Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KECEMASAN DAN

KEHILANGAN

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
1.UMMU HABIBAH LUBIS
2.RIZKY HANDAYANI SIREGAR
3.LESTI NASUTON4
.INDAH WARDANI

5.DANDY WAHYUDI

6.MAHMULYADI SIREGAR

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


UNIVERSITAS AUFA ROYHAN DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
T.A 2020/2021

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas Rahmat
dan Karunia-Nyalah, kami selaku penulisan makalah Keperawatan Jiwa yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH
ANSIETAS (KECEMASAN)” yang mana makalah ini sebagai salah satu
seminar, Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas
perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.................................................................................. 1

1.2 Rumusan masalah............................................................................. 1

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi ............................................................................................ 3

2.2 Etiologi............................................................................................. 3

2.3 Klisifikasi Ansietas........................................................................... 5

2.4 Manifestasi Klinis............................................................................. 6

2.5 Patofisiologi ..................................................................................... 8

2.6 Penatalaksanaan................................................................................ 8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian...................................................................................... 11

3.2 Pohon Masalah............................................................................... 17

3.3 Diagnosa Keperawatan................................................................... 17

3.4 Perencanaan.................................................................................... 18

BAB IV PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan..................................................................................... 23

4.2 Saran............................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kecemasan merupakan hal normal yang terjadi pada setiap individu.


Kecemasan dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara di depan umum,
tekanan pekerjaan, menghadapi ujian, atau membuat keputusan penting.
Kecemasan lebih berorientasi masa depan dan bersifat umum, mengacu pada
kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran atau kegelisahan, ketegangan,
dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan
terjadinya sesuatu yang buruk.

Kecemasan adalah respons yang tepat terhadap ancaman. Namun


kecemasan dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam rasa cemas
tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menangani tanpa adanya
kesulitan. Kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai
dengan proporsi ancaman, atau datang tanpa ada penyebabnya yaitu, bila
merupakan respons terhadap perubahan lingkungan. Kecemasan dapat menimpa
hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya, hal ini juga terjadi
pada mahasiswa. Mahasiswa rentan terhadap kecemasan dan depresi. Mahasiswa
kedokteran dilaporkan memiliki stressor yang tinggi atau penuh dengan stres dan
ketika dibandingkan dengan populasi umum, mahasiswa kedokteran lebih banyak
mengalami tekanan, depresi, dan kecemasan. Kecemasan tersebut.
Kehilangan (Loss) merupakan peristiwa yang siapapun individu pasti pernah
dan akan mengalaminya dalam kehidupannya, baik kehilangan harta benda,
kehilangan pekerjaan, kehilangan anggota tubuh atau fungsi dari anggota tubuh,
kehilangan tempat tinggal, ataupun kehilangan orang terdekat baik keseluruhan
ataupun hanya sebagian, baik secara perlahan atupun tibatiba, baik bersifat
sementara ataupun selama-lamanya. Penyebab dari kehilangan bisa karena
ketidakwaspadaan, kecelakaan, bencana alam, perceraian, ataupun kematian.
Kehilangan (Loss) didefinisikan sebagai suatu situasi aktual maupun potensial
yang dapat dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
baik sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga
terjadi perasaan kehilangan.

Rumusan Masalah

- Apa definisi dari ansietas?

- Apa etiologi dari ansietas?

- Apa saja klasifikasi ansietas?

- Apa manifestasi klinis dari ansietas?

- Bagaimana patofisiologi ansietas?

- Bagaimana penatalaksanaan ansietas?

- Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien ansietas?

Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari ansietas

2. Untuk mengetahui etiologi ansietas

3. Untuk mengetahui klasifikasi dari ansietas

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ansietas

5. Untuk mengetahui patofisiologi ansietas

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan

7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan ansietas


BAB II

TINJAUAN TEORI

Definisi

Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan pada
gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan
fungsi yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut.

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
objek yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan dikomunikasikan
secaar interpersonal.

Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian intelektual


terhainterperson.Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan yang tidak di
dukung oles situasi.

Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan
Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-
spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan
satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan
yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri.Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan
Laraia aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak
maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan
lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.

Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan
gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi
situasi, masalah dan tujuan hidup.

Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat
tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain.

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :

* Faktor Predisposisi

1) Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang


terjadi antara dua elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani dan dikendalikan oleh norma budaya, sedangakan ego di gambarkan
sebagai mediator antara tuntunan dari id dan super ego

2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut


terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.

3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu


segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan
yang di inginkan.

4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal


yang biasa di temui dalam suatu keluarga.

5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus untuk


benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-
asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme
biologis yang berhubungan dengan ansietas.

* Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat


mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas


fisik yang meliputi :

a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,


regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat
tinggal.

2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

- Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan


tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

- Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan


status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

✓ Klasifikasi Ansietas

~ Tingkatan Ansietas :

- Ansietas Ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Menyebabkan


individu menjadi lebih waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas
ini dapat memotivasi belajar dan menghasilakn pertumbuhan serta kreativitas.

- Ansietas Sedang

Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting dan


mengesampingkan hal yang lain. Mempersempit lapang persepsi individu.
Sehingga individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat lebih
berfokus pasda area jika diarahkan untuk melakukannya.

- Ansietas Berat

Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus ada sesuatu


yang rinci dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal yang lain. Semua perilaku
ditujukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu memerlukan banyak arahan
untuk berfokus pada hal lain.

- Tingkat Panik dari Ansietas

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu yang mengalami


panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan arahan, karena
mengalami kehilangan kendali.

- Manifestasi Klinis
Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas
sedang, ansietas berat, dan ansietas panik.

1) Ansietas Ringan

a. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.

b. Lapang persepsi meluas/melebar dan individu berhati-hati serta waspada.

c. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan


kreatifitas.

- Respon Ansietas Ringan

a. Fisiologis

Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada lambung, muka
berkerut dan bibir bergetar.

b. Kognitif

Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima rangsangan yang kompleks,


konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif.

c. Perilaku dan Emosi

Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang meninggi.

2) Ansietas Sedang

Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun, individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dn mengesampingkan hal lain.

✓ Respon Ansietas Sedang

a. Fisiologis

Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi,
gelisah

b. Kognitif

a. Lapang persepsi menyempit

b. Rangsang luar tidak mampu diterima

c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya


c. Perilaku dan Emosi

b. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)

c. Bicara banyak & lebih cepat

d. Susah tidur

e. Perasaan tidak aman

3) Ansietas Berat

Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak
mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/ tuntunan.

✓ Respon Ansietas Berat

a. Fisiologis

Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur,
ketegangan.

b. Kognitif

- Lapang persepsi sangat sempit

- Tidak mampu menyelesaikan masalah

c. Perilaku dan Emosi

- Perasaan ancaman tinggi

- Verbalisasi cepat

- Blocking

4) Ansietas Panik

Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak
dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/ tuntunan

✓ Respon Ansietas Panik

a. Fisiologis

Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi
motorik rendah.

b. Kognitif
- Lapang pandang persepsi sangat sempit

- Tidak dapat berpikir logis

c. Perilaku dan Emosi

- Agitasi mengamuk dan marah

- Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking

- Kehilangan diri kendali/ kontrol diri

- Persepsi kacau

Patofisiologi

Berdasarkan proses perkembangannya:

1) Bayi/anak-anak

- Berhubungan dengan perpisahan

- Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal

- Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya

2) Remaja

Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:

- Perkembangan seksual

- Perubahan hubungan dengan teman sebaya

3) Dewasa

Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:

- Kehamilan

- Menjadi orang tua

- Perubahan karir

- Efek penuaan

Lanjut usia

Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:


- Penurunan sensori

- Penurunan motorik

- Masalah keuangan

- Perubahan pada masa pension

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu


metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008)
selengkapnya seperti pada uraian berikut :

1) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.

b. Tidur yang cukup.

c. Cukup olahraga.

d. Tidak merokok.

e. Tidak meminum minuman keras.

2) Terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-


obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.

3) Terapi somatik

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.

4) Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :


a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.

b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila


dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.

c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali


(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu


kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses


dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar


faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung.

3. Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan


kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yangPerubahan posisi
merupakan stressor.

Pathway

Pergeseran hebat pada


Penyakit sistem Penyakit SSP Rangsangan kupula Perubahan
kanalis posterios
Faktorposisi
stress
vestibuler perifer berlebihan

Gangguan susunan Pergeseran hebat pada


vestebuler/keseimba kupula kanalis posterios
ngan
Koping individu tidak
efektif
Proses pengolahan
informasi terganggu

Ketidakcocokan yang
disampaikan ke pusat kesadaran

Kurang pengetahuan
(sistem otonom) (pusat vestibuler)
gejala ototnom gejala vertigo
BERDUKA
A. Pengertian
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
B. Tipe Berduka
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional.
1. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang meruppakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilanngan. Tipe in masih dalam batas normal.
2. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara
aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.
Tipe ini kadang-kadanng menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
C. Tahap-Tahap Berduka
1. Tahap berduka menurut Teori Engels
a. Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk
malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis,
mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dak kelelahan.
b. Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseorang mulai merasakan kehilangan secara nyata dan mungkin mengalami
putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa
tiba-tiba terjadi.
c. Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong,
karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang bertujuan
untuk mengalihkann kehilangan seseorang.
d. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap sesuatu yang
meninggalkannya. Bisa merasa bersalah dan kurang perhatiannya di masalalu
terhadap almarhum.
e. Fase V
Kehilangan yang tidak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga
pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran
baru telah berkembang.
2. Tahap berduka menurut PARKES
a. Mati rasa dan meningkari.
Orang yang baru saja mengalami kehilangan akan merasa tidak nyata,
penghentian waktu, segera setelah kematian orang yang penting dalam kehidupan
mereka. Perasaan ini digambarkan sebagai “mati rasa”. Ada kecenderungan untuk
mengingkari kejadian dan keyakinan bahwa semuanya hanyalah mimpi buruk.
Hal ini berlangsung beberapa hari sampai berminggu-minggu.
b. Kerinduan atau Pining
Fase ini ditandai dengan adanya kebutuhan untuk menghidupkan kembali orang
yang sudah meninggal. Hal ini dinyatakan dalam mimpi orang yang kehilangan,
dan orang yang sering kalil menyatakan meluhat orang yang sudah meninggal
dalam keramaian.
c. Putus asa dan depresi
Jika orang yang kehilangan akhirnya menyadari kenyataan tentang kematian, ada
perasaan putus asa yang hebat dan kadang terjadi depresi. Periode ini adalah saat
individu mengalami disorganisasi dalam batas tertentu dan merasa bahwa mereka
tidak mampu melakukan tugas yang dimasa lalu dilakukan dengan sedikit
kesulitan.
d. Penyembuhan dan reorganiosasi.
Pada titik tertentu kebanyakan individu yang kehilangan menyadari bahwa hidup
mereka harus berkanjut dan mereka harus mencari makna baru dari keberadaan
mereka.
3. Tahap berduka menurut Kubler Ross
a. Fase pengingkaran (denial)
Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah, lemah,
letih, dan pucat.
b. Fase marah (anger)
Perasaan marah dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang ditandai dengan
muka merah, suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah, dan perilaku
agresif.
c. Fase tawar menawar
Individu mampu mengungkapkan rasa marah akan kehilangan, ia akan
mengekspresikan rasa bersalah, takut dan rasa berdosa.
Peran perawat:
- Diam
- Mendengarkan
- Memberikan sentuhan terapeutik
d. Fase depresi
Individu menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku
yang muncul seperti menolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun.
Peran perawat:
- Pasien jangan ditinggalkan sendiri
- Pintu kamar dibiarkan terbuka
e. Fase penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat
pada objek kehilangan mulai berkurang.
Peran perawat:
- Menemani pasien
- Bila mungkin, bicara dengan pasien
- Tanyakan apa yang dibutuhkan
- Apakah butuh pertolongan perawat
- Pintu kamar jangan ditutup
4. Tahap berduka menurut teori Rando
a. Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
b. Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika pasien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam
dan dirasakan paling akut.
c. Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedudukan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana pasien
belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
D. Kebutuhan keluarga yang berduka
1. Harapan
a. Perawatan yang terbaik sudah diberikan.
b. Keyakinan bahwa mati adalah akhir penderitaan dan kesakitan.
2. Berpartisipasi
a. Memberi perawatan
b. Sharing dengan staf.
3. Support
a. Dengan support pasien dapat melewati kemarahan, kesedihan, dan denial.
b. Support bisa digunakan sebagai koping dengan perubahan yang terjadi.
4. Kebutuhan spiritual
a. Berdoa sesuai kepercayaan
b. Mendapatkan kekuatan dari Tuhan

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “Ny. M”

DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN : KECEMASAN

A. Identitas Klien                                                                  

Inisial : Ny. M
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Berladang
Suku bangsa : Melayu
Status marital : Menikah
Alamat lengkap : Jln. Adisucipto Gg. Cempaka Putih Dalam
B. Alasan Masuk
Klien mengatakan terkena stroke 2 tahun yang lalu dan dibawa ke RSUD
Soedarso . Klien melakukan terapi di RS sebanyak 4 kali. Tetapi tidak ada
perubahan yang signifikan. Klien terkena stroke sudah 4 kali. Dan yang
terakhir terkena stroke saat Idul Adha 2017 klien tiba-tiba terjatuh saat ingin
ke WC dan mengalami kelumpuhan di bagian kiri tubuh klien dari ekstremitas
atas ke ekstremitas bawah dan bicara jadi pelo
Saat Pengkajian   :
Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Klien mengatakan
sebelumnya 3 kali terkena tidak sampai seperti ini. Keluarga mengatakan
bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu cara perawatannya dan
sudah lama tidak kontrol ke-pelayanan kesehatan karena kondisi Ny. M yang
tidak bisa berjalan seperti dulu.
Masalah Keperawatan           :  Gangguan Alam Perasaan : Kecemasan,
Kurang Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Klien Dirumah.

C. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Klien mengatakan sebelumnya 3 kali terkena penyakit tapi tidak sampai
seperti ini.
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien
sering menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama
suaminya.
3. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak
berharga walaupun klien mengalami hambatan dalam mobilisasi.
4. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
Kakak klien memiliki riwayat hipertensi . Suami klien ada riwayat
hipertensi.
D. Faktor Presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
2. Faktor biokimia
Adanya rasa khawatir karena penyakitnya sekarang karena klien 3 kali
terkena dan terakhir yang parah dan khawatir adanya komplikasi yang lain .
3. Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang (Penyakitnya). Dimana klien
merasa cemas dengan masalahnya
E. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-Tanda Vital   
TD : 220 / 100 mmHg     N : 88 x/mt     S : 36.7 0C         P: 22 x/mt
2. Ukur                         
TB : 153 cm    BB : 46 kg     (*) turun    ( ) naik
3. Keluhan  Fisik        ( ) ya         (*) tidak 
Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan .

F. Psikososial
1. Genogram

Keterangan : 

Laki-laki :

Perempuan :

Sudah meninggal :
Klien :

Tinggal serumah :

Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 53 tahun.
Klien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah
dengan suami dan 3 orang anaknya. Hubungan klien dengan keluarganya
terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang yang terdekat dengan klien
adalah suaminya.

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki.
Klien juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak
disukai.
b. Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di ladangnya yang terletak di belakang
rumahnya. Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan bertani,
menonton TV dan berbincang-bincang dengan anak dan suaminya.
Semenjak sakit klien hanya bisa menonton TV dan berbincang-bincang
dengan anak dan suaminya
c. Peran diri
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga. Semenjak sakit klien tidak bisa
memenuhi perannya.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan
anaknya setinggi-tingginya.
e. Harga Diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan
orang lain.
3. Hubungan Sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu suami dan
anaknya. Klien berkata jika ada masalah, klien akan menceritakan kepada
suami dan anaknya pasti akan membantu memecahkan masalah yang
dialami klien. Klien tidak mengikuti kegiatan diluar rumah karena
kondisinya.
4. Spiritual
Klien beragama Islam dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Klien mengatakan sholat lima waktu walaupun dengan kodisinya saat ini,
dan berharap diberi kesembuhan atas penyakitnya.
G. Status Mental
1. Penampilan
Klien  berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya.  Rambut klien tersisir rapi. Rambut pendek seleher.
2. Pembicaraan
Klien berbicara pelo (kurang jelas, harus mendengarkan dari dekat). Klien
menjawab pertanyaan yang diberikan dengan tepat, selama proses
wawancara klien berbicara mengenai satu topik dengan jelas (Isi
pembicaraan).

3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan
yang diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan
penyakitnya klien tampak sedikit cemas
4. Alam perasaan
Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada
komplikasi lain. Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat
sedih maupun gembira. Klien terlihat senang saat menceritakan
pengalamannya yang menyenangkan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus
yang diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan perawat.
Kontak mata klien ada dan klien menatap wajah perawat saat wawancara
dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
7. Persepsi
Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri. Klien
mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit dan
ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu
topik.
9. Isi pikir
Selama wawancara tidak ditemukan gangguan isi pikir. Pemikiran klien
realistis.
10. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar
dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya.  Tingkat
kesadaran klien terhadap waktu, orang dan tempat jelas.

11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa
lalu  maupun saat  ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi
klien sudah makan atau belum, jam berapa. Klien tidak mengalami
gangguan daya ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang 
ditanyakan. Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu
untuk menjawab hitungan sederhana.
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan
berladang atau menyiapkan sarapan untuk keluarga. Klien memilih
menyiapkan sarapan terlebih dahulu karena kalau sudah membuat sarapan
klien leluasa keladangnya
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.
H. Pola Makan dan Eliminasi
1. Makan dan minum
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi lebih sedikit dari biasanya
(sebelum sakit seperti sekarang ) tapi habis , klien dapat makan tanpa
bantuan. Keluarga hanya mengambilkan makanan.
2. BAB/BAK
Klien dapat BAK dan BAB sendiri, namun suami yang membantu
membawa ke WC.
3. Mandi
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari. Klien mandi menggunakan
sabun, shampo, dan juga sikat gigi.
4. Berpakaian/Berhias
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Klien menggunakan baju dengan benar.

5. Istirahat dan Tidur


Klien mengatakan tidur nyenyak , namun terkadang klien terbangun karena
ingin BAK
6. Penggunaan Obat
Keluarga mengatakan klien sudah lama tidak kontrol ke pelayanan
kesehatan. Selama ini hanya menggunakan obat warung .
7. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien mengatakan hanya menonton TV, berbincang-bincang dengan
keluarga dirumah.
8. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan semenjak kondisi klien seperti sekarang klien hanya
keluar ke teras rumah agar tidak jenuh sekalian berjemur.

A. Mekanisme Koping
Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya
kepada keluarganya.

B. Kurang Pengetahuan Tentang


Klien mengatakan sudah lama tidak kontrol kondisinya ke pelayanan
kesehatan, Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini,
tidak tahu cara perawatannya dirumah, Ny. M hanya meminum obat warung
dan berjemur saat pagi hari di teras rumah .
C. Aspek Medis
Keluarga mengatakan dokter rumah sakit menyatakan Ny. M terkena Stroke.
Saat wawancara keluarga tidak tahu obat-obat apa yang diminum Ny. M ,
karena obatnya sudah habis dan Ny. M sudah lama tidak kontrol ke pelayanan
kesehatan .

D. Analisa Data

No Data Masalah

1. DS :

 Klien mengatakan merasa cemas dengan


kondisinya saat ini (penyakitnya).
Kecemasan
 Klien mengatakan tubuhnya bagian kiri
mati rasa.
 Keluarga mengatakan sebelumnya klien
sudah 4 kali menjalani terapi, tapi tidak
ada perubahan yang signifikan. Dan
sekarang kondisi klien seperti ini.

DO :
 Klien dan keluarga tampak cemas
 Klien tampak gelisah
 Klien dan keluarga bertanya-tanya
tentang kondisi klien saat ini.
2. DS :

 Klien mengatakan terkadang khawatir


dengan kondisinya, takut ada
Ketakutan
komplikasi lain

DO :

 Wajah klien tampak ketakutan


 Bertanya-tanya kepada perawat

3. DS :

 Keluarga mengatakan bingung melihat


kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu
Kurang Pengetahuan
cara perawatannya dan sudah lama
tidak kontrol ke-pelayanan kesehatan
karena kondisi Ny. M yang tidak bisa
berjalan seperti dulu.
 Klien mengatakan sudah lama tidak
kontrol kondisinya ke pelayanan
kesehatan, hanya meminum obat
warung dan berjemur saat pagi hari
di teras rumah

DO :

 Klien dan keluarga bertanya-tanya


kepada perawat
E. Daftar Masalah
1. Kecemasan
2. Ketakutan
3. Kurang pengetahuan

F.Pohon Masalah

Ketakutan

Kecemasan

Kurang Pengetahuan
Tindakan Keperawatan

N Tanggal Wakt Intervensi Implementasi Evaluasi Para


o u (DAR) (SOAP) f

1. Selasa 16.00 DS : S:
3 WIB  Bina  keluarga dan
 Klien
Novemb hubungan klien
mengatakan
er 2017 saling percaya mengatakan
merasa cemas
 Bantu klien sedikit tenang
dengan
mengidentifik sudah
kondisinya saat
asi dan dijelaskan
ini
menguraikan dan diajarkan
(penyakitnya).
perasaannya cara
 Klien
 Bantu klien mengatasi
mengatakan
memahami penyakit
tubuhnya
perspektif yang
bagian kiri mati
pasien dirasakan
rasa.
terhadap klien (mati
 Keluarga
situasi stress rasa).
mengatakan
dan kondisi  klien
sebelumnya
yang mengatakan
klien sudah 4
dialaminya akan
kali menjalani
sekarang mempraktekk
terapi, tapi
tidak akan an cara yang
tidak ada
sembuh sudah
perubahan yang
dalam waktu diajarkan
signifikan. Dan
singkat. perawat.
sekarang
kondisi klien O :
 Dengarkan
dengan penuh seperti ini.  klien dan
perhatian keluarga
 Ajarkan masih
teknik tampak
DO :
relaksasi sedikit
nafas dalam  Klien dan cemas
untuk kontrol keluarga
A:
mengurangi tampak cemas
kecemasan  Klien tampak Masalah teratasi
yang gelisah sebagian
dirasakan  Klien dan
P:
keluarga
bertanya-tanya Intervensi
tentang kondisi dilanjutkan
klien saat ini.
A:

 membina
hubungan
saling percaya
 membantu klien
mengidentifikas
i menguraikan
perasaannya
 membantu klien
memahami
perspektif
pasien terhadap
situasi stress
yang
dialaminya.
 mendengarkan
dengan penuh
perhatian
 mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
untuk kontrol
rasa percaya
diri dan
mengurangi
kecemasan
yang dirasakan
klien.

R:

 klien tampak
sudah percaya
dan mau cerita
tentang
kecemasan
yang dirasakan
klien
 klien mau
mengungkapka
n perasaannya
 klien mau
mempraktekka
n Tarik nafas
dalam untuk
mengurangi
kecemasan
yang dirasakan

2. Selasa 16.00 DS : S:
3 WIB  Jelaskan pada  Klien dan
 Klien
Novemb klien tentang keluarga
mengatakan
er 2017 penyakitnya mengatakan
terkadang
dan komplikasi sudah ada
khawatir
yang bisa gambaran
dengan
terjadi. tentang
kondisinya,
 Anjurkan klien penyakit
takut ada
dan keluarga yang
komplikasi lain
untuk check dialami
up/kontrol DO : klien serta
kondisi klien komplikasi
 Wajah klien
ke pelayanan yang bias
tampak
kesehatan terjadi.
ketakutan
untuk
 Bertanya-tanya
mengatasi O:
kepada perawat
kondisi klien  Klien dan
dan mencegah A: keluarga
terjadinya tampak
 jelaskan pada
komplikasi mengerti
klien tentang
lain . dengan
penyakitnya
penjelasan
dan komplikasi
perawat.
yang bisa
terjadi.
 Anjurkan klien
A:
dan keluarga
Masalah teratasi
untuk check
up/kontrol
kondisi klien P:
ke pelayanan Evaluasi
kesehatan intervensi yang
untuk sudah dilakukan.
mengatasi
kondisi klien
dan mencegah
terjadinya
komplikasi lain
.

R:

 klien dan
keluarga sudah
mengerti apa
yang di jelaskan
perawat
 klien dan
keluarga mau
mendengarkan
apa yang
disampaikan
perawat

3. Selasa 16.00 DS : S:
3 WIB  Jelaskan pada  Klien dan
 Keluarga
Novemb klien tentang keluarga
mengatakan
er 2017 penyakitnya mengatakan
bingung
dan sudah ada
melihat
komplikasi gambaran
kondisi Ny.
yang bisa tentang
M seperti ini,
terjadi. penyakit
 Ajarkan klien tidak tahu yang
menggerakka cara dialami
n bagian perawatanny klien serta
tubuh yang a dan sudah komplikasi
mati rasa lama tidak yang bias
(ROM) untuk kontrol ke- terjadi.
membantu pelayanan O:
memperlanca kesehatan  Klien dan
r peredaran karena keluarga
darah agar kondisi Ny. mengerti
tidak terjadi M yang tidak dengan
atrofi otot bisa berjalan penjelasan
 Anjurkan seperti dulu. perawat.
klien dan  Klien
keluarga mengatakan A:
untuk check sudah lama Masalah teratasi
up/kontrol tidak kontrol
kondisi klien kondisinya
ke pelayanan ke pelayanan P :
kesehatan kesehatan, Evaluasi
untuk hanya intervensi yang
mengatasi meminum sudah dilakukan
kondisi klien obat warung
dan dan
mencegah berjemur
terjadinya saat pagi
komplikasi hari di teras
lain . rumah

DO :

 Klien dan
keluarga
bertanya-
tanya
kepada
perawat

A:

 Men
jelaskan
pada klien
tentang
penyakitnya
dan
komplikasi
yang bisa
terjadi.
 mengajarkan
klien
menggerakk
an bagian
tubuh yang
mati rasa
(ROM)
untuk
membantu
memperlanc
ar peredaran
darah agar
tidak terjadi
atrofi otot
 menganjurka
n klien dan
keluarga
untuk check
up/kontrol
kondisi klien
ke pelayanan
kesehatan
untuk
mengatasi
kondisi klien
dan
mencegah
terjadinya
komplikasi
lain

R:

 klien dan
keluarga
sudah
mengerti apa
yang di
jelaskan
perawat
 klien dan
keluarga
mau
mendengark
an apa yang
disampaikan
perawat
 klien
mempraktek
kan gerakan
(ROM) yang
diajarkan
perawat.

N Tanggal Wakt Intervensi Implementasi Evaluasi (SOAP) Para


o u (DAR) f

1. Kamis 16.00 DS : S:
5 WIB  Bantu klien  keluarga dan
 Klien
Novemb mengidentifik klien
mengatakan
er 2017 asi dan mengatakan
tidak ada
menguraikan merasa
keluhan yang
perasaannya terbantu
dirasakan .
 Bantu klien dengan
 Klien
memahami datangnya
mengatakan
perspektif perawat
mempraktekka
pasien n cara-cara kerumah
terhadap yang telah
O:
situasi stress diajarkan
dan kondisi perawat.  klien dan
yang keluarga
DO :
dialaminya tampak lebih
sekarang  Klien dan tenang
tidak akan keluarga tidak
A:
sembuh cemas lagi
dalam waktu dengan kondisi Masalah teratasi
singkat. klien
P:
 Dengarkan  Klien
dengan penuh mempraktekka Evaluasi
perhatian n cara yang Intervensi yang
 Evaluasi diajarkan sudah dilakukan
teknik perawat
relaksasi A:
nafas dalam
 membantu
untuk kontrol
klien
mengurangi
mengidentifika
kecemasan
si menguraikan
yang
perasaannya
dirasakan
 membantu
klien
memahami
perspektif
pasien terhadap
situasi stress
yang
dialaminya.
 mendengarkan
dengan penuh
perhatian
 mengevaluasi
teknik relaksasi
nafas dalam
untuk kontrol
rasa percaya
diri dan
mengurangi
kecemasan
yang dirasakan
klien.

R:

 klien mau
mengungkapka
n perasaannya
 klien mau
mempraktekka
n Tarik nafas
dalam untuk
mengurangi
kecemasan
yang dirasakan

2. Kamis 16.00 DS : S:
5 WIB  Anjurkan klien  Klien dan
 Klien dan
Novemb dan keluarga keluarga
keluarga
er 2017 untuk check mengatakan
mengatakan
up/kontrol akan
sudah tidak
kondisi klien melakukan
ke pelayanan khawatir dan kontrol ke
kesehatan takut lagi akan pelayanan
untuk komplikasi yg kesehatan
mengatasi bisa terjadi .
kondisi klien O:
DO :
dan mencegah  Klien dan
terjadinya  Klien keluarga
komplikasi mendengarkan tampak
lain . penjelasan mengerti
perawat. dengan
penjelasan
perawat.
A:
A:
 menganjurkan
Masalah teratasi
klien dan
P:
keluarga untuk
Evaluasi
check
intervensi yang
up/kontrol
sudah dilakukan.
kondisi klien
ke pelayanan
kesehatan
untuk
mengatasi
kondisi klien
dan mencegah
terjadinya
komplikasi
lain .

R:

 klien dan
keluarga sudah
mengerti apa
yang di
jelaskan
perawat
 klien dan
keluarga mau
mendengarkan
apa yang
disampaikan
perawat

3. Kamis 16.00 DS : S:
5 WIB  Jelaskan  Klien dan
 Keluarga
Novemb pada klien keluarga
dan klien
er 2017 tentang mengatakan
mengatakan
penyakitnya mengerti
mengerti
dan dengan
dengan
komplikasi kondisi klien
kondisi yang
yang bisa serta
dialami klien
terjadi. komplikasi
 Evaluasi cara DO : yang bias
klien terjadi.
 Klien
menggerakka
mendengark
n bagian O:
an
tubuh yang  Klien
penjelasan
mati rasa mempraktek
perawat.
(ROM) untuk kan cara
membantu yang
memperlanca diajarkan
r peredaran  Klien dan
darah agar keluarga
tidak terjadi A: mengerti
atrofi otot dengan
 Men jelaskan
 Anjurkan penjelasan
pada klien
klien dan perawat.
tentang
keluarga
penyakitnya
untuk check
dan komplikasi
up/kontrol A:
yang bisa
kondisi klien Masalah teratasi
terjadi.
ke pelayanan
 Mengevaluasi
kesehatan
cara klien
untuk P:
menggerakkan
mengatasi Evaluasi
bagian tubuh
kondisi klien intervensi yang
yang mati rasa
dan sudah dilakukan
(ROM) untuk
mencegah
membantu
terjadinya
memperlancar
komplikasi
peredaran
lain .
darah agar
tidak terjadi
atrofi otot
 Menganjurkan
klien dan
keluarga untuk
check
up/kontrol
kondisi klien
ke pelayanan
kesehatan
untuk
mengatasi
kondisi klien
dan mencegah
terjadinya
komplikasi lain

R:

 klien dan
keluarga
sudah
mengerti
apa yang di
jelaskan
perawat
 klien dan
keluarga
mau
mendengark
an apa yang
disampaikan
perawat
 klien
mempraktek
kan gerakan
(ROM) yang
diajarkan
perawat.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Ansietas masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa yang masih banyak
terjadi baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Ansietas
sendiri merupakan kekhawatiran atau keadaan emosional yang tidak jelas, berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak memiliki objek yang spesifik.

Tingkatan Ansietas :

a. Ansietas Ringan

b. Ansietas Sedang

c. Ansietas Berat

d. Tingkat Panik dari Ansietas

Patofisiologi :

a. Bayi/ anak-anak

b. Remaja

c. Dewasa

d. Lanjut usia

Faktor Predisposisi

- Dalam pandangan psikoanalisis

- Menurut pandangan interpersonal


- Menurut pandangan perilaku

- Kajian keluarga

- Sedangkan kajian biologis

Faktor Presipitasi

- Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik

- Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal

Saran

Ansietas merupakan gangguan kejiwaan berupa cemas yang tidak berobyek, sehingga
memerlukan pencegahan sedini mungkin pada tiap lapisan masyarakat. Langkah-langkah
pencegahan tersebut dapat berupa :

- Kurikulum pendidikan kesehatan jiwa pada tiap jenjang pendidikan

- Perbaikan pelayanan kesehatan jiwa pada di setiap lapisan institusi kesehatan

- Gaya hidup yang sehat :

- Makan makan yang bergizi dan seimbang.

- Tidur yang cukup.

- Cukup olahraga.

- Tidak merokok.

- Tidak meminum minuman keras.


DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th ed). Jakarta : EGC.

Tomb, D. A. (2001). Buku Saku Psikiatri (5th ed). Jakarta : EGC.

Townsend, M.C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatrik
:Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan (3rd ed). Jakarta : EGC.

Videbecek, S. L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Tomb, Davit A. (2003). Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai