Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Demensia adalah sebuah sindrome karna penyakit otak, bersifatkronis atau

progresif dimana ada banyak gangguan fungsi kortikal yanglebih tinggi termasuk

memori, berfikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, bela!ar, kemampuan dan


penilaian kesadaran tidak terganggu.

Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif


yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan
gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Demensia bukanlah suatu
penyakit yang spesifik. Demensia merupakan istilahyang digunakan untuk
mendeskripsikan kumpulan gejala yang bisa disebabkanoleh berbagai kelainan yang
mempengaruhi otak.

Seorang penderita demensiamemiliki fungsi intelektual yang terganggu dan


menyebabkan gangguan dalamaktivitas sehari-hari baik dari pola aktivitas, pola
nutrisi, pola tidur maupunhubungan dengan orang sekitarnya. Penderita demensia
juga kehilangankemampuan untuk memecahkan masalah, mengontrol emosi, dan
bahkan bisamengalami perubahan kepribadian dan masalah tingkah laku seperti
mudah marahdan berhalusinasi. Seseorang didiagnosa demensia bila dua atau lebih
fungsi otak, seperti ingatan dan keterampilan berbahasa menurun secara signifikan
tanpadisertai penurunan kesadaran (Turana, 2015).

Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang barusaja terjadi
tetapi bisa saja bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau
perubahan kepribadian lainya. terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara,

1
penderita menggunakan kata kata yang lebih sederhana menggunakan kata kata yang
tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata kata tepat, ketidak mampuan
mengartikan tanda-tanda bisa menimbulkan kesulitan dalam mengemudikan
kendaraan. Padaakhirnya penderita tidak dapat menjalankan fungsi social.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa itu Demensia ?


2. Bagaimana penyebab Demensia?
3. Bagaimana Perjalanan penyakit Demensia ?
4. Bagaimana asuhan keperawatan Demensia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami definisi Demensia


2. Untuk memahami dan mengetahui penyebab Demensia
3. Untuk mengetahui dan memahami perjalan penyakit Demensia
4. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan Demensia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Definisi demensia menurut WHO adalah sindrom neuro degeneratif yang


timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai dengan
gangguan fungsi luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan
mengambil keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi
kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku, dan motivasi.
(WHO, 2014).

Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi vegetatif


atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian,
dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. (Elizabeth J.
Corwin, 2009).

Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual


dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-
hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya
ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktifitas kehidupan sehari-
hari. (Nugroho, 2008).

Demensia adalah suatu sidrom yang dikarakteristikkan dengan adanya


kehilangan kapasitas intelektual melibatkan tidak hanya ingatan (memori), namun
juga kognitif, bahasa, kemampuan visuospasial, dan kepribadian. (Josep J. Galo,
1998).

3
Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan ingatan, memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi
hidup sehari-hari (Brocklehurst and Allen, 1987).

Demensia adalah penurunan memori yang paling jelas terjadi pada saat belajar
informasi baru, meskipun dalam. Pada kasus yang lebih parah memori tentang
informasi yang pernah dipelajari juga mengalami penurun. Penurunan terjadi pada
materi verbal dan non verbal. Penurunan ini juga harus didapatkan secara objektif
dengan mendapatkan informasi dari orang – orang yang sering bersamanya, atau pun
dari tes neuropsikologi atau pengukuran status kognitif. ( International Classification
of Diseases 10 ( ICD 10 ), 2013).

2.2 Etiologi

1. Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit alzaimer,


yang penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti. Penyakit
Alzaimer disebabkan karena adanya kelainan faktor genetik atau
adanya kelainan gen tertentu. Bagian otak mengalami kemunduran
sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap
bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak. Jaringan
abnormal ditemukan di dalam otak (disebut plak senilitis dan serabut
saraf yang tidak teratur- dan protein abnormal.
2. Serangan stroke yang berturut-turut. Stroke tunggal yang ukurannya
kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang
timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan
kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan
akibat tersumbatnya aliran darah yang disebut dengan infark.
Demensia yang disebabkan oleh stroke kecil disebut juga demensia
multi-infark. Sebagian penderitanya memiliki tekanan darah tinggi

4
atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan
pembuluh darah di otak.
3. Menurut Nugroho (2008), penyebab demensia dapat digolongkan
menjadi 4:
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya
tidak dikenal kelainan yaitu, terdapat pada tingkat subseluler
atau secara biokimiawi pada sistem enzim, atau pada
metabolisme.
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum
dapat diobati, penyebab utama dalam golongan. Penyakit
degenerasi spino serebral
c. Sindroma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat
diobati, gangguan nutrisi, akibat intoksikasi menahun,
penyakit- penyakit metabolisme.

2.3 Manifestasi klinik

1. Perjalanan penyakit yang bertahap


2. Tidak terdapat gangguan kesadaran
3. Rusaknya fungsi kognitif
4. Gangguan kepribadian dan perilaku
5. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang
6. Gangguan psikotik, halusinasi, ilusi, waham, paranoid
7. Keterbatasan dalam ADL
8. Inkontenensia urine
9. Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk
10. Sulit mandi, makan, berpakaian dan toileting
11. Lupa meletakkan barang penting
12. Gangguan orientasi waktu dan tempat, lupa hari, minggu, bulan, tahun
dan tempat dimana penderita berada

5
13. Ekspresi berlebihan, menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar terhadap kesalahan yang kecil, rasa takut dan
gugup yang tidak beralasan.
14. Adanya perubahan perilaku, acuh tak acuh, menarik diri, gelisah.

2.4 Patofisiologi

Semua bentuk demensia adalah dampak dari kematian sel saraf dan/atau
hilangnya komunikasi antara sel-sel ini. Otak manusia sangat kompleks dan banyak
faktor yang dapat mengganggu fungsinya. Beberapa penelitian telah menemukan
faktor-faktor ini namun tidak dapat menggabungkan faktor ini untuk mendapatkan
gambaran yang jelas bagaimana demensia terjadi.

Pada demensia vaskular, penyakit vaskular menghasilkan efek fokal atau difus
pada otak dan menyebabkan penurunan kognitif. Penyakit serebrovaskular fokal
terjadi sekunder dari oklusi vaskular emboli atau trombotik. Area otak yang
berhubungan dengan penurunan kognitif adalah substansia alba dari hemisfer serebral
dan nuklei abu-abu dalam, terutama striatum dan thalamus. Mekanisme demensia
vaskular yang paling banyak adalah infark kortikal multipel, infark single strategi dan
penyakit pembuluh darah kecil.

a. Demensia multi-infark: kombinasi efek dari infark yang berbeda


menghasilkan penurunan kognitif dengan menggangu jaringan neural.
b. Demensia infark single: lesi area otak yang berbeda menyebabkan gangguan
kognitif yang signifikan. Ini dapat diperhatikan pada kasus infark arteri
serebral anterior, lobus parietal, thalamus dan satu girus.
c. Penyakit pembuluh darah kecil menyebabkan 2 sindrom major, penyakit
Binswanger dan status lakunar. Penyakit pembuluh darah kecil menyebabkan
8 perubahan dinding arteri, pengembangan ruangan Virchow-Robin dan
gliosis parenkim perivaskular.

6
d. Penyakit lakunar disebabkan oleh oklusi pembuluh darah kecil dan
menghasilkan lesi kavitas kecil di otak akibat dari oklusi cabang arteri
penetrasi yang kecil. Lakunae ini ditemukan lebih sering di kapsula interna,
nuklei abu-abu dalam, dan substansia alba. Status lakunar adalah kondisi
dengan lakunae yang banyak, mengindikasikan adanya penyakit pembuluh
darah kecil yang berat dan menyebar.
e. Penyakit Binswanger (juga dikenal sebagai leukoencephalopati subkortikal)
disebabkan oleh penyakit substansia alba difus. Pada penyakit ini, perubahan
vaskular yang terjadi adalah fibrohialinosis dari arteri kecil dan nekrosis
fibrinoid dari pembuluh darah otak yang lebih besar.

2.5 Pathway

7
2.6 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium rutin


Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis
klinisdemensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi
demensiakhususnya pada demensia reversibel, walaupun 50%

8
penyandangdemensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil
laboratoriumnormal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya
dilakukan.Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan : pemeriksaan
darahlengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi
hati,hormon tiroid, kadar asam folat.
2. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (MagneticResonance
Imaging) telah menjadi pemeriksaan rutin dalampemeriksaan demensia
walaupun hasilnya masih dipertanyakan.
3. Pemeriksaan EEG (Electroencephalogram)
Pada pemeriksaan EEG tidak memberikan gambaran spesifik danpada
sebagian besar hasilnya normal. Pada Alzheimer stadium lanjutdapat memberi
gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.
4. Pemeriksaan cairan otak
Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensiaakut,
penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsanganmeningen dan
panas, tes sifilis (+), penyengatan meningeal pada CTscan.
5. Pemeriksaan neuropsikologis
Meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari – hari /fungsional
dan aspek kognitif lainnya. Pemeriksaan neuropsikologispenting untuk
sebagai penambahan pemeriksaan demensia, terutamapemeriksaan untuk
fungsi kognitif, minimal yang mencakup atensi,memori, bahasa, konstruksi
visuospatial, kalkulasi dan problemsolving. Pemeriksaan neuropsikologi
sangat berguna terutama padakasus yang sangat ringan untuk membedakan
proses ketuaan atauproses depresi. (Nugroho, 2013).

2.7 Penatalaksanaan

9
Penatalaksanaan pada klien dengan demensia ada berbagai cara antara
lainsebagai berikut (Turana, 2013) :

1. Farmakoterapia.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat -
obatanantikoliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine,
Galantamine,Memantine
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet
sepertiAspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran
darah keotak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati,
tetapiperkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan
denganmengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang
berhubungandengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-
depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak,
yangbisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat
anti-psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone)2.
2. Dukungan atau Peran Keluarga (Harrisons,2014).
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu
penderitatetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang,
jamdinding dengan angka-angka yang besar.
3. Terapi Simtomatik (Harrisons,2014).
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi yang
bersifatsimtomatik, terapi tersebut meliputi :
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas.

10
d. Penanganan terhadap masalah-masalah
4. Pencegahan dan perawatan demensia Hal yang dapat kita lakukan
untukmenurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah
menjagaketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi
otak,seperti(Harrisons,2014):
a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak
sepertialkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir
hendaknyadilakukan setiap hari.
c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan
aktifseperti kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
d. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan temanyang
memiliki persamaan minat atau hobi.
e. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap
relaksdalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap
sehat.

11
2.8 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Tgl MRS : 07 Oktober 2019
1. Identitas klien dan penanggung jawab
a. Identitas klien
Nama : Tn. X
Umur : 73 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : jl. Mawar
Diagnosa medis : Dementia
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. C
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat : jl. Mawar
Hubungan dengan klien : Anak

2. Riwayat kesehatan

12
a. Keluhan utama
Keluarga lien mengatakan klien sering lupa dan kaku sendi
b. Riwayat kesehatan sekarang
Saat ini klien mengalami kepikunan atau demensia
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah mengalami stroke 2x pada usia 49 dan 50 tahun, tetapi
sembuh kembali
d. Riwayat kesehatan keluarga
Ayah dan saudara klien ada yang mengalami demensia seperti klien

3. Pola pengkajian
a. Pola nutrisi
Klien makan 3x1 sehari jumlah minum ±8 gelas sehari
b. Pola istirahat/tidur
Tidur malam klien normal, klien jarang tidur siang
c. Pola eliminasi
Frekuensi BAB klien ±2 kali BAK ±5 kali
d. Pola aktivitas
Sebelum sakit klien melakukan aktivitas sendiri saat klien mengalami
sakit aktivitas klien dibantu orang lain.

4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : CM
b. Tanda-tanda vital
 Td : 150/80 mmHg
 N : 75 x/mnt
 S : 370C
 RR : 24x/mnt

13
c. Pemeriksaan Head to toe
 Kepala : bentuk kepala simetris, warna rambut
memutih/beruban, keadaan rambut rontok, kulit kepala kotor
dan bau.
 Mata : penglihatan klien kabur, sclera putih, konjugtiva
anemis, lapang pandang kurang jelas
 Hidung : bentuk simetris, fungsi penciuman klien kurang baik
 Telinga : telingan klien simetris, tidak terdapat kesi, fungsi
pendengaran kurang baik, tiak ada nyeri tekan
 Mulut : bibir pucat, mukosa mulut merah muda, gigi kuramg
bersihdan ada caries, gigi tidak lengkap, fungsi bicara kurang
baik, fungsi pengecap kurang baik
 Leher : tidak ada pembengkakan kelejar tiroid, kaku kuduk
tidak ada
 Dada : bentuk dada simetris, suara napas vesiculer
 Kardiovaskuler : bunyi jantung normal, denyut nadi perifer
teraba lemah
 Abdomen : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, bising usus
normal 10x/mnt
 Muskuloskeletal : kekuatan otot klien 4 terdapat kaku sendi
 Neurologi : N.I olfaktorius ( penciuman), N.II optikus
(penglihatan), N.XII hipoglosus (pengecap), N.VII koklearis
(pendengaran)
 Integumen : warna kulit sawo matang, kulit berkeriput

5. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
 Hb : 9 gr/dl (p : 13-18 gr dan w : 12-16 gr)

14
 Leukosit : 11000 mm3 (4000-11000 5000-10000 mm3)
 Trombosit : 340.000/mm3 (150.000-450.000/mm3)

6. Terapi
 Donezepil 5 mg 3x sehari
 Citalopram 10-20 gr 3x sehari
 Galantamine 3-5 gr 3x sehari

7. Analisa data

Data Etiologi Masalah


Ds : keluarga klien Gangguan peredaran Perubahan proses pikir
mengtakan klien mudah darah diotak, radang,
tersinggung, mudah neoplasma, penyakit
marah dan pelupa degeratif, factor usia, dll

Do : klien tampak Kerusakan sel otak
bingung bila ditanya ↓
Hilangnya
memory/ingatan jangka
pendek

Perubahan proses pikir
Ds : keluarga klien Gangguan peredaran Defisit perawatan diri
mengatakan klie sulit darah diotak, radang,
untuk memebersihakan neoplasma, penyakit
diri degeratif, factor usia, dll

15
Do : kulit kepala klien Kerusakan sel otak
kotor dan bau, gigi klien ↓
ada caries Hilangnya
memory/ingatan jangka
pendek

Perubahan proses pikir

Kemampuan belajar
menurun

Dementia

D. alzhaimer

Kematian sel otak yang
masif

Mudah lupa

Tremor, ketidak
mampuan menggunakan
benda

Penurunan kemampuan
melakukan, aktifitas

Defisit perawatan diri

16
Ds : keluarga klien Gangguan peredaran Risiko cedera
mengatakan klien darah diotak, radang,
berjalan dengan lambat neoplasma, penyakit
dan lemas degeratif, factor usia, dll

Do : klien sering Kerusakan sel otak
mengalami kaku sendi, ↓
klien tampak Hilangnya
menggunakan alat abntu memory/ingatan jangka
tongkat, kekuatan otot pendek
klien 4 ↓
Perubahan proses pikir

Kemampuan belajar
menurun

Dementia

D. vaskular

Kelemahan anggota
gerak

Kelainan gaya berjalan

Kurang koordinasi
gerakan

17

Risiko cedera

B. Diagnosa keperawatan

1. Perubahan proses pikir b.d ......


2. Defisit perawatan diri b.d intoleransi aktivitas
3. Risiko cedera b.d kelemahan otot

C. Intervensi

No Dx NOC NIC Rasional


1 Perubahan Setelah dilakukan 1. kembangkan 1. mengurangi
proses pikir tindakan lingkungan yang kecemasan dan
b.d keperawatan mendukung dan emosional
perubahan selama 1 x 24 jam hubungan klien- 2. kebisingan
fisiologis diharapakan perawat yang merupakan
masalah klien terapeutik sensori
dapat terastasi 2. pertahankan berlebih yang
dengan kriteria lingkungan yang meningkatkan
hasil : menyenangkan, gangguan
1. mampu dan tenang neuron
mengembangkan 3. tatap wajah klien 3.
strategi untuk ketika berbicara menimbulkan
mengatasi 4. panggil klien perhatian
anggapan diri dengan namanya terutama pada
yang negative 5. gunakan suara klien dengan
2. mampu yang agak rendah gangguan

18
mengenali tingkah dan berbicara perseptual
laku dan faktor dengan perlahan 4.
penyebab pada klien menimbulkan
3. mampu pengenalan
memperlihatkan terhadap
kemampuan realita dan
kognotif untuk klien
menjalani 5.
konsekuensi meningkatkan
kejadian yang pemahaman,
menegangkan ucapan tinggi
terhadap emosi dan keras
dan pikiran menimbulkan
tentang diri stressyang
mencetus
konfrontasi
dan respon
marah
2 Defisit Setelah dilakukan 1. identifikasi 1. agar bersih
perawatan tindakan kebutuhan dan terhindar
diri b.d keperawatan kebersihan diri dan dari kuman
intoleransi selama 1 x 24 jam berikan bantuan 2. memahami
aktivitas diharapakan sesuai kebutuhan penyebab yang
masalah klien dengan perawatan mempengaruhi
dapat terastasi rambut/kuku/kulit, aktivitas
dengan kriteria gosok gigi 3.
hasil : 2. identifikasi meningkatkan
1. mampu kesulitan dalam kepercayaan

19
melakukan berpakaian/ untuk hidup
aktivitas perawatan diri
perawatan diri seperti :
sesuai dengan keterbatasan gerak
tingkat fisik
kemampuan 3. bantu
2. mengenakan
mempertahankan pakaian
kebersihan tubuh
3 Risiko Setelah dilakukan 1. sediakan 1. agar klien
cedera b.d tindakan lingkungan yang merasa
kelemahan keperawatan aman nyaman dan
otot selama 1 x 24 jam 2. identifikasi terhindar dari
diharapakan kebutuhan bahaya
masalah klien keamanan klien, 2. mengetahui
dapat terastasi sesuai dengan kebutuhan
dengan kriteria kondisi fisik, dan yang
hasil : fungsi kognitif diperlukan
1. meningkatkan 3. menghindarkan klien
tingkat aktivitas lingkungan yang 3. agar klien
2. dapat berbahaya terhindar dari
beradaptasi bahaya
dengan
lingkungan untuk
mengurangi resiko
cedera
3. tidak
mengalami cedera

20
21
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi


intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari- hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata
mengganggu aktifitas kehidupan sehari-hari. (Nugroho, 2008).

Semua bentuk demensia adalah dampak dari kematian sel saraf


dan/atau hilangnya komunikasi antara sel-sel ini. Otak manusia sangat
kompleks dan banyak faktor yang dapat mengganggu fungsinya. Beberapa
penelitian telah menemukan faktor-faktor ini namun tidak dapat
menggabungkan faktor ini untuk mendapatkan gambaran yang jelas
bagaimana demensia terjadi

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca. Kritik dan saran
sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I
Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Salemba medika; Jakarta
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek
Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.
Nugroho,Wahjudi.1999. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku
Kedokteran. EGC; Jakarta
Stanley,Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC; Jakarta

https://www.academia.edu/30343985/Askep_Dimensia

23
https://www.academia.edu/37372386/ASUHAN_KEPERAWATAN_PAD
A_PASIEN_DEMENSIA_DENGAN_GANGGUAN_POLA_TIDUR_DI_
GRIYA_ASIH_LAWANG
http://freestlysanger.blogspot.com/2014/09/asuhan-keperawatan-pada-
pasien-dengan.html
https://udayatimade.blogspot.com/2012/05/askep-demensia.html

24

Anda mungkin juga menyukai