PSIKOSOSIAL KECEMASAN
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK II
PIPIT URATH
WALDETRUDIS IA
DORCI KORA
GUIDO R LOLOLUAN
PAULINALAMERS
FRANSINA HOHOBA
Assalamu’alaikum .wr.wb.
A. LATAR BELAKANG
Proses keperawatan adalah metoda ilmiah yang digunakan dalam
memberikan asuhan keperawatan klien pada semua tatanan pelayanan kesehatan.
Kecemasan atau anxiety adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan
adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang melakukan tindakan
untuk mengatasi ancaman.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui :
1. Pengertian kecemasan/kecemasan
2. Etiologi kecemasan/kecemasan
3. Manifestasi kecemasan/kecemasan
4. Rentang respon kecemasan/kecemasan
5. Tingkat kecemasan/kecemasan
6. Asuhan keperawatan pada klien kecemasan/kecemasan
1) DEFINISI
Menurut Lynn S.Bickley (2009) “ kecemasan merupakan
reaksi yang sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan
sistem perawatan kesehatan itu sendiri, bagi sebagian klien
kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi
mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari
sakit yang dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran
yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan
berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan
keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan
atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau
dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam
kehidupan setiap individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang
memanifestasikan berbeda secara luas. Respon masing- masing
individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional yang
memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau
kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi
bergerak ke tingkat patologis. Perasaan umumnya dikategorikan
menjadi empat tingkat untuk tujuan pengobatan: ringan, sedang,
berat, dan panik. Perawat dapat menemukan klien cemas di mana saja
di rumah sakit atau lingkup masyarakat.
2) ETIOLOGI
Menurut Sylvia D.Elvira (2008 : 11) adalah sebagai berikut :
3) RENTANG RESPON
Menurut Stuart (2006) “menjelaskan rentang respon individu terhadap cemas
berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon yang
paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi
dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling
maladaptif adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon
terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami ganguan fisik, perilaku
maupun kognitif. Seseorang berespon adaptif terhadap kecemasannya maka
tingkat kecemasan yang dialaminya ringan, semakin maladaptif respon
seseorang terhadap kecemasan maka semakin berat pula tingkat kecemasan
yang dialaminya, seperti gambar dibawah ini :”
Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).
1. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan
berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
a. Respon Fisiologi:
1) Sesekali napas pendek
2) Nadi dan tekanan darah naik
3) Gejala ringan pada lambung
4) Muka berkerut dan bibir bergetar
b. Respon Kognitif
1) Lapang persepsi melebar
2) Mampu menerima rangsangan yang kompleks
3) Konsentrasi pada masalah
4) Menjelaskan masalah secara efektif
c. Respon Perilaku dan Emosi:
1) Tidak dapat duduk tenang
2) Tremor halus pada tangan
3) Suara kadang-kadang meninggi
2. Kecemasan Sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu
lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan menyampingkan hal lain.
a. Respon Fisiologi:
1) Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
2) Mulut kering
3) Anorexia
4) Diare/konstipasi
5) Gelisah
c. Respon Kognitif:
6) Lapang persepsi menyempit
7) Rangsang luar tidak mampu diterima
8) Berfokus pada apa yang menjadi perhatian
b. Respon Perilaku dan Emosi:
1) Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
2) Bicara banyak dan lebih cepat
3) Susah tidur
4) Perasaan tidak aman
3. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain.
Individu tidak mampu lagi berpikir realistis dan membutuhkan banyak
pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.
a. Respon Fisiologi:
1) Sering napas pendek
2) Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
3) Berkeringat dan sakit kepala
4) Penglihatan kabur
5) Ketegangan
b. Respon Kognitif:
1) Lapang persepsi sangat sempit
2) Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Respon Perilaku dan Emosi:
1) Perasaan ancaman meningkat
2) Verbalisasi cepat
3) Blocking
4. Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu
sudah sangat menyempit dan sudah terganggu
sehingga tidak dapat
Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar,
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan
tidak aman.
Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita
berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara menetap
ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri,
perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, perihatin.
5) PENATALAKSANAAN KECEMASAN
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan
dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik,
yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial
dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
e. Psikoterapi Suportif
f. Psikoterapi Re-Edukatif
g. Psikoterapi Re-Konstruktif
h. Psikoterapi Kognitif
i. Psikoterapi Psikodinamik
j. Psikoterapi Keluarga
5. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
e. Kajian Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA)
juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain
itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat
nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin
disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori (Pratiwi,
Widianti & Solehati, 2017):
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya
gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan.
Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat
kecemasan.
a. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas
Kardiovaskuler Palpitasi.
Jantung berdebar.
Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
Sistem Respons
Perilaku Gelisah.
Ketegangan fisik.
Tremor.
Gugup.
Bicara cepat.
Tidak ada koordinasi.
Kecenderungan untuk celaka.
Menarik diri.
Menghindar.
Terhambat melakukan aktifitas.
Sumber Koping
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan
sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai
modal ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial
dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping
yang berhasil(Sulastri, Trilianto & Ermaneti,2019).
Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan
mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang biasanya muncul adalah :
1. Koping Individu Tidak Efektif
2. Kecemasan
3. Ketidakberdayaan
4. Isolasi Sosial
5. Perubahan Proses Berfikir
C. Intervensi
1) Ansietas Ringan
Deskripsi :
Tidak nyaman.
Gelisah.
Insomnia ringan
Perubahan nafsu makan ringan
Peka
Pengulangan
pertanyaan
Perilaku mencari
perhatian
Peningkatan kewaspadaan
Peningkatan persepsi
pemecahan masalah
Mudah marah
Intervensi :
2) Ansientas Sedang
Deksripsi :
Ansietas sedang adalah cemas yang mempengaruhi pengetahuan baru
dengan penyempitan lapangan persepsi sehngga individu kehilangan
pegangan tetapi dapat mengikut pengarahan orang lain.
Batasan karakter :
3) Ansietas Berat
Dekripsi :
Perasaan terancam
Ketegangan otot yang berlebihan
Diaforesis
Perubahan pernapasan
Napas panjang
Hiperventilasi
Dispnea
Pusing
Perubahan gastrointestinalis
Mual muntah
Rasa terbakar pada ulu hati
Sendawa
Anoreksia
Diare atau konstipasi
Perubahan kardivaskuler
Takikardia
Palpitasi
Rasa tidak nyaman pada prekokardia
Berkurangnya jarak persepsi secara berat
Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
Rasa terbakar
Kesulitan dan ketidaktepatan pengungkapan
Aktivitas yang tidak berguna
Bermusuhan
Intervensi :
Isolasi klien dalam lingkungan yang aman dan tenang
Biarkan perawatan dan kontak sering sampai konstan
Berikan obat-obatan klien melakukan hal untuk dirinya sendiri
Observasi adanya tanda-tanda peningkatan agitasi.
Jangan mennyentuh klien tanpa permisi
Yakinkan klien bahwa dia aman
Kaji keamanan dalam lingkungan sekitarnya
4) Panik
Deskripsi :
Intervensi :
Tetap bersama klien ; minta bantuan
Jika mungkin hilangkan beberapa stressor fisik dan
psikologisdari lingkungan
Bicara dengan tenang, sikap meyakinkan, menggunakan nada
suara yang rendah
Katakan pada klien bahwa anda (staf) tidak akan membahayakan
dirinya sendiri atau orang lain
Isolasikan klien pada daerah yang aman dan nyaman
Lanjut dengan perawatan ansietas berat
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. INDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. K
Jenis kelamin : Laki – Laki
Umur : 55 Thn
Alamat : Jln. Matahari
Masalah Keperawatan :
Gangguan alam perasaan : Kecemasan
FAKTOR PRESIPITASI
Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
Faktor biokimia
Adanya rasa kawatir karena penyakitnya sekarang karena belum
pernah mengalami sama sekali sebelumnya.
Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang. Dimana klien merasa cemas
dengan masalahnya.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda – tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/mt
S : 36,4 °C
P : 22x/mt
Ukur
TB : 168 cm
BB : 59 kg (x) turun ( ) naik
Keluhan fisik
(x) ya ( ) tidak
mengatakan nafsu makan menurun sejak 2 minggu yang lalu. Klien baru
merasakanmual dari kemarin. Mukosa bibir klien lembab. Bentuk bibir normal,
rongga mulut bersih. Klienmengatakan biasa gosok gigi 2x sehari. Klien merasa tidak
enak pada ulu hatinya,dan terasa berdebar-debar jantungnya. Klien mengatakan BAB
1x sehari sedikit-sedikit dengan konsistensilembek, berwarna hitam, dan bau khas
feses.
Masalah Keperawatan : Gangguan rasa nyaman; mual
IV. PSIKOSOSIAL
Genogram
Keterangan :
Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 55 tahun. Klien
sudah menikah danmemiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah dengan
istrinya (namun dalam bagan tidakdijelaskan). Hubungan klien dengan
keluarganya terjalin dengan erat dan sangat baik. Orangyang terdekat dengan
klien adalah istrinya.
Konsep diri
Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki.
Klien juga mengatakantidak mempunyai bagian tubuh yang tidak
disukai.
Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di sawahnya yang terletak di belakang
rumahnya. Biasanya klienmenghabiskan waktu luangnya dengan
bertani, menonton TV dan berbincang-bincang dengan anak dan
istrinya.
Peran diri
Klien berperan sebagai suami dan ayah bagi anak-anaknya. Klien
mengatakan sudah menjadikakek mengurusi cucu-cucunya.
Ideal diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan anaknya
setinggi-tingginya. Keempatanaknya sudah tamat SLTA dan sudah
bekerja.
Harga diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga
dan orang lain.
Hubungan sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu istrinya. Klien
berkata jika ada masalah, klien akan menceritakan kepada istri dan anaknya
pasti akan membantu memecahkan masalah yang dialami klien. Klien suka
mengikuti kegiatan gotong-royang di daerah rumahnya.
Spiritual
Klien beragama Hindu dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa/Ida
Sang Hyang Widhi Wasa. Klien rajin sembahyang setiap hari dan selalu
mengikuti upacara keagamaan dirumah.Klien tidak mempunyai keyakinan
yang berlebih terhadap agama yang dianutnya.
V. STATUS MENTAL
Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya. Rambut klien tersisir rapi.
Pembicaraan
Klien berbicara dengan jelas dan menjawab pertanyaan yang diberikan
dengan tepat, selama proses wawancara klien berbicara mengenai satu
topik dengan jelas.
Aktivitas Motorik
Saat wawancara klien nampak tenang dalam berbicara, tidak ada
gerakan yang diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat
membicarakan penyakitnya klien tampak sedikit cemas.
Alam perasaan
Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun
gembira. Klien terlihat senang saat menceritakan pengalamannya yang
menyenangkan.
Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan
stimulus yang diberikan.
Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, klien mau menjawab pertanyaan perawat.
Kontak mata klien bagusdan klien menatap wajah perawat saat
wawancara dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan panjang
lebar.
Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
Proses pikir Selama
wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit, tidak
diulang berkali-kali,dan ada hubungannya antara satu kalimat dengan
kalimat lainnya dalam satu topik.
Isi pikir
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.
Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga
sadar dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya.
Tingkat kesadaran klien terhadap waktu, orang dantempat jelas.
Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di
masa lalumaupun ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah
tadi klien sudah makanatau belum. Klien tidak pernah mengalami
gangguan daya ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa
yangditanyakan. Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien
mampu untukmenjawab hitungan sederhana.
Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan
merapikantempat tidur atau menyapu. Klien memilih merapikan
tempat tidur terlebih dahulukarena kata klien itu juga lebih mendesak.
Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.
No Data Masalah
DS :
- Klien mengatakan merasa
cemas dengan keadaanya Kecemasan
1.
DO :
- Wajah klien tampak takut
- Klien tampak gelisah
DS :
- Klien mengatakan baru
merasakan mual dari kemarin
- Klien mengeluh nyeri pada
perutnya, tidak mau makan
kurang lebih dari selama 2
minggu
2. Gangguan rasa nyaman
DO :
- Klien tampak pucat
- BAB klien berwarna hitam dan
sedikit-sedikit,BAK sedikit
warna seperti teh
- Klien tampak hanya
menghabiskan ½ porsi
makannya.
DS :
- Klien mengatakan takut akan
kondisinya
3. DO : Ketakutan
- Klien tampak gelisah dan
berkeringat
- Wajah klien tampak ketakutan
XI. POHON MASALAH
KETAKUTAN
KECEMASAN
Kecemasan
Ketakutan
Gangguan rasa nyaman
XIII. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan :
TUM: Klien mampu mengurangi dan mengontrol kecemasannya
TUK:
1) Setelah diberikan askep selama 2 kali pertemuan(tiap pertemuan 20
menit) diharapkan Klien membina hubungan saling percaya dengan KH:
Wajah klien cerah dan tersenyum
Klien mau membalas salam
Klien bersedia menceritakan perasaannya
TUK:
2) Klien dapat mengidentifikasi dan menggambarkan perasaan tentang
kecemasannya dengan KH:
Klien menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya kecemasan.
Klien dapat menggungkapkan perasaannya terhadap
kecemasannya.
TUK:
3) Klien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan dengan KE:
Klien dapat menceritakan penyebab kecemasan
Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk
mengendalikan kecemasannya.
Klien dapat memilih cara mengatasi kecemasannya.
INTERVENSI :
Sp I
RASIONAL :
IMPLEMENTASI :
Data klien :
Klien mengatakan merasa cemas dengan KeadaanNya
Tindakan Keperawatan :
Klien:
S : Klien
O : Klien
A : Klien
P : Klien
Rencana selesai tetap masih perlu pengawasan dari perawat atau
keluarga.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kecemasan dapap di definisi kan suatu keadaan perasaan kepriatianan rasa
gelisaketidaktentuan atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual
yang tidak di ketahui atau dikenal (Stuartand sundeens,1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda
secara luas. Respon masing masing individu memiliki kecemasan berbeda.tetapi
emosional yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreatifitas atau
kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat
patologis.
Kecemasan terdiri dari beberapa tingkat yaitu ansietas ringan, ansietas
sedang, ansietas berat dan panik.
B. SARAN
Keperawatan jiwa adalah masalah masalah yang sangat serius dan dia sangat
penting Masalah masalah tersebut di anggap ancaman atau tantangan yang akan
berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional mau pun
global. Sikap yang positif terhadap diri sendiri tumbuh kembang aktualisasi ,keutuhan
kebebasan diri sangat diperlakukan untuk di miliki oleh setiap individu.
Bagi pembaca mengontrol emosi sangatlah harus di perhatikan karena dapat
memeriksa dampak yang positif dan negatif jiwa dan diri andasangatlah berharga.
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D.,2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai penerbit FKUI.
Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.
Nurjannah, I., 2004, Pedoma Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien , Yogyakarta : Penerbit
MocoMedia
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta :
EGC