Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS ANSIETAS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa Psikososial

Dosen: Dr. Lilik Ma’rifatul Azizah.,M.Kes

DI SUSUN OLEH :

MARISTANNA MILLATAL HAQ

(201903063)

PRODI PROFESI NERS

STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO

TAHUN AJARAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga “Ansietas” dapat terselesaikan
dengan baik. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua yang selalu mendoakan saya
2. Dr. Lilik Ma’rifatul Azizah.,M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah.

Saya menyadari bahwa Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan


Jiwa Psikososial ini terdapat berbagai kekurangan, maka dari itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat saya butuhkan untuk perbaikan selanjutnya.

Saya berharap semoga Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan


Jiwa Psikososial ini dapat bermanfaat, khususnya bagi saya dan mahasiswa
STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto.

Saya mengucapkan terimakasih dan wassalamualaikum wr.wb

Mojokerto, Juli 2020

Maristanna Millatal Haq

201903063
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena
kecemasan sangat dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang
mengancam. Namun ketika kecemasan terjadi terus-menerus, tidak rasional
dan intensitasnya meningkat, maka kecemasan dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari dan disebut sebagai gangguan kecemasan (ADAA, 2010). Bahkan
pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan kecemasan juga
merupakan suatu komorbiditas (Luana, et al., 2012).

Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang umum


dengan prevalensi seumur hidup yaitu 16%-29% (Katz, et al., 2013).
Dilaporkan bahwa perkiraan gangguan kecemasan pada dewasa muda di
Amerika adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42 juta orang hidup dengan
gangguan kecemasan, seperti gangguan panik, gangguan obsesiv-kompulsif,
gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan umum dan fobia
(Duckworth, 2013). Sedangkan gangguan kecemasan terkait jenis kelamin
dilaporkan bahwa prevalensi gangguan kecemasan seumur hidup pada wanita
sebesar 60% lebih tinggi dibandingkan pria (NIMH dalam Donner & Lowry,
2013).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari ansietas?

2. Bagaimana etiologi ansietas?

3. Apa saja tanda dan gejala dari ansietas?

4. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien ansietas


C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari ansietas

2. Untuk mengetahui etiologi dari ansietas

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari ansietas

4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien ansietas


BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Kecemasan adalah emosi, perasaan yang timbul sebagai respon awal
terhadap stress psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti
individu. Kecemasan sering digambarkan sebagai perasaan yang tidak pasti,
ragu-ragu, tidak berdaya, gelisah, kekhawatiran, tidak tentram yang sering
disertai keluhan fisik.
Cemas berbeda dengan takut merupakan penilaian intelektual
terhadap stimulasi dan objek jelas, sedangkan cemas merupakan respon
emosional terhadap penilaian. Menurut Sigmund Freud kecemasan
meruupakan ketegangan dalam diri sendiri tanpa objek yang jelas, objek
tidak disadari dan berkaitan dengan kehilangan Self image. Kecemasan
timbul karena ancaman terhadap self image/ esteem oleh orang yang
terdekat. Pada dewasa oleh karena prestige dan martabat diri terhadap
ancaman dari orang lain. Menurut Cook and Fontaine kecemasan adalah
perasaan tidak nyaman yang terjadi sebagai respon pada takut terjadi
perlukaan tubuh atas kehilangan sesuatu yang bernilai.
Kecemasan merupakan kekuatan yang memperngaruhi hubungan
interpersonal, suatu respon terhadap bahaya yang tidak diketahui yang
muncul bila ada hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan. Kecemasan
dapat sebagai alarm tubuh untuk melindungi diri, dikomunikasikan secara
interpersonal dan merupakan tanda ancaman yang dapat berhubungan
dengan isolasi, kehilangan, gangguan identitas, hukuman dan hubungan
interpersonal.
Ansietas merupakan perasaan ketakutan yang tidak dapat dijelaskan
dan merupakan respon terhadap stimulus internal dan eksternal yang
memiliki tanda dan gejala perilaku afektif, kognitif, dan fisik. Ansietas
merupakan suatu respons emosional sebagai antisipasi terhadap bahaya
(Towsend, 2009).
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifikk atau tidak
diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
yang berbahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu
untuk bertindak menghadapi ancaman (Nanda, 2010:281)

B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma –
norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi
hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti
perpisahan dan kehilangan, sehingga menimbulkan kelemahan spesifik.
Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
c. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi, yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran
meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya
dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan
ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal
yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu
telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai
dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stressor.
2. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau
eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari - hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

C. RENTANG RESPON ANSIETAS


Rentang kecemasan berfluktuasi antara respon adaptif antisipasi dan
yang maladaptive yaitu panic.
Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panic


1. Antisipasi : Suatu keadaan yang digambarkan lapangan
persepsi menyatu dengan lingkungan.
2. Cemas Ringan : Pengindraan lebih tajam dan menyiapkan diri
untuk bertindak.
3. Cemas Sedang : Keadaan lebih waspada dan lebih tegang,
lapangan persepsi menyempit dan tidak mampu memusatkan pada
factor/ peristiwa yang penting baginya.
4. Cemas Berat : Lapangan persepsi sangat sempit, berpusat pada
detail yang kecil, tidak memikirkan yang luas, tidak mampu membuat
kaitan dan tidak mampu menyelesaikan masalah.
5. Panic : Persepsi menyimpang, sangat kacau tidak
terkontrol, berpikir tidak teratur, perilaku tidak tepat dan agitasi/
hiperaktif.

D. KARAKTERISTIK TINGKAT KECEMASAN


1. Cemas ringan
a. Tingkah laku
 Duduk dengan tenang, posisi relaks
 Isi pembicaraan tepat dan normal
b. Afektif
 Kurang perhatian
 Nyaman dan aman
c. Kognitif
 Mampu konsentasi
d. Fisiologis
 Nafas pendek
 Nadi meningkat
 Gejala ringan pada lambung
2. Cemas Sedang
a. Tingkah laku
 Tremor halus pada tangan
 Tidak dapat duduk dengan tenang
 Banyak bicara dan intonasi cepat
 Tekanan suara meningkat secara intermenitten.
b. Afektif
 Perhatian dengan apa yang terjadi
 Khawatir, nervous
c. Kognitif
 Lapangan persepsi menyempit
 Kurang mampu memusatkan perhatian pada factor yang penting
 Kurang sadar pada detail disekitar yang berkaitan
d. Fisiologis
 Nafas pendek
 HR meningkat
 Mulut kering
 Anoreksia
 Diare, konstipasi
 Tidak mampu relaks
 Susah tidur
3. Cemas berat
a. Tingkah laku
 Pergerakan menyentak saat gunakan tangan
 Banyak bicara
 Kecepatan bicara meningkat
 Tekanan meninngkat, vollume suara keras
b. Afektif
 Tidak adekuat, tidak aman
 Merasa tidak berguna
 Takut terhadap apa yang nakan terjadi
 Emosi masih dapat dikontrol
c. Kognitif
 Lapangan persepsi sangat sempit
 Tidak mampu membuat kaitan
 Tidak mampu membuat masalah secara luas
d. Fisiologis
 Nafas pendek
 Nausea
 Gelisah
 Respon terkejut berlebihan
 Ekspresi ketakutan
 Badan bergetar
4. Panic
a. Tingkah laku
 Tidak mampu mengendalikan motorik
 Kasar
 Aktifitas yang dilakukan tidak bertujuan
 Pembicaraan sulit dimengerti
 Suara melengking, berteriak
b. Afektif
 Merasa kaget, terjebak, ditakuti, teroro
c. Kognitif
 Persepi menyempit
 Berpikir tidak teratur
 Sulit membuat keputusan atau penilaian
d. Fisiologis
 Nafas pendek
 Rasa tercekik/ tersumbat
 Nyeri dada
 Gerak involunter
 Tubuh bergetar
 Ekspresi wajah mengerikian
E. TANDA GEJALA KECEMASAN
1. Respon Fisiologis
a. Kardiovaskuler
 Palpitasi
 Jantung berdebar
 Tekanan darah meningkat
 Rasa mau pingsan
 Tekanan darah menurun, nadi menurun
b. Respirasi
 Nadi cepat
 Pernafasan dangkal
 Rasa tertekan pada dada dan tercekik
 Terengah-engah
c. Neuromuskuler
 Peningkatan refleks
 Peningkatan rangsangan kejut
 Mata berkedip-kedip
 Insomnia
 Gelisah
 Wajah tegang
 Kelemahan secara umum
d. Gastrointestinal
 Kehilangan nafsu makan
 Menolak makan
 Rasa tidak nyaman pada abdomen
 Rasa tidak nyaman pada epigastrium
 Neusea, diare
e. Saluran kemih
 Tidak dapat menahan BAK
 Nyeri saat BAK
f. Integumen
 Rasa terbakar pada wajah
 Berkeringat setempat (telapak tangan)
 Gatal-gatal
 Perasaan panas dan dingin pada kulit
 Muka pucat
 Berkeringat seluruh tubuh
2. Respon Perilaku
 Gelisah
 Ketegangan fisik
 Tremor
 Gugup
 Bicara cepat
 Tidak ada koordinasi
 Kecenderungan mendapat cidera
 Menarik diri
 Menghindar
 Hiperventilasi
 Melarikan diri dari masalah
3. Respon Kognitif
 Perhatian terganggu
 Konsentrasi hilang
 Pelupa
 Salah penilaian
 Blocking
 Menurunnya lahan persepsi
 Kreatifitas menurun
 Produktifitas menurun
 Bingung
 Sangat waspada
 Hilang objektifitas
 Takut kecelakaan dan mati
4. Respon Afektif
 Mudah terganggu
 Tidak sabar
 Tegang
 Takut berlebihan
 Teror
 Gugup yang luar bisa
 Nervous
F. PATHWAY
Resiko mencedarai diri, orang
lain dan lingkungan

Gangguan perilaku : Core Problem


Kecemasan

Koping individu
tidak efektif

Stresor

G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik,
psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak
(limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat
anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi
bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya
ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang
tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
H. Komplikasi
1. Depresi
2. Somatoform
3. Skizofrenia Hibefrenik
4. Skizofrenia Simplek
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut (Stuart,
2007) yaitu:
Identitas Klien
a. Initial : Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita dari pada laki-
laki, karena wanita lebih mudah stress dibanding pria.
b. Umur : Toddler - lansia
c. Pekerjaan: Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar.
d. Pendidikan: Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah
lebih rentan mengalami ansietas
2. Alasan Masuk
Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.
3. Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasan
takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk
mencapai tujuan yang diinginkan
4) Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya
terjadi dalam kelurga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih
antara gangguan ansietas dengan depresi
4. Fisik
Tanda Vital:
TD : Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
N : Menurun
S : Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi
tergantung respon individu dalam menangania ansietasnya
P : Pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa
tercekik terengah- engah
1) Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)
2) Keluhan Fisik : refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia,
tremor, kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan
lambat, kaki goyah.
Selain itu juga dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas
(Stuart, 2007) :
5. Psikososial:
Konsep diri:
a. Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor,
gelisah, keringat berlebihan.
b. Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta
terjadi pada seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
c. Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga/ kelompok/
masyarakat.
d. Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan
kecenderungan ke arah lokus eksternal dari keyakinan kontrol.
e. Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan
yang tidak rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian
tertentu.
Hubungan Sosial:
a. Orang yang berarti: keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat: kurang
berperan dalam kegiaran kelompok atau masyarakat serta menarik
diri dan menghindar dalam keluarga /kelompok /masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +
Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan
b. Kegiatan ibadah
6. Status Mental:
a. Penampilan : pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik
biasanya penampilannya tidak rapi.
b. Pembicaraan : bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang
keras.
c. Aktivitas motorik : lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.
d. Alam perasaan : sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.
e. Afek : labil
f. Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung
dan mudah curiga, kontak mata kurang.
g. Persepsi : berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak
mampu menyelesaikan masalah.
h. Proses pikir : persevarsi
i. Isi pikir : obsesi, phobia dan depersonalisasi
j. Tingkat kesadaran : bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap
waktu, tempat dan orang (ansietas berat)
k. Memori : pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif
Disorder) akan terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai
gangguan daya ingat jangka pendek.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung : tidak mampu berkonsentrasi
m. Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan
n. Daya titik diri : menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan
orang lain/ lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan,
keamanan, tempat tinggal, dan perawatan.
b. Kegiatan hidup sehari-hari:
c. Kurang mandiri tergantung tingkat ansietas
d. Perawatan diri
e. Nutrisi
f. Tidur
8. Mekanisme Koping
Adaptif (ansietas ringan) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan
panik). Menurut Stuart (2007). Individu menggunakan berbagai
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya, ketidakmampuan
mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Ansietas ringan sering ditanggulangi
tanpa pemikiran yang sadar, sedangkan ansietas berat dan sedang
menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntunan situasi stres
secara realistis
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara
relative pada tingkat tidak sadar dan mencakup penipuan diri dan
distorsi realitas, mekanisme ini dapat menjadi repon maladaptif
terhadap stres.

9. Masalah Psikososial dan Lingkungan


a. Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang berperan dalam
kegiatan kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan
menghindar dalam keluarga/ kelompok/ masyarakat.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan: lingkungan dengan
tingkat stressor yang tinggi akan memicu timbulnya ansietas.
c. Masalah dengan pendidikan: seseorang yang pernah gagal dalam
menempuh pendidikan, tidak ada biaya untuk melanjutkan jenjang
pendidikan berikutnya.
d. Masalah dengan pekerjaan: mengalami PHK, target kerja tidak
tercapai.
e. Masalah dengan perumahan: pasien kehilangan tempat tinggalnya
karena bencana alam, pengusuran dan kebakaran.
f. Masalah ekonomi: pasien tidak mempunyai kemampuan finansial
dalam mencukupi kebutuhannya sehari-hari dan keluarganya.
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan: kurang percaya dengan
petugas kesehatan.
10. Pengetahuan Kurang
Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor presipitasi,
koping, obat-obatan, dan masalah lain tentang ansietas
11. Aspek medik
Diagnosa Medik:
a. Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap
dua atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini
menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan tenang
(inability to relax)
b. Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
Ketegangan Motorik:
1) Kedutan otot atau rasa gemetar
2) Otot tegang/kaku/pegel linu
3) Tidak bisa diam
4) Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik:
1) Nafas pendek/ terasa berat
2) Jantung berdebar-debar
3) Telapak tangan basah dingin
4) Mulut kering
5) Kepala pusing/rasa melayang
6) Mual, mencret, perut tidak enak
7) Muka panas/ badan menggigil
8) Buang air kecil lebih sering
9) Sukar menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang
a) Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
b) Mudah terkejut/kaget
c) Sulit konsentrasi pikiran
d) Sukar tidur
e) Mudah tersinggung
B. ANALISA
Masalah Keperawatan Data
Ansietas DS:
1. Pasien menganggap dirinya mudah
gelisah dan tidak berdaya

2. Pasien mengatakan takut dan cemas


3. Pasien mengatakan susah tidur
DO:
1. Pasien terlihat sering melamun dan
murung
2. Pasien cenderung menyalahkan
orang lain

C. PATHWAY

Resiko mencedarai diri, orang


lain dan lingkungan

Gangguan perilaku : Core Problem


Kecemasan

Koping individu
tidak efektif

Stresor

D. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas
b. Koping individu infektif
c. Resiko cidera diri
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional
Keperawat
an Tujuan Kriteria Evaluasi

Ansietas TUM:
Mengatasi
gangguan
ansietas
klien
Ansietas TUK 1  Ekspresi wajah Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling percaya
bersahabat, mengungkapkan prinsip komunikasi merupakan dasar untuk kelancaran
 menunjukkan rasa terapeutik : hubungan interaksi selanjutnya
Klien dapat 1) Mengucapkan salam terapeutik
senang,
menjalin dan
 ada kontak mata, 2) Berjabat tangan
membina
 mau berjabat tangan, 3) Menjelaskan tujuan interaksi
hubungan
saling  mau menyebutkan 4) Mempakat kontrak (topik, waktu,
percaya nama, tempat, tujuan) setiap kali bertemu
 mau menjawab salam, pasien
 klien mau duduk
berdampingan dengan
perawat
 mau mengutarakan
masalah yang
dihadapi
TUK 2  Klien mengerti 1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi Mengenali keadaan yang dapat
penyebab dari dan menguraikan perasaannya menyebabkan munculnya
ansietas 2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang ansietas
Membantu
menimpaklkanansietas
pasien
mengenal 3) Bantu pasien mengenal penyebab
ansietas ansietas
4) Bantu pasien menyadari perilaku akibat
ansietas
5) Mengajarkan pasien teknik relaksasi
untuk meningkatkan kontrol dan
rasapercaya diri : pengalihan situasi

TUK 3  Klien 1. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan


dapat Dengan relaksasi dapat
lebih tenang penggunaan teknik sebelimnya menjadikan perasaan klien lebih
2. Monitoapi respon terhadap terapi tenang
Tingkatkan
relaxsasi
relaxsasi
3. Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman
4. Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknih relaksasi
5. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
jenis relaksai (nafas dalam)
6. Demostrasi dan latih teknik relaksasi
TUK 4  Klien mampu 1. Mendiskusikan mengenai jadwal harian Dengan menggali kemampuan
Melatih mempertahank yang akan dilakukan untuk positif klien untuk dapat
mekanisme an aspek yang meningkatkan kemampuan untuk mengurangi kecemasan
positif mengurangi kecemasan.
koping adaptif 2. Beri motivasi klien untuk melakukan
kegiatan sesuai jadwal yang terlah
dibuat.
3. Memberi reinforcement positif
TUK 5  Klien dapat 1. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan Untuk mengadopsi respons
Klien dapat mengungkapk menguraikan perasaannya koping yang baru, pasien
mengidenfik an perasaan 2. Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pertama kali harus menyadari
asi dan yang klien perasaan dan mengatasi
dirasakan 3. Gunakan pertanyaan terbuka untuk penyangkalan dan resistens
menggambar mengalihkan dari topik yang mengancam yang disadari atau tidak disadari
kan perasaan ke hal yang berkaitan dengan konflik
tentang 4. Gunakan konsultasi
ansietas
TUK 6  Klien mampu 1. Mendiskusikan pentingnya peran Perhatian keluarga dan
melakukan apa keluarga sebagai pendukung untuk pengertian keluarga akan dapat
yang diajarkan mengatasi kecemasan membantu mengatasi
Klien dapat
 Kliem mau 2. Mendiskusikan potensi keluarga kecemasan.
memanfaatkan
memberi untuk membantu klien mengatasi
sistem
dukungan kecemasn
pendukung
3. Menjelaskan kepada keluarga klien
yang ada
tentang:
- Pengertian kecemasan
- Tanda dan gejala kecemasan
- Penyebab kecemasan
4. Latih keluarga cara merawat klien
dengan kecemasan
F. Strategi pelaksanaan (SP) berdasarkan rencana pertemuan
SP pasien dan keluarga berdasarkan pertemuan :
1. SP 1 Pasien

a. Bina hubungan saling percaya dengan klien


- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu,
topik dan tempat
b. Tanyakan pada klien tentang situasi penyebab timbulnya
kecemasan
c. Tanyakan tanda-tanda kecemasan
d. Tanyakan apa yang biasa dilakukan untuk mengatasi kecemasan
e. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan
rasa percaya diri :Tarik nafas panjang
f. Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali anseitas
muncul.
2. SP 2 Pasien
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien

- Mengucapkan salam terapeutik


- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik
dan tempat
b. Evaluasi kemampuan klien
c. Ajarkan pasien teknik dikstraksi untuk meningkatkan kontrol diri
dan mengurangi kecemasan

- Melakukan hal yang klien sukai

d. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian


e. Motivasi pasien melakukan teknik distraksi stiap kali ansietas
muncul.
3. SP 3 Pasien
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu,
topik dan tempat
b. Menjelaskan teknik relaksasi hipnotis 5 jari
c. Evaluasi kemampuan klien
d. Memberi reinforcement positif
e. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan
hariannya
1. SP 4 Pasien
a Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu,
topik dan tempat
b Mendiskusikan mengenai jadwal harian yang akan dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan untuk mengurangi kecemasan.
c Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang
terlah dibuat.
d Memberi reinforcement positif
2. SP 5 Pasien
a Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu,
topik dan tempat
b Mengevaluasi kegiatan yang diagendakan
c Mengobservasi keadaan pasien
d Memberi reinforcement positif
3. SP 6 Pasien
a Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu,
topik dan tempat
b Mendiskusikan manfaat dan kerugian mengurangi kecemasan
c Menganjurkan klien untuk mengkonsultasikan perasaan yang
membuatnya cemas
d Memberi reinforcement positif
4. SP 7 Pasien
a Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu,
topik dan tempat
b Evaluasi kegiatan harian pasien
c Motivasi klien agar tetap semangat untuk mengurangi kecemasannya
d Memberi reinforcement positif
5. SP 8 Keluarga
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien

- Mengucapkan salam terapeutik


- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu,
topik dan tempat
b. Mendiskusikan pentingnya peran keluarga sebagai pendukung
untuk mengatasi kecemasan
c. Mendiskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi
kecemasn
d. Menjelaskan kepada keluarga klien tentang:

- Pengertian kecemasan
- Tanda dan gejala kecemasan
- Penyebab kecemasan
e. Latih keluarga cara merawat klien dengan kecemasan

6. SP 9 Keluarga
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien

- Mengucapkan salam terapeutik


- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu,
topik dan tempat
b. Evaluasi kemampuan keluarga
c. Melatih keluarga merawat langsung klien
d. Menyusun RTL keluarga/jadwal untuk merawat klien

7. SP 10 Keluarga
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien

- Mengucapkan salam terapeutik


- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu,
topik dan tempat
b. Evaluasi kemampuan keluarga
c. Evaluasi kemampuan klien
d. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan
G. EVALUASI

Evaluasi penilaian kemampuan pasien dengan Ansietas

Nama pasien :

Ruangan :
Petunjuk pengisian
1. Beri tanda ( V ) jika pasien mampu melakukan kemampuan dibawah ini
2. Tulis tanggal setiap dilakukan supervise

No Kemampuan Tanggal
A Pasien
1 Menyebutkan penyebab ansietas, tanda dan
gejala, dan penyebab timbulnya kecemasan
2 Mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi
untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya
diri :Tarik nafas panjang
3 Mampu mendemonstrasikan teknik dikstraksi
untuk meningkatkan kontrol diri dan
mengurangi kecemasan; melakukan hal yang
klien sukai
4 Mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi
hipnotis 5 jari
5 Mendiskusikan mengenai jadwal harian yang
akan dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan untuk mengurangi kecemasan.
6 Mendiskusikan mengenai perasaan yang
membuatnya cemas
B Keluarga
1 Mendiskusikan pentingnya peran keluarga
sebagai pendukung untuk mengatasi kecemasan
2 Menyebutkan tiga cara merawat pasien ansietas
(memberikan pujian, menyediakan fasilitas
untuk pasien, dan melatih pasien melakukan
kemampuan
3 Mampu mempraktekkan cara merawat pasien
4 Melakukan follow up sesuai rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul.(2011).Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik.


Yogyakarta. Graha Ilmu
Azizah, L.M., Zainuri, I., Akbar A. (2016) . Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta. Infomedia Pustaka
Burns, Alistair; Lawlor, Brian; Craig, Sarah. (1999). Assessment Scales in Old
Age Psychiatry. Martin Dunitz Ltd. London
Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8,
Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta: Penerbit EGC.
Deborah, Otong. (1995). Psychiatric Nursing Biological and Behavior Concept.
WB. aunders Company. Philadelphia Pensylvania
Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta
: Salemba Medika
Fortinash & Worret, (1996), Psychiatric Mental Health Nursing, CV Mosby,
St. Louise Missouri.
Gail Williams, Mark Soucy. (2013). Course Overview - Role of the Advanced
Practice Nurse & Primary Care Issues of Mental Health/Therapeutic
Use of Self .
School of Nursing, The University of Texas Health Science Center at
San Antonio
Nanda Internasional.2012. Diagnosis Keperawatan 2012-2014. EGC : Jakarta.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai