vesiculer
Kardiovaskuler : bunyi jantung normal, denyut nadi perifer
teraba lemah
Abdomen : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, bising usus
normal 10x/mnt
Muskuloskeletal : kekuatan otot klien 4 terdapat kaku sendi
Neurologi : N.I olfaktorius ( penciuman), N.II optikus
(penglihatan), N.XII hipoglosus (pengecap), N.VII koklearis
(pendengaran)
Integumen : warna kulit sawo matang, kulit berkeriput
5. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Hb : 9 gr/dl (p : 13-18 gr dan w : 12-16 gr)
14
Leukosit : 11000 mm3 (4000-11000 5000-10000 mm3)
Trombosit : 340.000/mm3 (150.000-450.000/mm3)
6. Terapi
Donezepil 5 mg 3x sehari
Citalopram 10-20 gr 3x sehari
Galantamine 3-5 gr 3x sehari
7. Analisa data
15
Do : kulit kepala klien Kerusakan sel otak
kotor dan bau, gigi klien ↓
ada caries Hilangnya
memory/ingatan jangka
pendek
↓
Perubahan proses pikir
↓
Kemampuan belajar
menurun
↓
Dementia
↓
D. alzhaimer
↓
Kematian sel otak yang
masif
↓
Mudah lupa
↓
Tremor, ketidak
mampuan menggunakan
benda
↓
Penurunan kemampuan
melakukan, aktifitas
↓
Defisit perawatan diri
16
Ds : keluarga klien Gangguan peredaran Risiko cedera
mengatakan klien darah diotak, radang,
berjalan dengan lambat neoplasma, penyakit
dan lemas degeratif, factor usia, dll
↓
Do : klien sering Kerusakan sel otak
mengalami kaku sendi, ↓
klien tampak Hilangnya
menggunakan alat abntu memory/ingatan jangka
tongkat, kekuatan otot pendek
klien 4 ↓
Perubahan proses pikir
↓
Kemampuan belajar
menurun
↓
Dementia
↓
D. vaskular
↓
Kelemahan anggota
gerak
↓
Kelainan gaya berjalan
↓
Kurang koordinasi
gerakan
17
↓
Risiko cedera
B. Diagnosa keperawatan
C. Intervensi
18
mengenali tingkah dan berbicara perseptual
laku dan faktor dengan perlahan 4.
penyebab pada klien menimbulkan
3. mampu pengenalan
memperlihatkan terhadap
kemampuan realita dan
kognotif untuk klien
menjalani 5.
konsekuensi meningkatkan
kejadian yang pemahaman,
menegangkan ucapan tinggi
terhadap emosi dan keras
dan pikiran menimbulkan
tentang diri stressyang
mencetus
konfrontasi
dan respon
marah
2 Defisit Setelah dilakukan 1. identifikasi 1. agar bersih
perawatan tindakan kebutuhan dan terhindar
diri b.d keperawatan kebersihan diri dan dari kuman
intoleransi selama 1 x 24 jam berikan bantuan 2. memahami
aktivitas diharapakan sesuai kebutuhan penyebab yang
masalah klien dengan perawatan mempengaruhi
dapat terastasi rambut/kuku/kulit, aktivitas
dengan kriteria gosok gigi 3.
hasil : 2. identifikasi meningkatkan
1. mampu kesulitan dalam kepercayaan
19
melakukan berpakaian/ untuk hidup
aktivitas perawatan diri
perawatan diri seperti :
sesuai dengan keterbatasan gerak
tingkat fisik
kemampuan 3. bantu
2. mengenakan
mempertahankan pakaian
kebersihan tubuh
3 Risiko Setelah dilakukan 1. sediakan 1. agar klien
cedera b.d tindakan lingkungan yang merasa
kelemahan keperawatan aman nyaman dan
otot selama 1 x 24 jam 2. identifikasi terhindar dari
diharapakan kebutuhan bahaya
masalah klien keamanan klien, 2. mengetahui
dapat terastasi sesuai dengan kebutuhan
dengan kriteria kondisi fisik, dan yang
hasil : fungsi kognitif diperlukan
1. meningkatkan 3. menghindarkan klien
tingkat aktivitas lingkungan yang 3. agar klien
2. dapat berbahaya terhindar dari
beradaptasi bahaya
dengan
lingkungan untuk
mengurangi resiko
cedera
3. tidak
mengalami cedera
20
21
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca. Kritik dan saran
sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik.
22
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I
Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Salemba medika; Jakarta
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek
Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.
Nugroho,Wahjudi.1999. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku
Kedokteran. EGC; Jakarta
Stanley,Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC; Jakarta
https://www.academia.edu/30343985/Askep_Dimensia
23
https://www.academia.edu/37372386/ASUHAN_KEPERAWATAN_PAD
A_PASIEN_DEMENSIA_DENGAN_GANGGUAN_POLA_TIDUR_DI_
GRIYA_ASIH_LAWANG
http://freestlysanger.blogspot.com/2014/09/asuhan-keperawatan-pada-
pasien-dengan.html
https://udayatimade.blogspot.com/2012/05/askep-demensia.html
24