1. Hananta Ulinuha A
2. Intan Liyana
3. Titi Wartiah
4. Tri Handayani P
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Cemas
a. Stres
Stres adalah keletihan dan kecemasan pada tubuh yang disebabkan
oleh hidup. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan
mengahadapi situasi, masalah, dan tujuan hidup.
b. Teori genetic
Ansietas dapat memiliki komponen yang diwariskan karena kerabat
tingkat pertama individu yang mengalami peningkatan ansietas
memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami ansietas. Insiden
gangguan panik mencapai 25% pada kerabat tingkat pertama, dengan
wanita berisiko duan kali lebih besar daripada pria.
c. Teori Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan
impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma norma budaya
seseorang. Freud (1936) memandang ansietas alamiah seseorang
sebagai stimulus untuk perilaku. Sebagai contoh jika seseorang
memiliki pikiran dan perasaan yang tidak tepat sehingga
meningkatkan ansietas, ia merepresi pikiran dan perasaan tersebut.
d.Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dari hubungan interpersonal dan ansietas berhubungan
dengan perekembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan.
e. Teori perilaku
Ansietas adalah produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
f. Kajian keluarga
Menunjukan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi .
g. Kajian biologis
Menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA)
memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan
dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin.
B. Faktor Presipitasi
Stressor berasal dari sumber internal dan eksternal. Stressor pencetus
dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktifitas hidup sehari – hari
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegritasi seseorang
a. Respons adaptif
Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan
mengatur kecemasan. Kecemasan dapat menjadi suatu tantangan, motivasi
yang kuat untuk menyelesaikan masalah dan merupakan sarana untuk
mendapatkan penghargaan yang tinggi. Strategi adaptif biasanya digunakan
seseorang untuk mengatur kecemasan antara lain dengan berbicara kepada
orang lain, menangis, tidur, latihan, dan menggunakan teknik relaksasi.
b. Respons maladaptif
Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan mekanisme
koping yang disfungsi dan tidak berkesinambungan dengan yang lainnya.
Koping maladaptif mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif,
bicara tidak jelas, isolasi diri.
Menurut Shah (dalam M. Nur Ghufron & Rini Risnawita, S, 2014: 144)
membagi gejala kecemasan menjadi tiga aspek, yaitu:
1) Aspek fisik, seperti pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan keringat,
menimbulkan rasa mual pada perut, mulut kering, grogi, dan lain-lain.
2) Aspek emosional, seperti timbulnya rasa panik dan rasa takut.
Aspek mental atau kognitif, timbulnya gangguan terhadap perhatian dan
memori, rasa khawatir, ketidakteraturan dalam berpikir, dan bingung.
Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 164) ada beberapa ciri-ciri kecemasan,
yaitu:
a. Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya:
Kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau
gemetar, sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi, kekencangan
pada pori-pori kulit perut atau dada, banyak berkeringat, telapak tangan
yang berkeringat, pening atau pingsan, mulut atau kerongkongan terasa
kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas pendek, jantung yang
berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang bergetar, jari-jari atau
anggota tubuh yang menjadi dingin, pusing, merasa lemas atau mati rasa,
sulit menelan, kerongkongan merasa tersekat, leher atau punggung terasa
kaku, sensasi seperti tercekik atau tertahan, tangan yang dingin dan
lembab, terdapat gangguan sakit perut atau mual, panas dingin, sering
buang air kecil, wajah terasa memerah, diare, dan merasa sensitif atau
“mudah marah”
b. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya:
Perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependen, dan perilaku
terguncang
c. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya:
Khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan atau
aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa
sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang
jelas, terpaku pada sensasi ketubuhan, sangat waspada terhadap sensasi
ketubuhan, merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya
hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian, ketakutan akan kehilangan
kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,
berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan, berpikir bahwa semuanya
tidak lagi bisa dikendalikan, berpikir bahwa semuanya terasa sangat
membingungkan tanpa bisa diatasi, khawatir terhadap hal-hal yang sepele,
berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang,
berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan
pingsan, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, tidak mampu
menghilangkan pikiran-pikiran terganggu, berpikir akan segera mati,
meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis,
khawatir akan ditinggal sendirian, dan sulit berkonsentrasi atau
memfokuskan pikiran.
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kecemasan
1) Farmakologi, Departemen Kesehatan RI (2008)
a) Antiansietas
(1) Golongan Benzodiazepam
(2) Buspiron
b) Antidepresi Golongan Serotonin Norepinephrin Reuptake Inhibitors
(SNRI). Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan kecemasan
menyeluruh adalah pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi
dan farmakoterapi. Pengobatan mungkin memerlukan cukup banyak
waktu bagi klinisi yang terlibat (Mansjoer, 2010).
2) Non farmakologi
Distraksi merupakan metode menghilangkan kecemasan dengan cara
mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa
terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan
menyebabkan pelepasan endorfin yag bisa menghambat stimulus cemas
yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan ke
otak, sehingga dapat menurunkan hormon-hormon stresor, mengaktifkan
hormon endorfin alami, meningkatkan perasaaan rileks, dan mengalihkan
perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia
tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat
pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju
pernafasan yang lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan
ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme
yang lebih baik (Potter & Perry, 2010).
2.2.1 Pengkajian
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.
Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-
masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk
menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan,
serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.
a. Identitas
Identitas dijabarkan dengan lengkap yang berisikan nama, usia,
alamat,pendidikan, agama, staus perkawinan, pekerjaan, jenis kelamin,
nomor rekam medis dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Menanyakan kepada Klien/keluarga/pihak yang berkaitan mengenai apa
penyebab Klien datang kerumah sakit, apa yang sudah dilakukan oleh
Klien/keluarga sebelum atau di rumah untuk mengatasi masalah dan
bagaimana hasilnya. Klien dengan halusinasi pendengaran sering
melamun, menyendiri dan tertawa sendiri.
c. Riwayat penyakit sekarang
Menanyakan riwayat timbulnya gejala gangguan jiwa saat ini, penyebab
munculnya gejala, upaya yang dilakukan keluarga untuk mengatasi dan
bagaimana hasilnya.
Menurut Ah.Yusuf, Rizky,Hanik (2015.122) :
d. Faktor Predisposisi
a) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mempengaruhi hubungan
interpersonal yang dapat mempengaruhi peningkatan stres dan
ansietas atau kecemasan yang dapat berakhir pada gangguan persepsi.
Klien mungkin menekan perasaannya sehingga mengakibatkan
pematangan fungsi intelektual dan emosi menjadi tidak efektif.
b). Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang menyebabkan seseorang merasa
tersingkirkan ataupun kesepian, selanjutnya tidak segera diatasi
sehingga timbul dampak berat seperti delusi dan halusinasi.
c). Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak baik atau tidak harmonis, serta
peran ganda atau peran yang bertentangan dapat menjadi penyebab
ansietas berat terakhir yaitu pengingkaran terhadap fakta yang ada,
sehingga terjadilah halusinasi.
d). Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada klien gangguan
orientasi realitas atau kenyataan, dan atropik otak pembesaran
ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik dapat
ditemukan.
e). Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi secara umum
ditemukan pada Klien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup
tinggi pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya mengalami
skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang tua skizofrenia.
e. Faktor Presipitasi
a) Stresor sosial budaya stres dan kecemasan akan meningkat jika
terjadi penurunan stabilitas keluarga, berpisah dengan orang yang
dirasa penting, atau dikucilkan dari kelompok dapat menyebabkan
terjadinya halusinasi.
b) Faktor biokimia berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin,
indolamin, serta zat halusigenik diduga berhubungan dengan
gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi.
c) Faktor psikologis intensitas kecemasan yang eksterm dan
berkepanjangan disertai kurangnya kemampuan dalam mengatasi
masalah memungkinkan menjadi penyebab berkembangnya
gangguan orientasi realitas. Klien mengembangkan koping berguna
untuk menghindari fakta– fakta yang tidak menyenangkan.
d) Perilaku yang perlu dikaji pada Klien dengan gangguan orientasi
realitas berhubungan dengan berubahnya proses pikir, afektif
persepsi, motorik, serta sosial. Kemudian data yang didapatkan
dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut:
1) Data objektif adalah data yang didapatkan secara nyata. Data ini
diperoleh melalui observasi atau identifikasi langsung oleh
perawat
2) Data subjektif adalah data yang didapatkan melalui penyampaian
secara lisan oleh Klien serta keluarga. Data ini diperoleh melalui
proses wawancara perawat kepada Klien serta keluarga. Data
yang langsung diperoleh oleh perawat disebut sebagai data
sekunder.
2.2.2 Pathway
Pohon Masalah
Harga diri rendah (Effect)
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Bentuk dan pertahankan 1. Klien dapat menerima perawat
hubungan percaya melalui sebagai suatu ancaman yang dapat
penggunaan kehangatan, menigkatkan ansietas klien.
empati, dan menghargai. Beri Perlilaku mendampingi dapat
waktu yang adekuat untuk meningkkan kenyamanan klien
berespons. Komunikasikan selama terlibat dengan perawat.
dukungan dan ekspresi diri 2. Meningkatkan perkembangan dan
klien. perubahan serta membantu klien
2. Identifikasi perilaku klien menyadari bagaimana perilakunya
yang dapat menimbulkan mempengaruhi orang lain.
ansietas perawat. Gali 3. Untuk mengadopsi respons koping
perilaku setelah terbentuknya baru, penurunan ansietas 5 R.
hubungan dengan klien. Kebutuhan pertama klien untuk
3. Buat klien mengidentifikasi mengenali ansietas waspada
dan menggambarkan sensasi terhadap perasaan, bagaimana
perasaan emosi dan fisik. mereka menghubungkan pada
Bantu klien menghubungkan respons koping maladaptive
perilaku dan perasaan. tertentu, dan tanggung jawabnya
Validasi semua kesimpulan dalam mempelajari perilaku
dan asumsi dengan klien. control.
4. Minta klien untuk mengingat 4. Berguna untuk membantu klien
saat ia membayangkan hal memahami dinamika pikiran
yang terburuk dan hal negatif dan hubunganya dengan
tersebut tidak terjadi. perasaan ansietas.
Fokuskan perhatian pada 5. Memberi waktu kepada klien untuk
situasi tersebut. mengidentifikasi/menerapkan dan
5. Hadapkan klien perlahan melatih respon koping adaptif yang
pada situasi pencetus ansietas baru dan menjai nyaman dalam
gunakan bermain peran yang menggunakan koping tersebut.
sesuai. 6. Relaksasi dapat menurunkan
6. Anjurkan klien mengguakan denyut jantung, menurunkan
teknik relaksasi mislanya metabolism, dan menurunkan laju
meditasi, masase, teknik pernapasan.
napas dalam, olahraga 7. Dapat menurunkan kecemasan
imajinasi terbimbing
7. Kolaborasi
Beri obat sesuai indikasi
mislanya
bisopuron,benzodiazepine,
alprazolam, klonazepam,
klorazepat
Strategi Pelaksanaan
Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita S. 2010. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-ruzz
Media.
Ratih, AN. 2012. Hubungan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Nasional.
Jurnal Psikologi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Stuart, G.W dan Sundden, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, EGC :
Jakarta
Stuart, G.W. 2013. Principle and Practice of Psichyatric Nursing 10th Edition. St.Louis:
Mosby