DI SUSUN OLEH :
(201903063)
TAHUN AJARAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga “Ansietas” dapat terselesaikan
dengan baik. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua yang selalu mendoakan saya
2. Dr. Lilik Ma’rifatul Azizah.,M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah.
201903063
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena
kecemasan sangat dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang
mengancam. Namun ketika kecemasan terjadi terus-menerus, tidak rasional
dan intensitasnya meningkat, maka kecemasan dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari dan disebut sebagai gangguan kecemasan (ADAA, 2010). Bahkan
pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan kecemasan juga
merupakan suatu komorbiditas (Luana, et al., 2012).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari ansietas?
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Kecemasan adalah emosi, perasaan yang timbul sebagai respon awal
terhadap stress psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti
individu. Kecemasan sering digambarkan sebagai perasaan yang tidak pasti,
ragu-ragu, tidak berdaya, gelisah, kekhawatiran, tidak tentram yang sering
disertai keluhan fisik.
Cemas berbeda dengan takut merupakan penilaian intelektual
terhadap stimulasi dan objek jelas, sedangkan cemas merupakan respon
emosional terhadap penilaian. Menurut Sigmund Freud kecemasan
meruupakan ketegangan dalam diri sendiri tanpa objek yang jelas, objek
tidak disadari dan berkaitan dengan kehilangan Self image. Kecemasan
timbul karena ancaman terhadap self image/ esteem oleh orang yang
terdekat. Pada dewasa oleh karena prestige dan martabat diri terhadap
ancaman dari orang lain. Menurut Cook and Fontaine kecemasan adalah
perasaan tidak nyaman yang terjadi sebagai respon pada takut terjadi
perlukaan tubuh atas kehilangan sesuatu yang bernilai.
Kecemasan merupakan kekuatan yang memperngaruhi hubungan
interpersonal, suatu respon terhadap bahaya yang tidak diketahui yang
muncul bila ada hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan. Kecemasan
dapat sebagai alarm tubuh untuk melindungi diri, dikomunikasikan secara
interpersonal dan merupakan tanda ancaman yang dapat berhubungan
dengan isolasi, kehilangan, gangguan identitas, hukuman dan hubungan
interpersonal.
Ansietas merupakan perasaan ketakutan yang tidak dapat dijelaskan
dan merupakan respon terhadap stimulus internal dan eksternal yang
memiliki tanda dan gejala perilaku afektif, kognitif, dan fisik. Ansietas
merupakan suatu respons emosional sebagai antisipasi terhadap bahaya
(Towsend, 2009).
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifikk atau tidak
diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
yang berbahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu
untuk bertindak menghadapi ancaman (Nanda, 2010:281)
B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma –
norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi
hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti
perpisahan dan kehilangan, sehingga menimbulkan kelemahan spesifik.
Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
c. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi, yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran
meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya
dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan
ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal
yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu
telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai
dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stressor.
2. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau
eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari - hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
Koping individu
tidak efektif
Stresor
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik,
psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak
(limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat
anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi
bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya
ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang
tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
H. Komplikasi
1. Depresi
2. Somatoform
3. Skizofrenia Hibefrenik
4. Skizofrenia Simplek
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut (Stuart,
2007) yaitu:
Identitas Klien
a. Initial : Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita dari pada laki-
laki, karena wanita lebih mudah stress dibanding pria.
b. Umur : Toddler - lansia
c. Pekerjaan: Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar.
d. Pendidikan: Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah
lebih rentan mengalami ansietas
2. Alasan Masuk
Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.
3. Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasan
takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk
mencapai tujuan yang diinginkan
4) Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya
terjadi dalam kelurga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih
antara gangguan ansietas dengan depresi
4. Fisik
Tanda Vital:
TD : Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
N : Menurun
S : Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi
tergantung respon individu dalam menangania ansietasnya
P : Pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa
tercekik terengah- engah
1) Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)
2) Keluhan Fisik : refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia,
tremor, kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan
lambat, kaki goyah.
Selain itu juga dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas
(Stuart, 2007) :
5. Psikososial:
Konsep diri:
a. Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor,
gelisah, keringat berlebihan.
b. Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta
terjadi pada seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
c. Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga/ kelompok/
masyarakat.
d. Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan
kecenderungan ke arah lokus eksternal dari keyakinan kontrol.
e. Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan
yang tidak rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian
tertentu.
Hubungan Sosial:
a. Orang yang berarti: keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat: kurang
berperan dalam kegiaran kelompok atau masyarakat serta menarik
diri dan menghindar dalam keluarga /kelompok /masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +
Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan
b. Kegiatan ibadah
6. Status Mental:
a. Penampilan : pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik
biasanya penampilannya tidak rapi.
b. Pembicaraan : bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang
keras.
c. Aktivitas motorik : lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.
d. Alam perasaan : sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.
e. Afek : labil
f. Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung
dan mudah curiga, kontak mata kurang.
g. Persepsi : berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak
mampu menyelesaikan masalah.
h. Proses pikir : persevarsi
i. Isi pikir : obsesi, phobia dan depersonalisasi
j. Tingkat kesadaran : bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap
waktu, tempat dan orang (ansietas berat)
k. Memori : pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif
Disorder) akan terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai
gangguan daya ingat jangka pendek.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung : tidak mampu berkonsentrasi
m. Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan
n. Daya titik diri : menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan
orang lain/ lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan,
keamanan, tempat tinggal, dan perawatan.
b. Kegiatan hidup sehari-hari:
c. Kurang mandiri tergantung tingkat ansietas
d. Perawatan diri
e. Nutrisi
f. Tidur
8. Mekanisme Koping
Adaptif (ansietas ringan) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan
panik). Menurut Stuart (2007). Individu menggunakan berbagai
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya, ketidakmampuan
mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Ansietas ringan sering ditanggulangi
tanpa pemikiran yang sadar, sedangkan ansietas berat dan sedang
menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntunan situasi stres
secara realistis
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara
relative pada tingkat tidak sadar dan mencakup penipuan diri dan
distorsi realitas, mekanisme ini dapat menjadi repon maladaptif
terhadap stres.
C. PATHWAY
Koping individu
tidak efektif
Stresor
D. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas
b. Koping individu infektif
c. Resiko cidera diri
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional
Keperawat
an Tujuan Kriteria Evaluasi
Ansietas TUM:
Mengatasi
gangguan
ansietas
klien
Ansietas TUK 1 Ekspresi wajah Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling percaya
bersahabat, mengungkapkan prinsip komunikasi merupakan dasar untuk kelancaran
menunjukkan rasa terapeutik : hubungan interaksi selanjutnya
Klien dapat 1) Mengucapkan salam terapeutik
senang,
menjalin dan
ada kontak mata, 2) Berjabat tangan
membina
mau berjabat tangan, 3) Menjelaskan tujuan interaksi
hubungan
saling mau menyebutkan 4) Mempakat kontrak (topik, waktu,
percaya nama, tempat, tujuan) setiap kali bertemu
mau menjawab salam, pasien
klien mau duduk
berdampingan dengan
perawat
mau mengutarakan
masalah yang
dihadapi
TUK 2 Klien mengerti 1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi Mengenali keadaan yang dapat
penyebab dari dan menguraikan perasaannya menyebabkan munculnya
ansietas 2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang ansietas
Membantu
menimpaklkanansietas
pasien
mengenal 3) Bantu pasien mengenal penyebab
ansietas ansietas
4) Bantu pasien menyadari perilaku akibat
ansietas
5) Mengajarkan pasien teknik relaksasi
untuk meningkatkan kontrol dan
rasapercaya diri : pengalihan situasi
- Pengertian kecemasan
- Tanda dan gejala kecemasan
- Penyebab kecemasan
e. Latih keluarga cara merawat klien dengan kecemasan
6. SP 9 Keluarga
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
7. SP 10 Keluarga
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
Nama pasien :
Ruangan :
Petunjuk pengisian
1. Beri tanda ( V ) jika pasien mampu melakukan kemampuan dibawah ini
2. Tulis tanggal setiap dilakukan supervise
No Kemampuan Tanggal
A Pasien
1 Menyebutkan penyebab ansietas, tanda dan
gejala, dan penyebab timbulnya kecemasan
2 Mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi
untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya
diri :Tarik nafas panjang
3 Mampu mendemonstrasikan teknik dikstraksi
untuk meningkatkan kontrol diri dan
mengurangi kecemasan; melakukan hal yang
klien sukai
4 Mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi
hipnotis 5 jari
5 Mendiskusikan mengenai jadwal harian yang
akan dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan untuk mengurangi kecemasan.
6 Mendiskusikan mengenai perasaan yang
membuatnya cemas
B Keluarga
1 Mendiskusikan pentingnya peran keluarga
sebagai pendukung untuk mengatasi kecemasan
2 Menyebutkan tiga cara merawat pasien ansietas
(memberikan pujian, menyediakan fasilitas
untuk pasien, dan melatih pasien melakukan
kemampuan
3 Mampu mempraktekkan cara merawat pasien
4 Melakukan follow up sesuai rujukan
DAFTAR PUSTAKA