Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN GERONTIK
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
PSIKOSOSIAL (KECEMASAN)”
Dosen : Ns, Hariawan Junardi M.Kep

Disusun Oleh : KELOMPOK III

HARNIWATI (170MK693)

IRMA SRIWAHYUNI (1709MK695)

LIA ASLI LOTIM SRIDAYA (1709MK696)

LINDA WATI (1709MK697)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya. Yang telah
melimpahkan rahmat hidayah serta inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelasaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan
Gangguan Psikologis (Kecemasan)”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat mempelancar dalam pembuatan makalah ini.
Untuk itu, kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca. Karna kebenaran hanya milik Allah SWT
dan yang salah, dosa, khilaf hanya milik kami.

Lombok Timur, 20 Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….. i


KATA PENGANTAR…………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………...…….. iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………..………………………………………………. 4
B. Tujuan ………………..………………………………………………….. 5
BAB II. TINJAUAN TEORI
A. Konsep ansietas …………………………………………………………. 6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian……………………………………………..…………….... 12
B. Analisis data……………………………………………..…………….... 19
C. Diagnosa Keperawatan…………………………..……………........... 20
D. Tindakan Keperawatan…………………………..……………........... 21
PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………..…………….... 24
B. Saran ……………………………………………………..…………….. 24
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, terus-
menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi
fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Maryam, 2008). Secara
umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki usia lanjut mengalami
perubahan, dan sebagian besar perubahan itu terjadi ke arah yang memburuk/
mengalami penurunan, misalnya, organ reproduksi lebih cepat usang dibanding
organ yang lain, perubahan penampilan, perubahan panca indra, perubahan
seksual (Hurlock, 2011).
Bertambahnya usia selalu meninggalkan  bekas pada setiap  makhluk
hidup.,dan prinsip ini berlaku bagi semua tingkat oragnisasi(molekul,sel,
organ,  danorganism). Rentang hidup manusia menunjukkan periode perkemba
ngan secara bertahap dengan  meningkatnya efisiensi tubuh pada  masa anak-
anak dan remaja sampa mencapai tingkat kematangan. Setelah melalui periode
yang panjang dengan perubahan yang kecil, terjadilah penurunan bertahap
dalam  kekuatan ,khususnya kekuatan fisik. Ini biasa disebut periode menua.
(Zarb G.A,2012).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan,
rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman
sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens,
2002).Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan
setiap individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan
berbeda secara luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan
berbeda. Tepi emosional yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang
kreativitas atau kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi
bergerak ke tingkat patologis. Perasaan umumnya dikategorikan menjadi
empat tingkat untuk tujuan pengobatan : ringan, sedang, berat, dan panik.

4
Perawat dapat menemukan klien cemas di mana saja di rumah sakit atau
lingkup masyarakat.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
psikososial (kecemasan)
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui konsep ansietas
b. Untuk mengetahui askep lansia dengan masalah psikososial

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP ANSIETAS
1. Definisi Ansietas
Menurut Lynn S. Bickley (2015) “ kecemasan merupakan reaksi yang
sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan
kesehatan itu sendiri, bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan
terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat
menjadi bagian dari sakit yang dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang
timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi
sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes
RI, 2017).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan
keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau
persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart
and Sundeens, 2002).Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat
dalam kehidupan setiap individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang
memanifestasikan berbeda secara luas. Respon masing-masing individu
memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional yang memprovokasi
kecemasan untuk merangsang kreativitas atau kemampuan pemecahan
masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat patologis.
Perasaan umumnya dikategorikan menjadi empat tingkat untuk tujuan
pengobatan : ringan, sedang, berat, dan panik. Perawat dapat menemukan
klien cemas di mana saja di rumah sakit atau lingkup masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda
dan gejala fisik dan psikologik seperti gemetar,  rasa goyah, nyeri punggung
dan kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget,
hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat,  berkeringat,
tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit

6
konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual
di perut dan sebagainya..
2. Etiologi Ansietas
Menurut Sylvia D. Elvira ( 2015 ) Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor
Psikoedukatif. Faktor organ biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia
pada otak yang disebut neurotransmitter  yang disebabkan karena kurangnya
oksigen. Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor psikologi yang
berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang
menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.
a. Faktor Predisposisi
Stressor  predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2015). Ketegangan
dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
2) Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan
kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.

7
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine
dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA)
yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
b. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2015). Stressor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
 Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
 Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
 Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
 Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
3. Rentang Respon Kecemasan

Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 2002).

8
a. Tingkat kecemasan sebagai berikut:
1) Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya.Kecemasan dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.
2) Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan
menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu
dan mengesampingkan hal lain.
3) Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak
dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
4) Tingkat Panik Dari Kecemasan
Panik melibatkan disorganisasi kepribadian.Dengan panik, terjadi
peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional.Tingkat kecemasan ini tidak
sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu
yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian.Pada
tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak
dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
4. Tanda Dan Gejala Kecemasan
a. Respons fisik :
1) Kardiovaskular : Palpitasi, Jantung  Bedebar, Tekanan Darah  Mening
gi, Denyut Nadi Cepat

9
2) Pernafasan : Napas Cepat, Napas Pendek, Tekanan Pada Dada , Napas
Dangkal, Pembengkakan Pada Tenggorokan, Terengah-Engah
3) Neuromuskular : Refleks Meningkat, Insomnia, Tremor, Gelisah,
Wajah Tegang, Kelemahan Umum, Kaki Goyah, Gerakan Yang
Janggal
4) Gastrointestinal : Anoreksia, Diare/Konstipasi, Mual, Rasa Tidak
Nyaman Pd Abdomen
5) Traktur Urinarius : Sering Berkemih Dan Tidak Dapat Menahan
Kencing
6) Kulit : Wajah Kemerahan, Berkeringat, Gatal, Rasa Panas Pada Kulit
b. Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar,
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
c. Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak
aman
d. Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita
berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara menetap,
ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri,
perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin
5. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2015) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik,
psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara  :
1) Makan makanan yang berigizi dan seimbang
2) Tidur yang cukup
3) Olahraga yang teratur
4) Tidak merokok dan tidak minum minuman keras

10
b. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
1) Psikoterapi Suportif
2) Psikoterapi Re-Edukatif
3) Psikoterapi Re-Konstruktif
4) Psikoterapi Kognitif
5) Psikoterapi Psikodinamik
6) Psikoterapi Keluarga
e. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien                                                                  

Inisial : Ny. M
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Berladang
Suku bangsa : Melayu
Status marital : Menikah
Alamat lengkap : Jln.Adisucipto Gg. Cempaka Putih Dalam
2. Alasan Masuk
Klien mengatakan terkena stroke 2 tahun yang lalu dan dibawa ke RSUD
Soedarso .Klien melakukan terapi di RS sebanyak 4 kali.Tetapi tidak ada
perubahan yang signifikan.Klien terkena stroke sudah 4 kali.Dan yang
terakhir terkena stroke saat Idul Adha 2015 klien tiba-tiba terjatuh saat
ingin ke WC dan mengalami kelumpuhan di bagian kiri tubuh klien dari
ekstremitas atas ke ekstremitas bawah dan bicara jadi pelo
3. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Klien mengatakan sebelumnya 3 kali terkena penyakit tapi tidak sampai
seperti ini.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien
sering menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama
suaminya.
c. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak
berharga walaupun klien mengalami hambatan dalam mobilisasi.

12
d. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien. Kakak klien memiliki riwayat hipertensi .Suami klien ada riwayat
hipertensi.
4. Faktor Presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
b. Faktor biokimia
Adanya rasa khawatir karena penyakitnya sekarang karena klien 3 kali
terkena dan terakhir yang parah dan khawatir adanya komplikasi yang
lain .
c. Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang (Penyakitnya). Dimana klien
merasa cemas dengan masalahnya
5. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital   
TD : 220 / 100 mmHg     N : 88 x/mt     S : 36.7 0C         P: 22 x/mt
b. Ukur                         
TB : 153 cm    BB : 46 kg     (*) turun    ( )naik
( ) ya         (*) tidak 
c. Keluhan  Fisik       
Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan .
6. Psikososial
a. Genogram

13
Keterangan : 

Laki-laki :

Perempuan :

Sudah meninggal :

Klien :

Tinggal serumah :

Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara.Klien berumur 53


tahun.Klien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak.Klien tinggal
serumah dengan suami dan 3 orang anaknya. Hubungan klien dengan
keluarganya terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang yang terdekat
dengan klien adalah suaminya.
b. Konsep Diri
1) Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung
kaki. Klien juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang
tidak disukai.
2) Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di ladangnya yang terletak di belakang
rumahnya.Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan
bertani, menonton TV dan berbincang-bincang dengan anak dan
suaminya. Semenjak sakit klien hanya bisa menonton TV dan
berbincang-bincang dengan anak dan suaminya
3) Peran diri
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga.Semenjak sakit klien tidak
bisa memenuhi perannya.
4) Ideal Diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan
anaknya setinggi-tingginya.

14
5) Harga Diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga
dan orang lain.
c. Hubungan Sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu suami
dan anaknya. Klien berkata jika ada masalah, klien akan menceritakan
kepada suami dan anaknya pasti akan membantu memecahkan masalah
yang dialami klien. Klien tidak mengikuti kegiatan diluar rumah karena
kondisinya.
d. Spiritual
Klien beragama Islam dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha
Esa. Klien mengatakan kadang lupa mengerjakan sholat lima waktu,
klien merasa tidak mampu mengerjakan sholat atau ibadah lainnya
dengan kodisinya saat ini, dan berharap diberi kesembuhan atas
penyakitnya.
7. Status Mental
a. Penampilan
Klien  berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya.  Rambut klien tersisir rapi.Rambut pendek seleher.
b. Pembicaraan
Klien berbicara pelo (kurang jelas, harus mendengarkan dari dekat).
Klien menjawab pertanyaan yang diberikan dengan tepat, selama proses
wawancara klien berbicara mengenai satu topik dengan jelas (Isi
pembicaraan).
c. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada
gerakan yang diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat
membicarakan penyakitnya klien tampak sedikit cemas
d. Alam perasaan
Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada
komplikasi lain. Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat

15
sedih maupun gembira.Klien terlihat senang saat menceritakan
pengalamannya yang menyenangkan.
e. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan
stimulus yang diberikan.
f. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan perawat.
Kontak mata klien ada dan klien menatap wajah perawat saat wawancara
dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
g. Persepsi
Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri.Klien
mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
h. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit
dan ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam
satu topik.
i. Isi pikir
Selama wawancara tidak ditemukan gangguan isi pikir.Pemikiran klien
realistis.
j. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar
dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya.  Tingkat
kesadaran klien terhadap waktu, orang dan tempat jelas.
k. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa
lalu  maupun saat  ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi
klien sudah makan atau belum, jam berapa. Klien tidak mengalami
gangguan daya ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang 
ditanyakan. Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu
untuk menjawab hitungan sederhana.

16
m. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan
berladang atau menyiapkan sarapan untuk keluarga. Klien memilih
menyiapkan sarapan terlebih dahulu karena kalau sudah membuat
sarapan klien leluasa keladangnya
n. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.
8. Pola Makan dan Eliminasi
a. Makan dan minum
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi lebih sedikit dari biasanya
(sebelum sakit seperti sekarang ) tapi habis , klien dapat makan tanpa
bantuan. Keluarga hanya mengambilkan makanan.
b. BAB/BAK
Klien dapat BAK dan BAB sendiri, namun suami yang membantu
membawa ke WC.
c. Mandi
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari.Klien mandi menggunakan
sabun, shampo, dan juga sikat gigi.
d. Berpakaian/Berhias
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Klien menggunakan baju dengan benar.
e. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan tidur nyenyak , namun terkadang klien terbangun
karena ingin BAK
f. Penggunaan Obat
Keluarga mengatakan klien sudah lama tidak kontrol ke pelayanan
kesehatan. Selama ini hanya menggunakan obat warung .
g. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien mengatakan hanya menonton TV, berbincang-bincang dengan
keluarga dirumah.

17
h. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan semenjak kondisi klien seperti sekarang klien hanya
keluar ke teras rumah agar tidak jenuh sekalian berjemur.
9. Mekanisme Koping
Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya
kepada keluarganya.
10. Kurang Pengetahuan Tentang
Klien mengatakan sudah lama tidak kontrol kondisinya ke pelayanan
kesehatan, Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini,
tidak tahu cara perawatannya dirumah, Ny. M hanya meminum obat
warung dan berjemur saat pagi hari di teras rumah .
11. Aspek Medis
Keluarga mengatakan dokter rumah sakit menyatakan Ny. M terkena
Stroke. Saat wawancara keluarga tidak tahu obat-obat apa yang diminum
Ny. M , karena obatnya sudah habis dan Ny. M sudah lama tidak kontrol ke
pelayanan kesehatan .
A. Analisa Data

No Data Masalah

1. DS :

 Klien mengatakan merasa cemas dengan


kondisinya saat ini (penyakitnya).
Kecemasan
 Klien mengatakan tubuhnya bagian kiri
mati rasa.
 Keluarga mengatakan sebelumnya klien
sudah 4 kali menjalani terapi, tapi tidak
ada perubahan yang signifikan. Dan
sekarang kondisi klien seperti ini.

DO :

 Klien dan keluarga tampak cemas


 Klien tampak gelisah

18
 Klien dan keluarga bertanya-tanya
tentang kondisi klien saat ini.
2. DS :

 Klien mengatakan terkadang lupa


mengerjakan sholat atau beribadah
Gangguan spiritual
lainnya dan khawatir dengan kondisinya,
takut ada komplikasi lain
 Klien juga mengatakan merasa tidak
mampu mengerjakan sholat atau ibadah
lainnya

DO :

 Wajah klien tampak ketakutan


 Bertanya-tanya kepada perawat

3. DS :

 Keluarga mengatakan bingung melihat


kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu cara
Ketidakmampuan
perawatannya dan sudah lama tidak
keluarga
kontrol ke-pelayanan kesehatan karena
kondisi Ny. M yang tidak bisa berjalan
seperti dulu.
 Klien mengatakan sudah lama tidak
kontrol kondisinya ke pelayanan
kesehatan, hanya meminum obat
warung dan berjemur saat pagi hari di
teras rumah

DO :

 Klien dan keluarga bertanya-tanya

19
kepada perawat

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kecemasan berhubungan dengan penyakit yang dialaminya.
2. Gangguan spritual berhubungan dengan penyakit yang dialami
3. Ketidak mampuan keluarga merawat pasien berhubungan dengan
Kurangnya pengetahuan keluarga

20
C. Tindakan Keperawatan

No Tanggal Waktu Intervensi Implementasi (DAR) Evaluasi (SOAP) Paraf


1. DS : S:
 Bina hubungan saling  Klien mengatakan merasa  keluarga dan klien
percaya cemas dengan kondisinya mengatakan
 Bantu klien saat ini (penyakitnya). sedikit tenang
mengidentifikasi dan  Klien mengatakan tubuhnya sudah dijelaskan
menguraikan bagian kiri mati rasa. dan diajarkan cara
perasaannya  Keluarga mengatakan mengatasi
 Bantu klien memahami sebelumnya klien sudah 4 penyakit yang
perspektif pasien kali menjalani terapi, tapi dirasakan klien
terhadap situasi stress tidak ada perubahan yang (mati rasa).
dan kondisi yang signifikan. Dan sekarang  klien mengatakan
dialaminya sekarang kondisi klien seperti ini. akan
tidak akan sembuh mempraktekkan
dalam waktu singkat. cara yang sudah

21
DO : diajarkan perawat.
 Dengarkan dengan  Klien dan keluarga tampak
O:
penuh perhatian cemas
 klien dan
 Ajarkan teknik  Klien tampak gelisah
keluarga masih
relaksasi nafas dalam  Klien dan keluarga
tampak sedikit
untuk kontrol bertanya-tanya tentang
cemas
mengurangi kecemasan kondisi klien saat ini.
yang dirasakan A: A:

 membina hubungan saling Masalah teratasi

percaya sebagian

 membantu klien P:

mengidentifikasi Intervensi dilanjutkan

menguraikan perasaannya
 membantu klien memahami
perspektif pasien terhadap
situasi stress yang
dialaminya.

 mendengarkan dengan

22
penuh perhatian
 mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam untuk kontrol
rasa percaya diri dan
mengurangi kecemasan yang
dirasakan klien.

R:
 klien tampak sudah percaya
dan mau cerita tentang
kecemasan yang dirasakan
klien
 klien mau mengungkapkan
perasaannya
 klien mau mempraktekkan
Tarik nafas dalam untuk
mengurangi kecemasan
yang dirasakan

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita .
Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan
psikologik. Teori-teori biologis sosial dan fungsional telah ditemukan  untuk
menjelaskan dan mendukung berbagai definisi mengenai proses penuaan.
pendekatan  multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki
kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya
secara total pada lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik,
mental/emosional dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian  pendekatan
eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat  merencanakan suatu asuhan
keperawatan berkualitas pada klien lansia.
B. Saran
Penulis sadari dalam  penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
mungkin jauh dari tahapan  kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan demi
tercapainya penyusunan makalah yang  jauh lebih baik dimasa yang akan
datang

24
b.
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D., 2015, Manajemen Stres   Cemas dan Depresi, Jakarta Balai   Penerbit


FKUI.

Mansjoer, A., 2016, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.

Nurjannah, I., 2014, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen,


Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien,
Yogyakarta : Penerbit MocoMedia

Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 2002, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3,
Jakarta : EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai