Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

JIWA PADA Tn. K DENGAN DIAGNOSA

PSIKOSOSIAL KECEMASAN

DOSEN : Ns.FANI FIONITA, S.Kep

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK II

PIPIT URATH

WALDETRUDIS IA

DORCI KORA

GUIDO R LOLOLUAN

PAULINALAMERS

FRANSINA HOHOBA

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022 /2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum .wr.wb.

            Puji syukur kehadirat  Allah SWT karena dengan limpahan rahmat-


Nya penulis dapat menyelesaikan askep yang berjudul “ASKEP DENGAN
MASALAH KECEMASAN (PSIKOSOSIAL)” tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad
SAW,keluarga,sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Aamiin…

           Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh


karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin...

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................1
C. TUJUAN.........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................2
1) DEFINISI........................................................................................................................2
2) ETIOLOGI......................................................................................................................2
3) RENTANG RESPON.....................................................................................................4
4) TANDA & GEJALA.......................................................................................................8
5) PENATALAKSANAAN KECEMASAN......................................................................9
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................21
TINJAUAN KASUS................................................................................................................21
BAB IV....................................................................................................................................31
PENUTUP................................................................................................................................31
A. KESIMPULAN.............................................................................................................31
B. SARAN.........................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Proses keperawatan adalah metoda ilmiah yang digunakan dalam
memberikan asuhan keperawatan klien pada semua tatanan pelayanan kesehatan.
Kecemasan atau anxiety adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan
adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang melakukan tindakan
untuk mengatasi ancaman.

Kecemasan akan membuat seseorang tidak merasa nyaman, karena dapat


mengganggu aktivitas individu itu sendiri. Adapun jenis dapat teratasi dengan
sendirinya, contohnya cemas ringan, sedang cemas yang  berkepanjangan yang
bahkan tidak jelas lagi kaitannya dengan suatu faktor penyebab atau pencetus tertentu
dapat menjadi pertanda gangguan kejiwaan yang dapat menyebabkan hambatan dalam
berbagai segi dan kemampuan fungsi sosial penderitanya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu kecemasan/kecemasan ?


2. Apa saja etiologi kecemasan/kecemasan ?
3. Apa saja manifestasi kecemasan/kecemasan ?
4. Bagaimana rentang respon kecemasan/kecemasan ?
5. Apa saja tingkat kecemasan/kecemasan ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien kecemasan/kecemasan ?

C. TUJUAN
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui :
1. Pengertian kecemasan/kecemasan
2. Etiologi kecemasan/kecemasan
3. Manifestasi kecemasan/kecemasan
4. Rentang respon kecemasan/kecemasan
5. Tingkat kecemasan/kecemasan
6. Asuhan keperawatan pada klien kecemasan/kecemasan

Adapun tujuan khusus dari penulisan ini :


Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa dan mendapatkan nilai
yang maksimal dan memuaskan untuk matakuliah keperawatan jiwa ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1) DEFINISI
Menurut Lynn S.Bickley (2009) “ kecemasan merupakan
reaksi yang sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan
sistem perawatan kesehatan itu sendiri, bagi sebagian klien
kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi
mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari
sakit yang dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran
yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan
berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan
keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan
atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau
dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam
kehidupan setiap individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang
memanifestasikan berbeda secara luas. Respon masing- masing
individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional yang
memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau
kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi
 bergerak ke tingkat patologis. Perasaan umumnya dikategorikan
menjadi empat tingkat untuk tujuan pengobatan: ringan, sedang,
berat, dan panik. Perawat dapat menemukan klien cemas di mana saja
di rumah sakit atau lingkup masyarakat.

2) ETIOLOGI
Menurut Sylvia D.Elvira (2008 : 11) adalah sebagai berikut :

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan , antara


lain faktor organ biologi, faktor psikoedukatif. Faktor organbiologi
adalah ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut
neurotransmitter yang disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor
psikoedukatif adalah faktor faktor psikologi yang berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian seseorang,baik hal yang menentramkan,
menyenangkan dan menyedihkan.
a) Faktor Predisposisi

Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan


yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya
kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu
baik krisis perkembangan atau situasional.
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak
terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau
antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan
pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan
individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan
kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk
mengambil keputusan yang
5. berdampak terhadap ego.

6. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena


merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat
mempengaruhi konsep diri individu.
7. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap
konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu
8. banyak dipelajari dalam keluarga.

9. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan


mempengaruhi respons individu dalam
10. berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

11. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah


pengobatan yang mengandung
12. benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang
mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
b) Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan
timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang


mengancam integritas fisik yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis
sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis
normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus
dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan
nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal.
a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan
interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian
terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas
fisik juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan,tekanan kelompok,
sosial budaya.

3) RENTANG RESPON
Menurut Stuart (2006) “menjelaskan rentang respon individu terhadap cemas
berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon yang
paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi
dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling
maladaptif adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon
terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami ganguan fisik, perilaku
maupun kognitif. Seseorang berespon adaptif terhadap kecemasannya maka
tingkat kecemasan yang dialaminya ringan, semakin maladaptif respon
seseorang terhadap kecemasan maka semakin berat pula tingkat kecemasan
yang dialaminya, seperti gambar dibawah ini :”
Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).

1. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan
berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
a. Respon Fisiologi:
1) Sesekali napas pendek
2) Nadi dan tekanan darah naik
3) Gejala ringan pada lambung
4) Muka berkerut dan bibir bergetar
b. Respon Kognitif
1) Lapang persepsi melebar
2) Mampu menerima rangsangan yang kompleks
3) Konsentrasi pada masalah
4) Menjelaskan masalah secara efektif
c. Respon Perilaku dan Emosi:
1) Tidak dapat duduk tenang
2) Tremor halus pada tangan
3) Suara kadang-kadang meninggi
2. Kecemasan Sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu
lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan menyampingkan hal lain.
a. Respon Fisiologi:
1) Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
2) Mulut kering
3) Anorexia
4) Diare/konstipasi
5) Gelisah
c. Respon Kognitif:
6) Lapang persepsi menyempit
7) Rangsang luar tidak mampu diterima
8) Berfokus pada apa yang menjadi perhatian
b. Respon Perilaku dan Emosi:
1) Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
2) Bicara banyak dan lebih cepat
3) Susah tidur
4) Perasaan tidak aman
3. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain.
Individu tidak mampu lagi berpikir realistis dan membutuhkan banyak
pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.
a. Respon Fisiologi:
1) Sering napas pendek
2) Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
3) Berkeringat dan sakit kepala
4) Penglihatan kabur
5) Ketegangan
b. Respon Kognitif:
1) Lapang persepsi sangat sempit
2) Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Respon Perilaku dan Emosi:
1) Perasaan ancaman meningkat
2) Verbalisasi cepat
3) Blocking

4. Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu
sudah sangat menyempit dan sudah terganggu
sehingga tidak dapat

mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa


walaupun telah di berikan pengarahan.
a. Respon Fisiologi
1) Sistem Kardiovaskuler
a.) Palpitasi
b.) Jantung berdebar
c.) Tekanan darah meningkat
d.) Denyut nadi menurun
e.) Rasa mau pingsan
2) Sistem Respirasi
a.) Napas cepat
b.) Pernapasan dangkal
c.) Rasa tertekan pada dada
d.) Pembengkakan pada tenggorokan
e.) Rasa tercekik
f.) Terengah-engah
3) Sistem Gastrointestinal
a.) Kehilangan nafsu makan
b.) Menolak makanan
c.) Perasaan dangkal
d.) Rasa tidak nyaman pada abdominal
e.) Rasa terbakar pada jantung
f.) Diare
4) Sistem Perkemihan
a.) Inkontensia urine
b.) Sering miksi
5) Sistem integument
a.) Rasa terbakar
b.) Berkeringat banyak di telapak tangan Gatal-gatal
c.) Perasaan panas atau dingin pada kulit
d.) Muka pucat
e.) Berkeringat seluruh tubuh
b. Respon Kognitif
1) Gangguan perhatian
2) Konsentrasi hilang
3) Pelupa
4) Salah tafsir
5) Adanya bloking pada fikiran
6) Bingung
7) Rasa khawatir yang berlebihan
8) Kehilangan penilaian objektifitas
9) Takut akan kehilangan kembali
10) Takut berlebihan
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Agitasi, mengamuk dan marah
2) Ketakutan, berteriak-teriak, blocking
3) Kehilangan kendali atau kontrol diri
4) Persepsi Kacau
d. Perilaku
1) Gelisah
2) Ketegangan fisik
3) Tremor
4) Gugup bicara cepat
5) Tidak ada koordinasi
6) Kecenderungan untuk celaka
7) Menarik diri
8) Menghindar
9) Terhambat melakukan aktifitas

4) TANDA & GEJALA


Menurut Utami, Astuti& Livana (2017) tanda dan gejala kecemasan adalah :
 Respons fisik :
a. Kardiovaskular : Palpitasi, Jantung Bedebar, Tekanan
Darah Meninggi, Denyut Nadi Cepat
b. Pernafasan : Napas Cepat, Napas Pendek, Tekanan Pada Dada ,
Napas Dangkal, Pembengkakan Pada Tenggorokan, Terengah-
Engah
c. Neuromuskular : Refleks Meningkat, Insomnia, Tremor,
Gelisah, Wajah Tegang, Kelemahan Umum, Kaki Goyah,
Gerakan Yang Janggal
d. Gastrointestinal : Anoreksia, Diare/Konstipasi, Mual, Rasa Tidak
Nyaman Pada Abdomen
e. Traktur Urinarius : Sering Berkemih Dan Tidak Dapat Menahan
Kencing
f. Kulit : Wajah Kemerahan, Berkeringat, Gatal, Rasa
Panas Pada Kulit

 Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar,
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
 Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan
tidak aman.
 Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita
berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara menetap
ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri,
perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, perihatin.

5) PENATALAKSANAAN KECEMASAN
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan
dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik,
yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial
dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
e. Psikoterapi Suportif
f. Psikoterapi Re-Edukatif
g. Psikoterapi Re-Konstruktif
h. Psikoterapi Kognitif
i. Psikoterapi Psikodinamik
j. Psikoterapi Keluarga
5. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
 Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas
(Waryuningsih,2021) :
a. Teori Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan
impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya
seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua
elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan
ego bahwa ada bahaya
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan
dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan
sehingga menimbulkan kelemahan spesifik.Orang dengan harga diri
rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu
yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan
yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan
selanjutnya.
d. Kajian Keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga.Ada tumpang tindih dalam gangguan
ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.

e. Kajian Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA)
juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain
itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat
nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin
disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

 Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori (Pratiwi,
Widianti & Solehati, 2017):
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
 Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya
gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan.
Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat
kecemasan.
a. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas

Sistem Tubuh Respons

Kardiovaskuler  Palpitasi.
 Jantung berdebar.
 Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
 Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.

Pernafasan  Napas cepat.


 Pernapasan dangkal.
 Rasa tertekan pada dada.
 Pembengkakan pada tenggorokan.
 Rasa tercekik.
 Terengah-engah.

Neuromuskular  Peningkatan reflek.


 Reaksi kejutan.
 Insomnia.
 Ketakutan.
 Gelisah.
 Wajah tegang.
 Kelemahan secara umum.
 Gerakan lambat.
 Gerakan yang janggal.

Gastrointestinal  Kehilangan nafsu makan.


 Menolak makan.
 Perasaan dangkal.
 Rasa tidak nyaman pada abdominal.
 Rasa terbakar pada jantung.
 Nausea.
 Diare.
Perkemihan  Tidak dapat menahan kencing.
 Sering kencing.

Kulit  Rasa terbakar pada mukosa.


 Berkeringat banyak pada telapak tangan.
 Gatal-gatal.
 Perasaan panas atau dingin pada kulit.
 Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

b. Respon Perilaku Kognitif

Sistem Respons

Perilaku  Gelisah.
 Ketegangan fisik.
 Tremor.
 Gugup.
 Bicara cepat.
 Tidak ada koordinasi.
 Kecenderungan untuk celaka.
 Menarik diri.
 Menghindar.
 Terhambat melakukan aktifitas.

Kognitif  Gangguan perhatian.


 Konsentrasi hilang.
 Pelupa.
 Salah tafsir.
 Adanya bloking pada pikiran.
 Menurunnya lahan persepsi.
 Kreatif dan produktif menurun.
 Bingung.
 Khawatir yang berlebihan.
 Hilang menilai objektifitas.
 Takut akan kehilangan kendali.
 Takut yang berlebihan.

Afektif  Mudah terganggu.


 Tidak sabar.
 Gelisah.
 Tegang.
 Nerveus.
 Ketakutan.
 Alarm.
 Tremor.
 Gugup.
 Gelisah.

 Sumber Koping
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan
sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai
modal ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial
dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping
yang berhasil(Sulastri, Trilianto & Ermaneti,2019).

 Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan
mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat

ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.Tingkat ansietas sedang


dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping (Sumoked,
Wowiling& Rompas, 2019) :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan
situasi stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan
dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan
melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini
dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.

B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang biasanya muncul adalah :
1. Koping Individu Tidak Efektif
2. Kecemasan
3. Ketidakberdayaan
4. Isolasi Sosial
5. Perubahan Proses Berfikir

C. Intervensi

Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat


ringan hingga panik.
Tujuan khusus :
Klien mampu untuk :
 Membina hubungan saling percaya.
 Melakukan aktifitas sehari-hari.
 Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
 Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
 Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
 Klien terlindung dari bahaya.

1) Ansietas Ringan

Deskripsi :

Ansietas ringan adalah ansietas normal dimana motivasi individu pada


keseharian dalam batas kemampuan untuk melakukan dan
memecahkan masalah meningkat.
Batasan Karakter :

 Tidak nyaman.
 Gelisah.
 Insomnia ringan
 Perubahan nafsu makan ringan
 Peka
 Pengulangan
 pertanyaan
 Perilaku mencari
 perhatian
 Peningkatan kewaspadaan
 Peningkatan persepsi
 pemecahan masalah
 Mudah marah

Intervensi :

 Gerakan tidak tenang


 Perhatikan tanda peningkatan ansietas
 Bantu klien menyalurkan energi secara konstruktif
 Gunakan obat bila perlu
 Dorong pemecahan masalah
 Berikan informasi akurat dan fuktual
 Sadari penggunaan mekanisme pertahanan
 Bantu dalam mengidentifikasi keterampilan koping yang berhasil
 Pertahankan cara yang tenang dan tidak terburu
 Ajarkan latihan dan tehnik relaksasi

2) Ansientas Sedang
Deksripsi :
Ansietas sedang adalah cemas yang mempengaruhi pengetahuan baru
dengan penyempitan lapangan persepsi sehngga individu kehilangan
pegangan tetapi dapat mengikut pengarahan orang lain.
Batasan karakter :

 Perkembangan dari ansietas ringan


 Perhatian terpilih dari lingkungan
 Konsentrasi hanya pada tugas-tugas individu
 Suara bergetar
 Ketidaknyamanan
 jumlah waktu yang digunakan
 Takipnea
 Takikardia
 Perubahan dalam nada suara
 Gemetaran
 Peningkatan ketegangan otot
 Menggigit kuku, memukul-mukulkan jari, menggoyangkan
kaki dan mengetukkan jari kaki
Intervensi :
 Pertahankan sikap tidak tergesa-gesa, tenangbila berurusan
dengan klien
 Bicara dengan sikap tenang, tegas meyakinkan
 Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana
 Hindari menjadicemas, marah, dan melawan
 Dengarkan klien
 Berikan kontak fisik dengan menyentuh lengan dan tangan
klien
 Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi
 Ajak klien untuk mengungkapkan perasaannya
 Bantu klien mengenali dan menamai ansietasnya

3) Ansietas Berat
Dekripsi :

Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat menurun.


Individu cenderung memikirkan hal yang sangat kecil saja dan
mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir realistis dan
membutuhkan banyak pengarahan, untuk dapat memusatkan pada
daerah lain.
Batasan Karakter :

 Perasaan terancam
 Ketegangan otot yang berlebihan
 Diaforesis
 Perubahan pernapasan
 Napas panjang
 Hiperventilasi
 Dispnea
 Pusing
 Perubahan gastrointestinalis
 Mual muntah
 Rasa terbakar pada ulu hati
 Sendawa
 Anoreksia
 Diare atau konstipasi
 Perubahan kardivaskuler
 Takikardia
 Palpitasi
 Rasa tidak nyaman pada prekokardia
 Berkurangnya jarak persepsi secara berat
 Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
 Rasa terbakar
 Kesulitan dan ketidaktepatan pengungkapan
 Aktivitas yang tidak berguna
 Bermusuhan

Intervensi :
 Isolasi klien dalam lingkungan yang aman dan tenang
 Biarkan perawatan dan kontak sering sampai konstan
 Berikan obat-obatan klien melakukan hal untuk dirinya sendiri
 Observasi adanya tanda-tanda peningkatan agitasi.
 Jangan mennyentuh klien tanpa permisi
 Yakinkan klien bahwa dia aman
 Kaji keamanan dalam lingkungan sekitarnya
4) Panik
Deskripsi :

Adalah tingkat dimana individu berada pada bahaya terhadap diri


sendiri dan orang lain serta dapat menjadi diam atau menyerang dengan
cara kacau.
Batasan Karakter :

 Hiperaktif / imobilitasi berat


 Rasa terisolasi yang ekstrim
 Kehilangan desintegrasi kepribadian
 Sangat goncang dan otot-otot tegang
 Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan kalimat yang
lengkap
 Distori persepsi dan penilaian yang tidak realistis terhadap
lingkungan dan ancaman
 Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri
 Menyerang

Intervensi :
 Tetap bersama klien ; minta bantuan
 Jika mungkin hilangkan beberapa stressor fisik dan
psikologisdari lingkungan
 Bicara dengan tenang, sikap meyakinkan, menggunakan nada
suara yang rendah
 Katakan pada klien bahwa anda (staf) tidak akan membahayakan
dirinya sendiri atau orang lain
 Isolasikan klien pada daerah yang aman dan nyaman
 Lanjut dengan perawatan ansietas berat
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
I. INDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. K
Jenis kelamin : Laki – Laki
Umur : 55 Thn
Alamat : Jln. Matahari

II. ALASAN MASUK


Klien datang dengan keluhan nyeri pada perutnya, tidak mau makan kurang
lebih selama 5 hari. BAB warna hitam dan sedikit-sedikit, BAK sedikit warna
seperti teh.
Saat Pengkajian : Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Klien
mengatakan tidak pernahmenderita penyakit seperti yang dialaminya
sekarang. Klien takut dengan kondinya saat ini.

Masalah Keperawatan :
Gangguan alam perasaan : Kecemasan

III. FAKTOR PREDISPOSISI


 Faktor perkembangan Klien mengatakan tidak pernah menderita
penyakit yang sama seperti ini sebelumnya.
 Faktor komunikasi dalam keluargaKomunikasi antar anggota keluarga
baik, saat mempunyai masalah, klien seringmenceritakannya kepada
anggota keluarganya yang lain terutama istrinya.
 Faktor psikologisKlien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak
merasa dirinya tidak berharga walaupun sudahmemasuki usia lanjut.
 Faktor genetikDalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang
sama dengan klien.

FAKTOR PRESIPITASI
 Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
 Faktor biokimia
Adanya rasa kawatir karena penyakitnya sekarang karena belum
pernah mengalami sama sekali sebelumnya.
 Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang. Dimana klien merasa cemas
dengan masalahnya.

B. PEMERIKSAAN FISIK
 Tanda – tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/mt
S : 36,4 °C
P : 22x/mt
 Ukur
TB : 168 cm
BB : 59 kg (x) turun ( ) naik
 Keluhan fisik
(x) ya ( ) tidak
mengatakan nafsu makan menurun sejak 2 minggu yang lalu. Klien baru
merasakanmual dari kemarin. Mukosa bibir klien lembab. Bentuk bibir normal,
rongga mulut bersih. Klienmengatakan biasa gosok gigi 2x sehari. Klien merasa tidak
enak pada ulu hatinya,dan terasa berdebar-debar jantungnya. Klien mengatakan BAB
1x sehari sedikit-sedikit dengan konsistensilembek, berwarna hitam, dan bau khas
feses.

Masalah Keperawatan : Gangguan rasa nyaman; mual

IV. PSIKOSOSIAL
 Genogram
Keterangan :

Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 55 tahun. Klien
sudah menikah danmemiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah dengan
istrinya (namun dalam bagan tidakdijelaskan). Hubungan klien dengan
keluarganya terjalin dengan erat dan sangat baik. Orangyang terdekat dengan
klien adalah istrinya.

 Konsep diri
 Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki.
Klien juga mengatakantidak mempunyai bagian tubuh yang tidak
disukai.
 Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di sawahnya yang terletak di belakang
rumahnya. Biasanya klienmenghabiskan waktu luangnya dengan
bertani, menonton TV dan berbincang-bincang dengan anak dan
istrinya.
 Peran diri
Klien berperan sebagai suami dan ayah bagi anak-anaknya. Klien
mengatakan sudah menjadikakek mengurusi cucu-cucunya.
 Ideal diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan anaknya
setinggi-tingginya. Keempatanaknya sudah tamat SLTA dan sudah
bekerja.
 Harga diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga
dan orang lain.

 Hubungan sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu istrinya. Klien
berkata jika ada masalah, klien akan menceritakan kepada istri dan anaknya
pasti akan membantu memecahkan masalah yang dialami klien. Klien suka
mengikuti kegiatan gotong-royang di daerah rumahnya.

 Spiritual
Klien beragama Hindu dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa/Ida
Sang Hyang Widhi Wasa. Klien rajin sembahyang setiap hari dan selalu
mengikuti upacara keagamaan dirumah.Klien tidak mempunyai keyakinan
yang berlebih terhadap agama yang dianutnya.

V. STATUS MENTAL
 Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya. Rambut klien tersisir rapi.
 Pembicaraan
Klien berbicara dengan jelas dan menjawab pertanyaan yang diberikan
dengan tepat, selama proses wawancara klien berbicara mengenai satu
topik dengan jelas.
 Aktivitas Motorik
Saat wawancara klien nampak tenang dalam berbicara, tidak ada
gerakan yang diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat
membicarakan penyakitnya klien tampak sedikit cemas.
 Alam perasaan
Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun
gembira. Klien terlihat senang saat menceritakan pengalamannya yang
menyenangkan.
 Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan
stimulus yang diberikan.
 Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, klien mau menjawab pertanyaan perawat.
Kontak mata klien bagusdan klien menatap wajah perawat saat
wawancara dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan panjang
lebar.
 Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
 Proses pikir Selama
wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit, tidak
diulang berkali-kali,dan ada hubungannya antara satu kalimat dengan
kalimat lainnya dalam satu topik.
 Isi pikir
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.
 Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga
sadar dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya.
Tingkat kesadaran klien terhadap waktu, orang dantempat jelas.
 Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di
masa lalumaupun ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah
tadi klien sudah makanatau belum. Klien tidak pernah mengalami
gangguan daya ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.
 Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa
yangditanyakan. Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien
mampu untukmenjawab hitungan sederhana.
 Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan
merapikantempat tidur atau menyapu. Klien memilih merapikan
tempat tidur terlebih dahulukarena kata klien itu juga lebih mendesak.
 Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.

VI. PERSIAPAN PULANG


 Makan dan minum
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi makan habis, jenis makanan nasi,
sayur, lauk-pauk, klien dapat makan tanpa bantuan.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
 BAB/BAK
Klien dapat BAB dan BAK sendiri di kamar mandi tanpa bantuan
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
 Mandi
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari. Klien mandi menggunakan
sabun, shampoo, dan juga sikat gigi.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah.
 Berpakaian/Berhias
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Klien
menggunakan baju dengan benar.
 Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan tidur nyanyak , namun terkadang klien terbangun karena
diganggu pasien lain.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
 Penggunaan Obat
Selama perawatan klien mendapat pengobatan secara teratur, obat diberikan
oleh perawat danharus di tunggu untuk memastikan obatnya diminum oleh
klien
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
 Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjut : (X) ya ( ) tidak
Perawatan pendukung : (X) ya ( ) tidak
 Kegiatan di Dalam Rumah
Klien mengatakan ingin berkumpul dengan keluarga di rumah
Masalah keperawatan : Tidak Ditemukan Masalah
 Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan bila sudah pulang ingin bekerja.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

VII. MEKANISME KOPING


Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya kepada
keluarganya.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan Masalah

VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Klien mengatakan ingingin berkumpul dengan keluarga, ingin mengikuti
kegiatan-kegiatansosial di daerah rumahnya. Klien mengatakan lebih nyaman
di rumah daripada di RS. Klienmengatakan perawat di RS baik dan tidak ada
masalah.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

IX. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


Klien mengatakan sudah mengetahui obat yang diminum, baik bentuk, warna,
dan manfaat obattersebut. Klien menyebutkan ada 9 macam jumlah obat yang
diminum.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan Masalah
X. ANALISA DATA

No Data Masalah
DS :
- Klien mengatakan merasa
cemas dengan keadaanya Kecemasan
1.
DO :
- Wajah klien tampak takut
- Klien tampak gelisah
DS :
- Klien mengatakan baru
merasakan mual dari kemarin
- Klien mengeluh nyeri pada
perutnya, tidak mau makan
kurang lebih dari selama 2
minggu
2. Gangguan rasa nyaman
DO :
- Klien tampak pucat
- BAB klien berwarna hitam dan
sedikit-sedikit,BAK sedikit
warna seperti teh
- Klien tampak hanya
menghabiskan ½ porsi
makannya.
DS :
- Klien mengatakan takut akan
kondisinya
3. DO : Ketakutan
- Klien tampak gelisah dan
berkeringat
- Wajah klien tampak ketakutan
XI. POHON MASALAH

KETAKUTAN

KECEMASAN

GANGGUAN RASA NYAMAN

XII. DAFTAR DIAGNOSA

 Kecemasan
 Ketakutan
 Gangguan rasa nyaman
XIII. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa : Gangguan rasa nyaman : kecemasan dengan ketakutan

Tujuan :
TUM: Klien mampu mengurangi dan mengontrol kecemasannya

TUK:
1) Setelah diberikan askep selama 2 kali pertemuan(tiap pertemuan 20
menit) diharapkan Klien membina hubungan saling percaya dengan KH:
 Wajah klien cerah dan tersenyum
 Klien mau membalas salam
 Klien bersedia menceritakan perasaannya

TUK:
2) Klien dapat mengidentifikasi dan menggambarkan perasaan tentang
kecemasannya dengan KH:
 Klien menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya kecemasan.
 Klien dapat menggungkapkan perasaannya terhadap
kecemasannya.

TUK:
3) Klien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan dengan KE:
 Klien dapat menceritakan penyebab kecemasan
 Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk
mengendalikan kecemasannya.
 Klien dapat memilih cara mengatasi kecemasannya.
INTERVENSI :

Sp I

1. Bina hubungan saling percaya dengan:


2. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal perkenalkan
diri dengan sopan.
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai.
4. Jelaskan tujuan pertemuan jujur dan menepati janji tunjukan sikap
empati dan menerima klien apa adanya.
5. Adakah kontak sering dan singkat secara bertahap.
6. Bantu untu mengidentifikasi dan menggambarkan perasaan yang
mendasari kecemasannya.
7. Kaitkan perilaku klien dengan perasaan tersebut gunakan pertanyaan
terbuka beralih dari topik yang tidak mengancam ke isu konflik
gunakan konfrontasi yang supportif dengan bijaksana.
8. Bantu klien menggambarkan situasi dan interaksi yang mendahului
kecemasan.
9. Tinjau penilaian terhadap stresor, nilai-nilai yang terancam dan cara
konflik berkembang
10. Hubungan pengalaman klien saat ini dengan pengalaman yang relevan
dengan masa lalu.
11. Indentifikasi bersama klien cara/tindakan yang dilakukan jika terjadi
kecemasan.
12. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya
kecemasan.
13. Bantu klien dalam menilai kembali nilai, sifat, dan arti stresor pada
saat yang tepat.

RASIONAL :

1. Pembinaan hubungan saling percaya merupakan dasar terjadinya


komunikasi terbuka sehingga meningkatkan rasa komunikasi klien.
2. Dapat mengetahui kapan klien mengalami kecemasan.
3. Untuk mengadopsi koping yang baru, klien pertama kali harus
menyadari perasaan dan mengatasi penyangkalan yang didasari atau
tidak didasari
4. mengetahui cara yang terbaik untuk mengontrol kecemasan.
XIV. TINDAKAN KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI :

Data klien :
 Klien mengatakan merasa cemas dengan KeadaanNya

 Saat berinteraksi klien merespon perawat, ada kontak mata,klien


dampak gelisah dengan kondisinya

Diagnosa Keperawatan : Gangguan psikososial: kecemasan

Tindakan Keperawatan :
Klien:

 Membina hubungan saling percaya membantu klien menggambarkan


situasi dan interaksi yang mendahului kecemasan
 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya
kecemasan.
EVALUASI :

S : Klien

 “ Saya sudah bisa mengontrol kecemasana saya “

O : Klien

 Mampu mengontrol kecemasanNya


 wajah Klien berseri
 Kontak Mata (+)

A : Klien

 Klien mampu menyebutkan cara mengontrol kecemasan


 Klien melakukan cara berikut Nya untuk mengontrol kecemasan (2
kali dalam sehari tiap 20 menit)

P : Klien
 Rencana selesai tetap masih perlu pengawasan dari perawat atau
keluarga.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kecemasan dapap di definisi kan suatu keadaan perasaan kepriatianan rasa
gelisaketidaktentuan atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual
yang tidak di ketahui atau dikenal (Stuartand sundeens,1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda
secara luas. Respon masing masing individu memiliki kecemasan berbeda.tetapi
emosional yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreatifitas atau
kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat
patologis.
Kecemasan terdiri dari beberapa tingkat yaitu ansietas ringan, ansietas
sedang, ansietas berat dan panik.
B. SARAN
Keperawatan jiwa adalah masalah masalah yang sangat serius dan dia sangat
penting Masalah masalah tersebut di anggap ancaman atau tantangan yang akan
berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional mau pun
global. Sikap yang positif terhadap diri sendiri tumbuh kembang aktualisasi ,keutuhan
kebebasan diri sangat diperlakukan untuk di miliki oleh setiap individu.
Bagi pembaca mengontrol emosi sangatlah harus di perhatikan karena dapat
memeriksa dampak yang positif dan negatif jiwa dan diri andasangatlah berharga.
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D.,2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai penerbit FKUI.

Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.

Nurjannah, I., 2004, Pedoma Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien , Yogyakarta : Penerbit
MocoMedia

Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta :
EGC

Sulastri, S.Kep. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa

Anda mungkin juga menyukai