KEHILANGAN
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
1.UMMU HABIBAH LUBIS
2.RIZKY HANDAYANI SIREGAR
3.LESTI NASUTON4
.INDAH WARDANI
5.DANDY WAHYUDI
6.MAHMULYADI SIREGAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas Rahmat
dan Karunia-Nyalah, kami selaku penulisan makalah Keperawatan Jiwa yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH
ANSIETAS (KECEMASAN)” yang mana makalah ini sebagai salah satu
seminar, Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas
perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Etiologi............................................................................................. 3
2.6 Penatalaksanaan................................................................................ 8
3.1 Pengkajian...................................................................................... 11
3.4 Perencanaan.................................................................................... 18
BAB IV PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan..................................................................................... 23
4.2 Saran............................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
TINJAUAN TEORI
Definisi
Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan pada
gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan
fungsi yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut.
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
objek yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan dikomunikasikan
secaar interpersonal.
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan
Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-
spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan
satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan
yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri.Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan
Laraia aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak
maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan
lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.
Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan
gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi
situasi, masalah dan tujuan hidup.
Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat
tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain.
* Faktor Predisposisi
* Faktor Presipitasi
✓ Klasifikasi Ansietas
~ Tingkatan Ansietas :
- Ansietas Ringan
- Ansietas Sedang
- Ansietas Berat
- Manifestasi Klinis
Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas
sedang, ansietas berat, dan ansietas panik.
1) Ansietas Ringan
a. Fisiologis
Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada lambung, muka
berkerut dan bibir bergetar.
b. Kognitif
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang meninggi.
2) Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun, individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dn mengesampingkan hal lain.
a. Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi,
gelisah
b. Kognitif
d. Susah tidur
3) Ansietas Berat
Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak
mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/ tuntunan.
a. Fisiologis
Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur,
ketegangan.
b. Kognitif
- Verbalisasi cepat
- Blocking
4) Ansietas Panik
Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak
dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/ tuntunan
a. Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi
motorik rendah.
b. Kognitif
- Lapang pandang persepsi sangat sempit
- Persepsi kacau
Patofisiologi
1) Bayi/anak-anak
2) Remaja
- Perkembangan seksual
3) Dewasa
- Kehamilan
- Perubahan karir
- Efek penuaan
Lanjut usia
- Penurunan motorik
- Masalah keuangan
Penatalaksanaan
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
2) Terapi psikofarmaka
3) Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
4) Psikoterapi
3. Terapi psikoreligius
Pathway
Ketidakcocokan yang
disampaikan ke pusat kesadaran
Kurang pengetahuan
(sistem otonom) (pusat vestibuler)
gejala ototnom gejala vertigo
BERDUKA
A. Pengertian
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
B. Tipe Berduka
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional.
1. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang meruppakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilanngan. Tipe in masih dalam batas normal.
2. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara
aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.
Tipe ini kadang-kadanng menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
C. Tahap-Tahap Berduka
1. Tahap berduka menurut Teori Engels
a. Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk
malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis,
mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dak kelelahan.
b. Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseorang mulai merasakan kehilangan secara nyata dan mungkin mengalami
putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa
tiba-tiba terjadi.
c. Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong,
karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang bertujuan
untuk mengalihkann kehilangan seseorang.
d. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap sesuatu yang
meninggalkannya. Bisa merasa bersalah dan kurang perhatiannya di masalalu
terhadap almarhum.
e. Fase V
Kehilangan yang tidak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga
pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran
baru telah berkembang.
2. Tahap berduka menurut PARKES
a. Mati rasa dan meningkari.
Orang yang baru saja mengalami kehilangan akan merasa tidak nyata,
penghentian waktu, segera setelah kematian orang yang penting dalam kehidupan
mereka. Perasaan ini digambarkan sebagai “mati rasa”. Ada kecenderungan untuk
mengingkari kejadian dan keyakinan bahwa semuanya hanyalah mimpi buruk.
Hal ini berlangsung beberapa hari sampai berminggu-minggu.
b. Kerinduan atau Pining
Fase ini ditandai dengan adanya kebutuhan untuk menghidupkan kembali orang
yang sudah meninggal. Hal ini dinyatakan dalam mimpi orang yang kehilangan,
dan orang yang sering kalil menyatakan meluhat orang yang sudah meninggal
dalam keramaian.
c. Putus asa dan depresi
Jika orang yang kehilangan akhirnya menyadari kenyataan tentang kematian, ada
perasaan putus asa yang hebat dan kadang terjadi depresi. Periode ini adalah saat
individu mengalami disorganisasi dalam batas tertentu dan merasa bahwa mereka
tidak mampu melakukan tugas yang dimasa lalu dilakukan dengan sedikit
kesulitan.
d. Penyembuhan dan reorganiosasi.
Pada titik tertentu kebanyakan individu yang kehilangan menyadari bahwa hidup
mereka harus berkanjut dan mereka harus mencari makna baru dari keberadaan
mereka.
3. Tahap berduka menurut Kubler Ross
a. Fase pengingkaran (denial)
Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah, lemah,
letih, dan pucat.
b. Fase marah (anger)
Perasaan marah dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang ditandai dengan
muka merah, suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah, dan perilaku
agresif.
c. Fase tawar menawar
Individu mampu mengungkapkan rasa marah akan kehilangan, ia akan
mengekspresikan rasa bersalah, takut dan rasa berdosa.
Peran perawat:
- Diam
- Mendengarkan
- Memberikan sentuhan terapeutik
d. Fase depresi
Individu menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku
yang muncul seperti menolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun.
Peran perawat:
- Pasien jangan ditinggalkan sendiri
- Pintu kamar dibiarkan terbuka
e. Fase penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat
pada objek kehilangan mulai berkurang.
Peran perawat:
- Menemani pasien
- Bila mungkin, bicara dengan pasien
- Tanyakan apa yang dibutuhkan
- Apakah butuh pertolongan perawat
- Pintu kamar jangan ditutup
4. Tahap berduka menurut teori Rando
a. Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
b. Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika pasien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam
dan dirasakan paling akut.
c. Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedudukan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana pasien
belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
D. Kebutuhan keluarga yang berduka
1. Harapan
a. Perawatan yang terbaik sudah diberikan.
b. Keyakinan bahwa mati adalah akhir penderitaan dan kesakitan.
2. Berpartisipasi
a. Memberi perawatan
b. Sharing dengan staf.
3. Support
a. Dengan support pasien dapat melewati kemarahan, kesedihan, dan denial.
b. Support bisa digunakan sebagai koping dengan perubahan yang terjadi.
4. Kebutuhan spiritual
a. Berdoa sesuai kepercayaan
b. Mendapatkan kekuatan dari Tuhan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Identitas Klien
Inisial : Ny. M
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Berladang
Suku bangsa : Melayu
Status marital : Menikah
Alamat lengkap : Jln. Adisucipto Gg. Cempaka Putih Dalam
B. Alasan Masuk
Klien mengatakan terkena stroke 2 tahun yang lalu dan dibawa ke RSUD
Soedarso . Klien melakukan terapi di RS sebanyak 4 kali. Tetapi tidak ada
perubahan yang signifikan. Klien terkena stroke sudah 4 kali. Dan yang
terakhir terkena stroke saat Idul Adha 2017 klien tiba-tiba terjatuh saat ingin
ke WC dan mengalami kelumpuhan di bagian kiri tubuh klien dari ekstremitas
atas ke ekstremitas bawah dan bicara jadi pelo
Saat Pengkajian :
Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Klien mengatakan
sebelumnya 3 kali terkena tidak sampai seperti ini. Keluarga mengatakan
bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu cara perawatannya dan
sudah lama tidak kontrol ke-pelayanan kesehatan karena kondisi Ny. M yang
tidak bisa berjalan seperti dulu.
Masalah Keperawatan : Gangguan Alam Perasaan : Kecemasan,
Kurang Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Klien Dirumah.
C. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Klien mengatakan sebelumnya 3 kali terkena penyakit tapi tidak sampai
seperti ini.
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien
sering menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama
suaminya.
3. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak
berharga walaupun klien mengalami hambatan dalam mobilisasi.
4. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
Kakak klien memiliki riwayat hipertensi . Suami klien ada riwayat
hipertensi.
D. Faktor Presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
2. Faktor biokimia
Adanya rasa khawatir karena penyakitnya sekarang karena klien 3 kali
terkena dan terakhir yang parah dan khawatir adanya komplikasi yang lain .
3. Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang (Penyakitnya). Dimana klien
merasa cemas dengan masalahnya
E. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-Tanda Vital
TD : 220 / 100 mmHg N : 88 x/mt S : 36.7 0C P: 22 x/mt
2. Ukur
TB : 153 cm BB : 46 kg (*) turun ( ) naik
3. Keluhan Fisik ( ) ya (*) tidak
Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan .
F. Psikososial
1. Genogram
Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Sudah meninggal :
Klien :
Tinggal serumah :
Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 53 tahun.
Klien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah
dengan suami dan 3 orang anaknya. Hubungan klien dengan keluarganya
terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang yang terdekat dengan klien
adalah suaminya.
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki.
Klien juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak
disukai.
b. Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di ladangnya yang terletak di belakang
rumahnya. Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan bertani,
menonton TV dan berbincang-bincang dengan anak dan suaminya.
Semenjak sakit klien hanya bisa menonton TV dan berbincang-bincang
dengan anak dan suaminya
c. Peran diri
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga. Semenjak sakit klien tidak bisa
memenuhi perannya.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan
anaknya setinggi-tingginya.
e. Harga Diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan
orang lain.
3. Hubungan Sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu suami dan
anaknya. Klien berkata jika ada masalah, klien akan menceritakan kepada
suami dan anaknya pasti akan membantu memecahkan masalah yang
dialami klien. Klien tidak mengikuti kegiatan diluar rumah karena
kondisinya.
4. Spiritual
Klien beragama Islam dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Klien mengatakan sholat lima waktu walaupun dengan kodisinya saat ini,
dan berharap diberi kesembuhan atas penyakitnya.
G. Status Mental
1. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya. Rambut klien tersisir rapi. Rambut pendek seleher.
2. Pembicaraan
Klien berbicara pelo (kurang jelas, harus mendengarkan dari dekat). Klien
menjawab pertanyaan yang diberikan dengan tepat, selama proses
wawancara klien berbicara mengenai satu topik dengan jelas (Isi
pembicaraan).
3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan
yang diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan
penyakitnya klien tampak sedikit cemas
4. Alam perasaan
Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada
komplikasi lain. Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat
sedih maupun gembira. Klien terlihat senang saat menceritakan
pengalamannya yang menyenangkan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus
yang diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan perawat.
Kontak mata klien ada dan klien menatap wajah perawat saat wawancara
dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
7. Persepsi
Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri. Klien
mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit dan
ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu
topik.
9. Isi pikir
Selama wawancara tidak ditemukan gangguan isi pikir. Pemikiran klien
realistis.
10. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar
dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya. Tingkat
kesadaran klien terhadap waktu, orang dan tempat jelas.
11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa
lalu maupun saat ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi
klien sudah makan atau belum, jam berapa. Klien tidak mengalami
gangguan daya ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang
ditanyakan. Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu
untuk menjawab hitungan sederhana.
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan
berladang atau menyiapkan sarapan untuk keluarga. Klien memilih
menyiapkan sarapan terlebih dahulu karena kalau sudah membuat sarapan
klien leluasa keladangnya
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.
H. Pola Makan dan Eliminasi
1. Makan dan minum
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi lebih sedikit dari biasanya
(sebelum sakit seperti sekarang ) tapi habis , klien dapat makan tanpa
bantuan. Keluarga hanya mengambilkan makanan.
2. BAB/BAK
Klien dapat BAK dan BAB sendiri, namun suami yang membantu
membawa ke WC.
3. Mandi
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari. Klien mandi menggunakan
sabun, shampo, dan juga sikat gigi.
4. Berpakaian/Berhias
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Klien menggunakan baju dengan benar.
A. Mekanisme Koping
Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya
kepada keluarganya.
D. Analisa Data
No Data Masalah
1. DS :
DO :
Klien dan keluarga tampak cemas
Klien tampak gelisah
Klien dan keluarga bertanya-tanya
tentang kondisi klien saat ini.
2. DS :
DO :
3. DS :
DO :
F.Pohon Masalah
Ketakutan
Kecemasan
Kurang Pengetahuan
Tindakan Keperawatan
1. Selasa 16.00 DS : S:
3 WIB Bina keluarga dan
Klien
Novemb hubungan klien
mengatakan
er 2017 saling percaya mengatakan
merasa cemas
Bantu klien sedikit tenang
dengan
mengidentifik sudah
kondisinya saat
asi dan dijelaskan
ini
menguraikan dan diajarkan
(penyakitnya).
perasaannya cara
Klien
Bantu klien mengatasi
mengatakan
memahami penyakit
tubuhnya
perspektif yang
bagian kiri mati
pasien dirasakan
rasa.
terhadap klien (mati
Keluarga
situasi stress rasa).
mengatakan
dan kondisi klien
sebelumnya
yang mengatakan
klien sudah 4
dialaminya akan
kali menjalani
sekarang mempraktekk
terapi, tapi
tidak akan an cara yang
tidak ada
sembuh sudah
perubahan yang
dalam waktu diajarkan
signifikan. Dan
singkat. perawat.
sekarang
kondisi klien O :
Dengarkan
dengan penuh seperti ini. klien dan
perhatian keluarga
Ajarkan masih
teknik tampak
DO :
relaksasi sedikit
nafas dalam Klien dan cemas
untuk kontrol keluarga
A:
mengurangi tampak cemas
kecemasan Klien tampak Masalah teratasi
yang gelisah sebagian
dirasakan Klien dan
P:
keluarga
bertanya-tanya Intervensi
tentang kondisi dilanjutkan
klien saat ini.
A:
membina
hubungan
saling percaya
membantu klien
mengidentifikas
i menguraikan
perasaannya
membantu klien
memahami
perspektif
pasien terhadap
situasi stress
yang
dialaminya.
mendengarkan
dengan penuh
perhatian
mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
untuk kontrol
rasa percaya
diri dan
mengurangi
kecemasan
yang dirasakan
klien.
R:
klien tampak
sudah percaya
dan mau cerita
tentang
kecemasan
yang dirasakan
klien
klien mau
mengungkapka
n perasaannya
klien mau
mempraktekka
n Tarik nafas
dalam untuk
mengurangi
kecemasan
yang dirasakan
2. Selasa 16.00 DS : S:
3 WIB Jelaskan pada Klien dan
Klien
Novemb klien tentang keluarga
mengatakan
er 2017 penyakitnya mengatakan
terkadang
dan komplikasi sudah ada
khawatir
yang bisa gambaran
dengan
terjadi. tentang
kondisinya,
Anjurkan klien penyakit
takut ada
dan keluarga yang
komplikasi lain
untuk check dialami
up/kontrol DO : klien serta
kondisi klien komplikasi
Wajah klien
ke pelayanan yang bias
tampak
kesehatan terjadi.
ketakutan
untuk
Bertanya-tanya
mengatasi O:
kepada perawat
kondisi klien Klien dan
dan mencegah A: keluarga
terjadinya tampak
jelaskan pada
komplikasi mengerti
klien tentang
lain . dengan
penyakitnya
penjelasan
dan komplikasi
perawat.
yang bisa
terjadi.
Anjurkan klien
A:
dan keluarga
Masalah teratasi
untuk check
up/kontrol
kondisi klien P:
ke pelayanan Evaluasi
kesehatan intervensi yang
untuk sudah dilakukan.
mengatasi
kondisi klien
dan mencegah
terjadinya
komplikasi lain
.
R:
klien dan
keluarga sudah
mengerti apa
yang di jelaskan
perawat
klien dan
keluarga mau
mendengarkan
apa yang
disampaikan
perawat
3. Selasa 16.00 DS : S:
3 WIB Jelaskan pada Klien dan
Keluarga
Novemb klien tentang keluarga
mengatakan
er 2017 penyakitnya mengatakan
bingung
dan sudah ada
melihat
komplikasi gambaran
kondisi Ny.
yang bisa tentang
M seperti ini,
terjadi. penyakit
Ajarkan klien tidak tahu yang
menggerakka cara dialami
n bagian perawatanny klien serta
tubuh yang a dan sudah komplikasi
mati rasa lama tidak yang bias
(ROM) untuk kontrol ke- terjadi.
membantu pelayanan O:
memperlanca kesehatan Klien dan
r peredaran karena keluarga
darah agar kondisi Ny. mengerti
tidak terjadi M yang tidak dengan
atrofi otot bisa berjalan penjelasan
Anjurkan seperti dulu. perawat.
klien dan Klien
keluarga mengatakan A:
untuk check sudah lama Masalah teratasi
up/kontrol tidak kontrol
kondisi klien kondisinya
ke pelayanan ke pelayanan P :
kesehatan kesehatan, Evaluasi
untuk hanya intervensi yang
mengatasi meminum sudah dilakukan
kondisi klien obat warung
dan dan
mencegah berjemur
terjadinya saat pagi
komplikasi hari di teras
lain . rumah
DO :
Klien dan
keluarga
bertanya-
tanya
kepada
perawat
A:
Men
jelaskan
pada klien
tentang
penyakitnya
dan
komplikasi
yang bisa
terjadi.
mengajarkan
klien
menggerakk
an bagian
tubuh yang
mati rasa
(ROM)
untuk
membantu
memperlanc
ar peredaran
darah agar
tidak terjadi
atrofi otot
menganjurka
n klien dan
keluarga
untuk check
up/kontrol
kondisi klien
ke pelayanan
kesehatan
untuk
mengatasi
kondisi klien
dan
mencegah
terjadinya
komplikasi
lain
R:
klien dan
keluarga
sudah
mengerti apa
yang di
jelaskan
perawat
klien dan
keluarga
mau
mendengark
an apa yang
disampaikan
perawat
klien
mempraktek
kan gerakan
(ROM) yang
diajarkan
perawat.
1. Kamis 16.00 DS : S:
5 WIB Bantu klien keluarga dan
Klien
Novemb mengidentifik klien
mengatakan
er 2017 asi dan mengatakan
tidak ada
menguraikan merasa
keluhan yang
perasaannya terbantu
dirasakan .
Bantu klien dengan
Klien
memahami datangnya
mengatakan
perspektif perawat
mempraktekka
pasien n cara-cara kerumah
terhadap yang telah
O:
situasi stress diajarkan
dan kondisi perawat. klien dan
yang keluarga
DO :
dialaminya tampak lebih
sekarang Klien dan tenang
tidak akan keluarga tidak
A:
sembuh cemas lagi
dalam waktu dengan kondisi Masalah teratasi
singkat. klien
P:
Dengarkan Klien
dengan penuh mempraktekka Evaluasi
perhatian n cara yang Intervensi yang
Evaluasi diajarkan sudah dilakukan
teknik perawat
relaksasi A:
nafas dalam
membantu
untuk kontrol
klien
mengurangi
mengidentifika
kecemasan
si menguraikan
yang
perasaannya
dirasakan
membantu
klien
memahami
perspektif
pasien terhadap
situasi stress
yang
dialaminya.
mendengarkan
dengan penuh
perhatian
mengevaluasi
teknik relaksasi
nafas dalam
untuk kontrol
rasa percaya
diri dan
mengurangi
kecemasan
yang dirasakan
klien.
R:
klien mau
mengungkapka
n perasaannya
klien mau
mempraktekka
n Tarik nafas
dalam untuk
mengurangi
kecemasan
yang dirasakan
2. Kamis 16.00 DS : S:
5 WIB Anjurkan klien Klien dan
Klien dan
Novemb dan keluarga keluarga
keluarga
er 2017 untuk check mengatakan
mengatakan
up/kontrol akan
sudah tidak
kondisi klien melakukan
ke pelayanan khawatir dan kontrol ke
kesehatan takut lagi akan pelayanan
untuk komplikasi yg kesehatan
mengatasi bisa terjadi .
kondisi klien O:
DO :
dan mencegah Klien dan
terjadinya Klien keluarga
komplikasi mendengarkan tampak
lain . penjelasan mengerti
perawat. dengan
penjelasan
perawat.
A:
A:
menganjurkan
Masalah teratasi
klien dan
P:
keluarga untuk
Evaluasi
check
intervensi yang
up/kontrol
sudah dilakukan.
kondisi klien
ke pelayanan
kesehatan
untuk
mengatasi
kondisi klien
dan mencegah
terjadinya
komplikasi
lain .
R:
klien dan
keluarga sudah
mengerti apa
yang di
jelaskan
perawat
klien dan
keluarga mau
mendengarkan
apa yang
disampaikan
perawat
3. Kamis 16.00 DS : S:
5 WIB Jelaskan Klien dan
Keluarga
Novemb pada klien keluarga
dan klien
er 2017 tentang mengatakan
mengatakan
penyakitnya mengerti
mengerti
dan dengan
dengan
komplikasi kondisi klien
kondisi yang
yang bisa serta
dialami klien
terjadi. komplikasi
Evaluasi cara DO : yang bias
klien terjadi.
Klien
menggerakka
mendengark
n bagian O:
an
tubuh yang Klien
penjelasan
mati rasa mempraktek
perawat.
(ROM) untuk kan cara
membantu yang
memperlanca diajarkan
r peredaran Klien dan
darah agar keluarga
tidak terjadi A: mengerti
atrofi otot dengan
Men jelaskan
Anjurkan penjelasan
pada klien
klien dan perawat.
tentang
keluarga
penyakitnya
untuk check
dan komplikasi
up/kontrol A:
yang bisa
kondisi klien Masalah teratasi
terjadi.
ke pelayanan
Mengevaluasi
kesehatan
cara klien
untuk P:
menggerakkan
mengatasi Evaluasi
bagian tubuh
kondisi klien intervensi yang
yang mati rasa
dan sudah dilakukan
(ROM) untuk
mencegah
membantu
terjadinya
memperlancar
komplikasi
peredaran
lain .
darah agar
tidak terjadi
atrofi otot
Menganjurkan
klien dan
keluarga untuk
check
up/kontrol
kondisi klien
ke pelayanan
kesehatan
untuk
mengatasi
kondisi klien
dan mencegah
terjadinya
komplikasi lain
R:
klien dan
keluarga
sudah
mengerti
apa yang di
jelaskan
perawat
klien dan
keluarga
mau
mendengark
an apa yang
disampaikan
perawat
klien
mempraktek
kan gerakan
(ROM) yang
diajarkan
perawat.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Ansietas masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa yang masih banyak
terjadi baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Ansietas
sendiri merupakan kekhawatiran atau keadaan emosional yang tidak jelas, berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak memiliki objek yang spesifik.
Tingkatan Ansietas :
a. Ansietas Ringan
b. Ansietas Sedang
c. Ansietas Berat
Patofisiologi :
a. Bayi/ anak-anak
b. Remaja
c. Dewasa
d. Lanjut usia
Faktor Predisposisi
- Kajian keluarga
Faktor Presipitasi
Saran
Ansietas merupakan gangguan kejiwaan berupa cemas yang tidak berobyek, sehingga
memerlukan pencegahan sedini mungkin pada tiap lapisan masyarakat. Langkah-langkah
pencegahan tersebut dapat berupa :
- Cukup olahraga.
- Tidak merokok.
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th ed). Jakarta : EGC.
Townsend, M.C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatrik
:Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan (3rd ed). Jakarta : EGC.