Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KECEMASAN

Oleh: KELOMPOK 1 D III KEPERAWATAN

1. NI MADE DWI SURYANINGSIH P07120015089

2. ANAK AGUNG SRI KUSUMA YANTI P07120015098

3. PUTU SRI UTAMI DEVI P07120015107

4. I GUSTI AGUNG ADITYA DEWI P07120015116

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun sampaikan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas karunia Beliau penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Klien dengan Kecemasan” tepat pada waktunya. Makalah
ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa di jurusan DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar.

Karya tulis ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, maka dari itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu
(ibu harini) selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Jiwa dan juga
seluruh pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah
mendukung tersusunnya makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna


sehingga penyusun sangat mengharapkan apresiasi baik kritik maupun saran
untuk membenahi kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam makalah ini.

Denpasar, 6 September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................1
1.4. Manfaat Tulisan.........................................................................................2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA................................................................................................2
2.1. Konsep Dasar Penyakit............................................................................3
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.......................................................13
BAB III
PENUTUP..............................................................................................................38
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………. 38
3.2. Saran……………………………………………………………...…… 38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang
ilmu pengetahuan   dan   teknologi. Persaingan kelompok dan
individu  semakin ketat, dampak dari perubahan tersebut merupakan salah
satu stressor bagi individu, apabila seseorang tidak bisa bertahan dengan
perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor yang
berkepanjangan, koping individu yang tidak efektif menjadikan seseorang
mengalami gangguan secara psikologis. Menurut Organisasi kesehatan
dunia (WHO), bahwa 10% dari populasi mengalami gangguan jiwa, hal ini
didukung oleh laporan dari hasil studi bank dunia dan hasil survei Badan
Pusat Statistik yang melaporkan bahwa penyakit yang merupakan akibat
masalah kesehatan  jiwa  mencapai  8,1% yang merupakan angka tertinggi
dibanding prosentase penyakit lain.
Data riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa gangguan
mental emosional(depresi dan kecemasan) di alami oleh sekitar 11,6%
populasi usia  di atas 15 tahun sedangkan sekitar 0,48% populasi mengalami
gangguan jiwa berat atau psikosis (Depkes, 2012). Gangguan ansietas lebih
sering di alami oleh wanita individu berusia kurang dari 45 tahun, bercerai
atau berpisah, dan individu yang berasal dari status sosial – ekonomi rendah
(Videbeck. 2008)

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dan konsep dasar dari kecemasan/ansietas?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
kecemasan?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dan konsep dasar dari kecemasan/ansietas
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
kecemasan

1
1.4. Manfaat Tulisan
1.4.1. Secara Teoretis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada
mahasiswa keperawatan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan
kecemasan.
1.4.2. Secara Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai suatu pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan yang
nantinya ilmu tersebut dapat dipahami dan dipraktikkan langsung di
lingkungan masyarakat.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Ansietas merupakan keadaan ketika individu atau kelompok
mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem
saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas,
nonspesifik (Carpenito, 2007).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak percaya diri. Keadaan
emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Ansietas dialami secara
subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda
dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu
yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian
tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup,
tetapi tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan. (Stuart,
2007).
Ansietas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan
dengan sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam
mengatasi permasalahan (Asmadi, 2008).
Menurut Asmadi, 2008 ada beberapa teori yang menjelaskan
mengenai asal ansietas, teori tersebut antara lain:
a. Teori psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari

3
dua elemen tersebut dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
b. Teori interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga
dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti
kehilangan dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan
terhadap eksistensi diri oleh orang lain ataupun masyarakat akan
menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas. Namun bila
keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang
dan tidak cemas. Dengan demikian, ansietas berkaitan dengan
hubungan antara manusia.
c. Teori perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi.
Ketidakmampuan atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang
diinginkan akan menimbulkan keputusasaan. Keputusasaan yang
menyebabkan seseorang menjadi ansietas.

2. Rentang Respon Ansietas (Stuart, 2007)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

4
3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
1) Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik
emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan
superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif
seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma – norma budaya
seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua
elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan
takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan
interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan, sehingga menimbulkan
kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah
mengalami perkembangan ansietas yang berat.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi,
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam
kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan
lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas
merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu
mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma
neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama

5
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan
kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai
predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stressor.
b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 katagori :
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari - hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

4. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Gangguan perilaku : kecemasan Core Problem

Koping individu tak efektif

Stressor

6
5. Klasifikasi
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang
dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas.
Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan
yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan
membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons dari
ansietas ringan adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Ketegangan otot ringan
b) Sadar akan lingkungan
c) Rileks atau sedikit gelisah
d) Penuh perhatian
e) Rajin
2) Respon kognitif
a) Lapang persepsi luas
b) Terlihat tenang, percaya diri
c) Perasaan gagal sedikit
d) Waspada dan memperhatikan banyak hal
e) Mempertimbangkan informasi
f) Tingkat pembelajaran optimal
3) Respons emosional
a) Perilaku otomatis
b) Sedikit tidak sadar
c) Aktivitas menyendiri
d) Terstimulasi
e) Tenang

7
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau
agitasi. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah
sebagai berikut :
1) Respon fisik :
a) Ketegangan otot sedang
b) Tanda-tanda vital meningkat
c) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
d) Sering mondar-mandir, memukul tangan
e) Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
f) Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
g) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri
punggung
2) Respons kognitif
a) Lapang persepsi menurun
b) Tidak perhatian secara selektif
c) Fokus terhadap stimulus meningkat
d) Rentang perhatian menurun
e) Penyelesaian masalah menurun
f) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
3) Respons emosional
a) Tidak nyaman
b) Mudah tersinggung
c) Kepercayaan diri goyah
d) Tidak sabar
e) Gembira
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008),
respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :

8
1) Respons fisik
a) Ketegangan otot berat
b) Hiperventilasi
c) Kontak mata buruk
d) Pengeluaran keringat meningkat
e) Bicara cepat, nada suara tinggi
f) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
g) Rahang menegang, mengertakan gigi
h) Mondar-mandir, berteriak
i) Meremas tangan, gemetar
2) Respons kognitif
a) Lapang persepsi terbatas
b) Proses berpikir terpecah-pecah
c) Sulit berpikir
d) Penyelesaian masalah buruk
e) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
f) Hanya memerhatikan ancaman
g) Preokupasi dengan pikiran sendiri
h) Egosentris
3) Respons emosional
a) Sangat cemas
b) Agitasi
c) Takut
d) Bingung
e) Merasa tidak adekuat
f) Menarik diri
g) Penyangkalan
h) Ingin bebas
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun

9
dengan perintah. Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah
sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Flight, fight, atau freeze
b) Ketegangan otot sangat berat
c) Agitasi motorik kasar
d) Pupil dilatasi
e) Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
f) Tidak dapat tidur
g) Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
h) Wajah menyeringai, mulut ternganga
2) Respons kognitif
a) Persepsi sangat sempit
b) Pikiran tidak logis, terganggu
c) Kepribadian kacau
d) Tidak dapat menyelesaikan masalah
e) Fokus pada pikiran sendiri
f) Tidak rasional
g) Sulit memahami stimulus eksternal
h) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
3) Respon emosional
a) Merasa terbebani
b) Merasa tidak mampu, tidak berdaya
c) Lepas kendali
d) Mengamuk, putus asa
e) Marah, sangat takut
f) Mengharapkan hasil yang buruk
g) Kaget, takut
h) Lelah

10
6. Gejala Klinis
Keluhan (keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami
ansietas), antara lain sebagai berikut:
a. Cemas, khawatir, firasat, buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
d. Gangguan pola tidur, mimpi (mimpi yang menegangkan).
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
f. Keluhan (keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak napas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan
sebagainya.

7. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang ansietas yaitu:
a. Pemerikasaan laboratorium, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan fungsi adrenal, peningkatan glukosa dan menurunnya fungsi
paratiroid, tingkat oksigen dan kalsium.
b. Uji psikologis

8. Penatalaksanaan Medis

Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap


pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik,
psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :

a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :


1) Makan makan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Cukup olahraga.

11
4) Tidak merokok.
5) Tidak meminum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak
(limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat
anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi
bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya
ingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang
tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.

12
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
9. Komplikasi
a. Depresi
b. Somatoform
c. Skizofrenia Hibefrenik
d. Skizofrenia Simplek

2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut (Stuart,
2007) yaitu:
Identitas Klien
1) Initial :Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita daripada laki-
laki, karena wanita lebih mudah stress dibanding pria.
2) Umur : Toddler-lansia
3) Pekerjaan : Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar.
4) Pendidikan : Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang
rendah lebih rentan mengalami ansietas
b. Alasan Masuk
Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.
c. Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego.

13
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasan
takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk
mencapai tujuan yang diinginkan
4) Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya
terjadi dalam kelurga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih
antara gangguan ansietas dengan depresi
d. Fisik
Tanda Vital:
TD : Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
N : Menurun
S : Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi
tergantung respon individu dalam menangania ansietasnya
P : Pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik
terengah- engah
1) Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)
2) Keluhan Fisik : refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia,
tremor, kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan
lambat, kaki goyah.
Selain itu juga dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas
(Stuart, 2007):
B1 : Nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal
pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah.
B2 : Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin
pingsan, pingsan, TD ↓, denyut nadi ↓.
B3 : Refleks ↑, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor,
rigiditas, gelisah, wajah tegang.
B4 : Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.

14
B5 : Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman
pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati.
B6 : Lemah.

e. Psikososial:
Konsep diri:
1) Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor,
gelisah, keringat berlebihan.
2) Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta
terjadi pada seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
3) Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok /
masyarakat.
4) Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan
kecenderungan ke arah lokus eksternal dari keyakinan kontrol.
5) Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan
yang tidak rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.

Hubungan Sosial:
1) Orang yang berarti: keluarga
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan
dalam kegiaran kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan
menghindar dalam keluarga / kelompok / masyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +

Spiritual:
1) Nilai dan keyakinan
2) Kegiatan ibadah

f. Kebutuhan Persiapan Pulang


1) Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan,
keamanan, tempat tinggal, dan perawatan.

15
2) Kegiatan hidup sehari-hari:
3) Kurang mandiri tergantung tingkat ansietas
4) Perawatan diri
5) Nutrisi
6) Tidur

g. Mekanisme Koping
Adaptif (ansietas ringan) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan
panik). Menurut Stuart (2007). Individu menggunakan berbagai
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya, ketidakmampuan
mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Ansietas ringan sering ditanggulangi
tanpa pemikiran yang sadar, sedangkan ansietas berat dan sedang
menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntunan situasi stres
secara realistis
2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara
relative pada tingkat tidak sadar dan mencakup penipuan diri dan
distorsi realitas, mekanisme ini dapat menjadi repon maladaptif
terhadap stres.

h. Masalah Psikososial dan Lingkungan


1) Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang berperan dalam
kegiatan kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan
menghindar dalam keluarga/ kelompok/ masyarakat.
2) Masalah berhubungan dengan lingkungan: lingkungan dengan
tingkat stressor yang tinggi akan memicu timbulnya ansietas.

16
3) Masalah dengan pendidikan: seseorang yang pernah gagal dalam
menempuh pendidikan, tidak ada biaya untuk melanjutkan jenjang
pendidikan berikutnya.
4) Masalah dengan pekerjaan: mengalami PHK, target kerja tidak
tercapai.
5) Masalah dengan perumahan: pasien kehilangan tempat tinggalnya
karena bencana alam, pengusuran dan kebakaran.
6) Masalah ekonomi: pasien tidak mempunyai kemampuan finansial
dalam mencukupi kebutuhannya sehari-hari dan keluarganya.
7) Masalah dengan pelayanan kesehatan: kurang percaya dengan
petugas kesehatan.

i. Pengetahuan Kurang
Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor presipitasi,
koping, obat-obatan, dan masalah lain tentang ansietas

j. Aspek medik
Diagnosa Medik:
1) Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap
dua atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini
menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan tenang
(inability to relax)

2) Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:


Ketegangan Motorik:
a) Kedutan otot atau rasa gemetar
b) Otot tegang/kaku/pegel linu
c) Tidak bisa diam
d) Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik:
a) Nafas pendek/ terasa berat

17
b) Jantung berdebar-debar
c) Telapak tangan basah dingin
d) Mulut kering
e) Kepala pusing/rasa melayang
f) Mual, mencret, perut tidak enak
g) Muka panas/ badan menggigil
h) Buang air kecil lebih sering
i) Sukar menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang
a) Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
b) Mudah terkejut/kaget
c) Sulit konsentrasi pikiran
d) Sukar tidur
e) Mudah tersinggung
3) Hendaknya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi
dalam gejala: penurunan kemampuan bekerja, hubungan social, dan
melakukan kegiatan rutin.

2. Masalah Keperawatan
a. Ansietas
Masalah dan Data yang Perlu Dikaji

Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji


Ansietas DS:
1. Pasien menganggap dirinya
mudah gelisah dan tidak
berdaya

2. Pasien mengatakan takut


dan cemas
3. Pasien mengatakan susah
tidur

18
DO:
1. Pasien terlihat sering
melamun dan murung
2. Pasien cenderung
menyalahkan orang lain

3. Diagnosa Keperawatan
Ansietas

19
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEP.
Ansietas TUM Setelah diberikan asuhan 1. Ucapkan salam 1. Memberikan kesan yang positif
Pasien dapat mengontrol keperawatan selama 1 x 20 terapeutik pada awal pertemuan
bahkan bebas dari ansietas menit dalam 1 x pertemuan 2. Menumbuhkan sikap terbuka
diharapkan pasien 2. Berjabat tangan kepada pasien
TUK 1 menunjukkan tanda-tanda 3. Untuk menambah rasa percaya
Membina hubungan saling percaya dengan perawat 3. Perkenalkan identitas pasien terhadap perawat
percaya, dan mengenal dengan kriteria hasil : diri (nama lengkap, 4. Untuk saling mengenal dan
ansietas dan membantu a. Menjawab salam nama panggilan) menambah rasa saling percaya
pasien menjelaskan situasi b. Mau berjabat tangan 4. Tanyakan nama 5. Agar pasien belajar percaya
yang menimbulkan cemas. c. Mau menyebutkan lengkap pasien dan 6. Agar pasein lebih kooperatif
nama (identitas diri) nama panggilan yang 7. Untuk menumbukan sikap
d. Ekspresi wajah tenang disukai peduli dan antusias dalam
dan tersenyum kepada 5. Tunjukan sikap jujur berinteraksi dengan pasien
perawat. dan menepati janji 8. Dapat mengetahui kapan pasien
e. Ada kontak mata setiap interaksi dengan mengalami kecemasan.
f. Mau mengutarakan pasien 9. Ketika pasien telah mengenali

20
masalah yang sedang 6. Jelaskan tujuan tingkat ansietasnya dan
dihadapi pertemuan diharapkan pasien untuk
g. Pasien mampu 7. Dengarkan pernyataan mengelola penyebab
mengatakan kondisinya pasien dengan sikap ansietasnya
saat sedang cemas sabar empati dan lebih 10. Untuk menghindari atau
h. Mampu banyak memakai menekan hal-hal yang
mengidentifikasi atau bahasa non verbal. membuat atau memicu ansietas
mengetahui penyebab Misalnya: sentuhan, 11. Diharapkan pasien mampu
kecemasannya anggukan. melakukan perawatan untuk
i. Pasien mengetahui 8. Bantu pasien untuk memberikan perubahan pada
tentang perjalanan mengidentifikasi dan tingkat ansietas yang dialami.
penyakitnya mengutarakan 12. Untuk menjadikan
j. Pasien mampu perasaannya perbandingan dan pelajaran
menganalisis 9. Bantu pasien untuk cara menyikapi ansietas
pengalaman masa lalu menjelaskan kondisi
terhadap ansietas dan dan situasi yang
mengetahui akibat dari menimbulkan ansietas
ansietas bagi dirinya
10. Bantu pasien mengenal

21
penyebab ansietas dan
jelaskan pada pasien
mengenai penyakitnya
11. Kaitkan pengalaman
yang baru terjadi
dengan pengalaman
masa lalu yang relevan
12. Bantu pasien untuk
menyadari perilaku
akibat ansietas

Ansietas TUK 2 Setelah diberikan asuhan 1. Ajarkan pasien teknik 1. Bantuan teknik relaksasi
Pasien dapat meminimalisir keperawatan selama 1 x 15 relaksasi dengan dapat mengurangi tingkat
ansietas melalui teknik menit dalam 1 x pertemuan menggunakan teknik nafas ansietas kepada pasien.
relaksasi napas dalam dan diharapkan pasien dapat dalam untuk meningkatkan
mampu mempraktikkannya mengontrol kecemasan kontrol ansietas dan rasa
dengan relaksasi nafas dalam percaya diri
kriteria hasil: 2. Dorong pasien untuk 2. Teknik relaksasi sangat
1. Tingkat ansietas pasien menggunakan relaksasi penting diajarkan oleh perawat

22
berkurang napas dalam . agar pasien merasa nyaman
2. Pasien mampu mengulangi dengan kondisinya
teknik relaksasi nafas
dalam .

23
5. Implementasi
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Fokus intervensi pada pasien dengan respons ansietas menurut
tingkatannya, yaitu :
a. Intervensi dalam ansietas tingkat berat dan panik
b. Prioritas tertinggi dari tujuan keperawatan harus ditunjukkan untuk
menurunkan ansietas tingkat berat atau panik pasien dan intervensi
keperawatan yang berhubungan harus supportif dan protektif.
c. Intervensi dalam ansietas tingkat sedang
d. Saat ansietas pasien menurun sampai tingkat ringan atau sedang perawat
dapat mengimplementasikan intervensi keperawatan reedukatif atau
berorientasi pada pikiran
e. Intervensi ini melibatkan pasien dalam proses pemecahan masalah.

6. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi ini harus dilakukan terus menerus
pada respons ansietas pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Hal-hal yang perlu dievaluasi meliputi :
a. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau system diri pasien berkurang
dalam sifat, jumlah asal atau waktunya?
b. Apakah perilaku pasien mencerminkan ansietas tingkat ringan atau tingkat
yang lebih berat?
c. Apakah sumber koping pasien telah dikaji dan dikerahkan dengan adekuat?
d. Apakah pasien mengenali ansietasnya sendiri dan mempunyai pandangan
terhadap perasaan tersebut?
e. Apakah pasien menggunakan respon koping adaptif?
f. Sudahkan pasien belajar strategi adaptif baru untuk mengurangi kecemasan?
g. Apakah pasien menggunakan ansietas ringan untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perubahan personal?

23
CONTOH KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN KECEMASAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. S DENGAN ANSIETAS

1. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
1. Nama : Ny. S
2. Umur : 67 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMP
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Tgl. Pengkajian : 22 Mei 2014

II. KELUHAN UTAMA


Klien mengatakan cemas karena gula darahnya naik dan merasa
pusing.

III. PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


Predisposisi: klien mengatakan tidak ada gangguan jiwa dalam
keluarganya, pernah dirawat di rumah sakit beberapa hari karena
penyakit diabetesnya kambuh, klien mengatakan hubungan dengan
menantu dari anak pertama kurang baik.
Presipitasi: klien mengatakan akhir-akhir ini, kurang lebih satu
minggu, mempunyai banyak pikiran mengenai penyakitnya, makan
kurang teratur.

IV. FISIK
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Respiratory Rate : 18 x/mnt
Heart Rate : 96 x/mnt
Berat Badan : 63 kg
Gula Darah Sewaktu : 286
Keluhan fisik : Pusing, lemes.
Riwayat penyakit : Diabetes Mellitus kurang lebih selama 2
tahun

24
V. PSIKOSOSIAL
A. Genogram

Tn. W

Ny.
Tn. S
S

Tn. J Ny. Tn. N


W

Keterangan:
: Laki-laki Meninggal : Perempuan meninggal

: Laki-laki : Perempuan

: Klien, pengambil keputusan : Tinggal Serumah

: Cerai

B. Konsep Diri
1. Body Image
Klien mengatakan suka dengan semua anggota tubuhnya,
yang paling disukai adalah bagian mata.
2. Identitas diri
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah anak tunggal dan
bersyukur dilahirkan sebagai perempuan karena bisa
melahirkan anak.
3. Peran
Klien mengatakan tidak bekerja, ketika dirumah aktivitasnya
adalah mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
4. Ideal diri
Klien mengatakan walaupun punya penyakit gula tetapi
beliau ingin agar tetap sehat supaya dapat mengerjakan
pekerjaan rumah dan mengurus rumah dengan baik sehingga
tidak merepotkan anak-anaknya yang sudah berkeluarga.

25
Klien mengungkapkan bahwa semenjak usia bertambah ia
merasa mudah tersinggung, oleh karena itu ia memilih untuk
tinggal sendiri sehingga tidak ada perselisihan dengan
anaknya maupun menantunya. Adapun mengenai kematian,
beliau berharap bisa meninggal dengan tenang tanpa ada
kekambuhan penyakit.
5. Harga diri
Klien mengatakan ia memahami bahwa ia sudah lanjut usia
sehingga ia tidak bisa se-produktif dulu saat masih muda.

C. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti
Klien mengatakan saat ini orang yang berarti adalah anak
perempuannya yang sering memperhatikan beliau dan juga
cucu-cucunya.
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan cukup aktif mengikuti kegiatan seperti
pengajian, arisan RT yang diadakan satu bulan sekali.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan jarang berhubungan dengan tetangga
karena tetangganya sibuk bekerja dan kebanyakan pulang di
sore hari, hanya jika ada waktu yang benar-benar luang baru
bisa berkomunikasi dengan tetangga, kadang-kadang ada
anak kecil dari tetangga sebelah main ke rumahnya,
hubungan dengan tetangga cukup baik.
D. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan semua yang dimiliki adalah pemberian
dari Tuhan, maka beliau wajib mensyukuri apapun yang
terjadi dalam kehidupannya.
2. Kegiatan ibadah

26
Klien mengatakan sholat lima waktu dengan tekun serta
mengikuti pengajian yang diadakan di RT setempat.

VI. STATUS MENTAL


A. Penampilan
Klien Nampak rapi, baju bersih rambut diikat dengan rapi
B. Pembicaraan
Pembicaraan jelas dan mudah dimengerti.
C. Aktifitas motorik
Klien nampak cukup aktif beraktivitas ditandai dengan kondisi
rumah yang tertata rapi, klien tampak lemes.
D. Alam perasaan
Klien mengungkapkan rasa cemasnya karena gula darahnya yang
naik disertai dengan kepala pusing, klien merasa sedih.
E. Afek
Sesuai.
F. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif, terlihat sedikit cemas dan gelisah ditandai
dengan ekspresi wajah yang sedih.
G. Persepsi
Tidak ada gangguan persepsi.
H. Proses fikir
Tidak ada gangguan proses fikir.
I. Isi fikir
Tidak ada gangguan pada isi fikir
J. Waham
Tidak ada waham.
K. Tingkat kesadaran
Composmentis.
L. Memori

27
Memori masih baik, mampu menceritakan pengalaman masa
lalu.
M. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Konsentrasi dan berhitung masih baik.
N. Kemampuan penilaian
Klien dapat memilih pilihan yang diinginkan seperti misalnya
ketika sakit ia memilih periksa ke tenaga kesehatan dan
beristirahat terlebih dahulu daripada mengerjakan pekerjaan
rumah yang memberatkan.
O. Daya tilik diri
Klien tahu bahwa ia mengalami kecemasan terhadap kondisi
kesehatannya dan terkait komunikasi dengan anak-anaknya.

VII. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


A. Makan
Klien mengatakan makan tiga kali sehari dengan porsi nasi
sedikit yaitu satu centong, makan sayur dan daging porsi cukup.
Sebelum makan pasti minum obat diabetes.
B. BAB/BAK
BAK dalam satu hari kurang lebih 5 kali, BAB rutin 1 hari
sekali.
C. Istirahat Tidur
Klien mengatakan tidurnya sudah cukup nyenyak, tidur jam 9
malam, jam 12 malam bangun dan sholat, setelah itu tidur lagi
dan jam setengah 5 bangun pagi dan melakukan pekerjaan
rumah.

VIII. PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN


Klien mengatakan cukup teratur untuk kontrol di Petugas Kesehatan.
Setiap kali obat habis pasti kontrol kesehatan. Obat yang dikonsumsi
adalah glucobalamin, beliau tahu manfaat obat tersebut untuk

28
mengatur kadar insulin dalam darah. Klien rutin minum obat
sebelum makan.

IX. KEGIATAN SEHARI-HARI


A. Kegiatan di dalam rumah
Klien mengatakan menyiapkan makanan sendiri, beliau sudah
cukup memahami makanan mana yang di makan agar kadar gula
darah dalam tubuh bisa stabil, semua pekerjaan rumah dan
kebutuhan sehari-hari diatur sendiri, klien mendapatkan uang dari
anak-anaknya, terutama dari anak perempuannya.
B. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan belanja keperluan sehari-hari sendiri, apabila
bepergian naik kendaraan umum, menghadiri acara pengajian dan
arisan RT setempat.

X. MEKANISME KOPING
Klien mengatakan apabila ada permasalahan yang dihadapi, ia
melakukan refreshing dengan cara merawat tumbuhan yang
ditanaminya didepan rumah.

XI. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Klien mengatakan tidak begitu suka dengan menantunya dari anak
pertama, dulu beliau sempat pernah tinggal bersama dengan anak
pertamanya, tetapi beliau merasa tidak diperhatikan contohnya
memang benar beliau ditawari mau makan apa, setelah itu dibelikan
tetapi tidak diberitahukan kepada klien bahwa makanan itu adalah
miliknya, jadi beliau pernah sampai sore tidak makan, selain itu klien
mengatakan bahwa menantunya jarang mengajak komunikasi. Oleh
sebab-sebab seperti itu, beliau memutuskan untuk tinggal dirumah
sendiri saja agar tidak merepotkan anak-anaknya dan hatinya bisa
tenteram, karena beliau adalah orang yang mudah tersinggung.

29
Hubungan dengan tetangga tidak ada masalah yang berarti.

XII. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Klien mengatakan tidak tahu bagaimana cara mengurangi
kecemasan.

ANALISA DATA
No Data Masalah
1 DS: Ansietas berhubungan dengan
- Klien mengatakan cemas karena ancaman pada status kesehatan.
gula darahnya naik dan merasa
pusing.
- Klien mengatakan akhir-akhir
ini, kurang lebih satu minggu,
mempunyai banyak pikiran
mengenai penyakitnya.
DO:
- Tekanan Darah : 140/90
mmHg
- Gula Darah Sewaktu : 286
- Keluhan fisik : Pusing,
lemes.
- Skor Hars : kecemasan sedang
- Riwayat penyakit :
Diabetes Mellitus kurang lebih
selama 2 tahun

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
1 Ansietas pada lansia Health education (5510)
1. Kaji pengetahuan lansia mengenai
kecemasan.
2. Berikan pendidikan kesehatan mengenai
a. Tanda dan gejala psikis yang muncul
pada kecemasan
b. Tanda dan gejala fisik yang muncul pada
kecemasan
c. Cara menangani kecemasan dengan

30
- Nafas dalam
- Terapi SEFT
- Terapi Spiritual
Activity therapy: Senam Lansia

31
CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/Tanggal No Dx Implementasi Respon
1 Senin, 19Mei 1,2 1. Membina hubungan saling S:
2014 percaya.
2. Melakukan pengkajian - Klien mengatakan bersedia untuk diberikan asuhan
Pukul 13.00 WIB mengenai tingkat kecemasan keperawatan kesehatan mental.
klien. - Klien mengatakan belum tahu pasti cara untuk
mengontrol kecemasan
O:
- Klien kooperatif
- Skala hars menunjukkan pada kecemasan tingkat
sedang.
2 Selasa, 20 Mei 1,2 1. Melakukan pengkajian S :
2014 status mental dengan
SPSMQ - Klien menanyakan apakah tekanan darahnya normal
Pukul 14.30 WIB 2. Mengukur tanda-tanda vital atau tidak.
- Klien mengucapkan terima kasih.
O:
- Tanda-tanda vital : TD: 140/90 mmHg, HR: 96 x/mnt,
RR: 18 x/mnt.
- Pengkajjian SPSMQ menunjukkan bahwa status
mental klien masih dalam kondisi baik.

3 Minggu, 25 Mei 1,2 1. Terapi Aktivitas Kelompok S :


Lansia : Senam Lansia.

32
2014 2. Pendidikan kesehatan - Klien mengatakan lebih segar setelah melakukan
tentang Hipertensi dan Cara senam.
Pukul 08.10 WIB Mengatasi kecemasan - Klien mengatakan senang mengikuti senam karena
karena hipertensi: tarik
bisa berkumpul dengan warga lain.
nafas dalam dan diit
- Klien mengatakan akan menggunakan teknik nafas
Hipertensi.
dalam apabila kecemasan muncul.
O:
- Klien mengikuti senam lansia dan pendidikan
kesehatan sampai selesai.
- Klien terlihat antusias mendengarkan pendidikan
.kesehatan yang diberikan mahasiswa
- Klien juga aktif bertanya tentang keluhan mereka
masing-masing tentang Hipertensi dan kecemasan
yang dialaminya.
4 Rabu, 28 Mei 1 Memberikan pendidikan S :
2014 kesehatan tentang kecemasan
- Klien mengatakan akan melakukan terapi SEFT
dan terapi SEFT dan spiritual
Pukul 16.00 WIB setelah sembahyang di pagi hari disertai dengan doa.
untuk mengurangi kecemasan
O:
klien.
- Klien kooperatif.
- Klien tampak bisa melakukan terapi SEFT dengan
baik.
5 Jumat, 30 Mei 1,2 Terapi Aktivitas Kelompok S:
2014 Lansia :
- Klien mengatakan akan mengikuti senam selama bisa.

33
Pukul 08.00 WIB Senam Lansia. O:
- Senam lansia di lakukan di mushola dusun dan diikuti
oleh 34 orang lansia dan pra lansia dusun Gunung sari
- Klien terlihat antusias mengikuti gerakan senam yang
dicontohkan oleh mahasiswa
6 Jumat, 30 Mei 1,2 Pendidikan kesehatan tentang S :
2014 pentingnya kesehatan Mental.
- Klien mengatakan kesehatan mental itu sangat penting
Pukul 08.30 WIB mbak, tapi kadang melakukan cara untuk
meningkatkan kesehatan mental itu tidak mudah
karena kadang sering terhanyut dengan masalah yang
dihadapi.
O:
- Klien bersama lansia yang mengikuti senam lansia dan
pendidikan kesehatan sampai akhir dan tidak pulang
sebelum pendidikan kesehatan selesai.
- Klien terlihat antusias mendengarkan pendidikan
kesehatan yang diberikan mahasiswa
- Beberapa lansia juga aktif bertanya tentang keluhan
mereka masing-masing tentang stress atau kecemasan
yang mereka alami.
8 Selasa, 2 Juni 1 1. Mengevaluasi terapi S :
2014 spiritual dan SEFT untuk
menurunkan kecemasan. - Klien mengatakan dengan melakukan sembahyang dan
2. Mengukur tanda-tanda vital. SEFT ia merasakan lebih tenang, nyaman dan ikhlas.

34
Pukul 14.00 WIB 3. Melakukan pemeriksaan - Klien mengatakan akan melakukan terapi spiritual dan
gula darah. SEFT secara rutin.
2 4. Mengeksplore perasaan - Klien mengatakan sangat senang dengan adanya
1 klien.
keberadaan mahasiswa.
5. Memberikan pendidikan
- Klien mengatakan baru mengerti bahwa ada tahapan
kesehatan mengenai tumbuh
kembang psikososial pada tumbuh kembang psikososial lansia yang normal.
1,2 lansia. O:
- TTV: TD: 130/90 mmHg, HR: 98 x/mnt, RR: 19
2 x/mnt, GDS: 165
- Klien terlihat sangat memperhatikan dan antusias
mengenai pendidikan kesehatan tumbuh kembang
psikososial pada lansia.
9 Senin, 9 Juni 1,2 1. Melakukan pengukuran S :
2014 kembali skala kecemasan
dengan HARS. - Klien mengatakan bahwa sekarang kecemasannya
Pukul 16. 00 WIB 2. Mengukur tanda-tanda vital. sudah mulai terkontrol cukup baik dan merasa lebih
3. Mengukur gula darah. rileks.
4. Mengevaluasi terapi - Klien mengatakan mencapatkan manfaat dari terapi
spiritual dan SEFT. tersebut.
- Klien mengatakan senang karena kadar gula darah
sudah berangsur turun.
O:
- Berdasarkan pengkajian kecemasan dengan HARS
mendapatkan hasil tidak ada kecemasan.

35
- TTV: TD: 130/80 mmHg, HR: 88 x/mnt, RR: 18
x/mnt, GDS: 142

36
EVALUASI
No Diagnosa Evaluasi Sumatif
1 Ansietas berhubungan S:
dengan ancaman pada status - Klien mengatakan bahwa sekarang
kesehatan. kecemasannya sudah mulai terkontrol cukup
baik dan merasa lebih rileks.
- Klien mengatakan mencapatkan manfaat dari
terapi tersebut.
- Klien mengatakan senang karena kadar gula
darah sudah berangsur turun.
- Klien mengatakan dengan melakukan
sembahyang dan SEFT ia merasakan lebih
tenang, nyaman dan ikhlas.
- Klien mengatakan akan melakukan terapi
spiritual dan SEFT secara rutin.
- Klien mengatakan sangat senang dengan adanya
keberadaan mahasiswa.
O:
- Berdasarkan pengkajian kecemasan dengan
HARS mendapatkan hasil tidak ada kecemasan.
- TTV: TD: 130/80 mmHg, HR: 88 x/mnt, RR:
18 x/mnt, GDS: 142
- Klien kooperatif, klien tampak lebih rileks.
A:
Masalah ansietas teratasi.
P:
- Lanjutkan penggunaan terapi spiritual, nafas dalam
dan SEFT untuk mengurangi kecemasan.
- Kontrol diit diabetes mellitus.

37
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Ansietas merupakan keadaan ketika individu atau kelompok
mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem
saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas,
nonspesifik (Carpenito, 2007). Menurut Peplau (dalam Videbeck,
2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu
ringan, sedang, berat dan panik.
2. Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut
(Stuart, 2007) yaitu: identitas klien, alasan masuk, faktor
predisposisi, fisik, respon fisik (B6), psikososial, hubungan social,
spiritual, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah
psikososial dan lingkungan, pengetahuan kurang, aspek medic.
Setelah pengkajian, dilanjutkan dengan diagnose keperawatan,
intervensi, implementasi, serta evaluasi.

3.2. Saran
Dengan penyusunan makalah ini, semoga bermanfaat bagi para
pembaca khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Penyusun berharap agar
para pembaca dapat lebih memahami mengenai asuhan keperawatan pada
klien dengan kecemasan yang sangat penting diketahui demi
memperdalam wawasan dalam mata kuliah Keperawatan Jiwa sehingga
ilmu yang didapatkan dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

38
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC


Carpenito-Moyet, L. J.2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10.
Jakarta: EGC
Direja Surya, Herman Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Hawari, Dadang.2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : FK
Universitas Indonesia
Nanda Internasional.2012.Diagnosis Keperawatan 2012-2014. EGC : Jakarta.
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC
Yusuf,Ah,dkk.2015.Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta:Salemba
Medika
40

Anda mungkin juga menyukai