Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN APENDISITIS


Disusun oleh : kelompok 1
 
1. ELFERA HERNIANSYAH
2. HANANTA ULINUHA AN NIZAR
3. ILHAM AZHAR WANARDI
4. INTAN LIYANA
5. TITI WARTIAH
6. TRI HANDAYANI PUJILESTARI
PENGERTIAN

Apendisitis merupakan proses peradangan akut maupun kronis yang terjadi pada apendiks vemiformis oleh karena
adanya sumbatan yang terjadi pada lumen apendiks (Fransisca, Gotra, dan Mahastuti, 2019). Apendiks juga tempat
ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan multiplikasi. Apendiks disebut juga apendiks vermiformis merupakan organ
yang sempit dan berbentuk tabung yang mempunyai otot serta terdapat jaringan limfoid pada dindingnya. Apendiks
berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif, dan
lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi yang biasa disebut
apendisitis

PENYEBAB

Faktor tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :
● 1).Hyperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak
● 2).Adanya fekolit dalam lumen appendiks
● 3).Adanya benda asing seperti biji –bijian
● 4).Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
● Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E.Coli dan Streptococcus
● Laki - laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun. Ini disebabkan oleh
karena peningkatan jaringan limfoid pada masa tersebut
GEJALA KLINIS

Nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus atau periumbilikus.
Mual
Muntah
Anoreksia
Nafsu makan menurun.
Nyeri di perut kanan bawah
Demam diatas 37,5°C
Biasanya terdapat konstipasi atau diare

KLASIFIKASI

Apendisitis akut
Apendisitis Purulenta (Supurative Appendicitis)
Apendisitis rekurens
Apendisitis kronis
Mukokel Apendiks
Tumor Apendiks (Adenokarsinoma apendiks)
Karsinoid apendiks
PEMERIKSAAN
PENUNJANG/DIAGNOSTIK

- Pemeriksaan fisik
- Laboratorium
terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP).
- Radiologi
terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG), Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada
tempat yang terjadi inflamasi pada apendik
- Analisa urin,
bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi saluran kemih sebagai akibat dari
nyeri perut bawah
- dan lain-lain

KOMPLIKASI

Abses
Perforasi
Peritonitis
PENATALAKSANAAN MEDIS

Sebelum operasi dapat dilakukan tindakan, seperti:


- Observasi, dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, seringkali tanda dan gejala apendisitis belum
jelas. Sehingga perlu dilakukan observasi pada pasien dengan tindakan berupa tirah baring dan pasien
dipuasakan. Pemberian laksatif tidak disarankan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun peritonitis
lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rektal, serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis)
diulang secara periodik. Foto polos abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnose ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah
kanan bawah dalam 12 jam setelah timbul keluhan.
- Antibiotik, diberikan bila terjadi apendisitis gangrenosa atau apendisitis perforasi. Apendisitis tanpa
komplikasi tidak perlu diberikan antibiotik
Operasi (apendiktomi)
Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan apendiktomi merpakan tindakan paling tepat dilakukan
dan satu- satunya pihan terbaik. Penundaan apendiktomi disertai pemberian antibiotik dapat
mengakibatkan abses atau perforasi
Post operasi
apendiktomi perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk memantau ada tidaknya perdarahan,
syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan. Posisikan pasien fowler. Observasi selama 12 jam, .

.
.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian identitas
Riwayat kesehatan.
- Keluhan utama
pasien biasanya mengeluh nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan nyeri perut kanan bawah
mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Sifat keluhan
nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama.
- Riwayat kesehatan sekarang
selain mengeluhkan nyeri pada daerah epigastrium, keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah,
panas.
- Riwayat kesehatan dahulu.
biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang, bisa juga penyakit ini sudah pernah dialami oleh pasien
sebelumnya.
- Riwayat kesehatan keluarga
biasanya penyakit apendisitis ini bukan merupakan penyakit keturunan
DataObjektif
Data Objektif Data Objektif
- SebelumOperasi
Sebelum Operasi Sebelum Operasi
Nyeri tekan di titik Mc. Berney Nyeri tekan di titik Mc. Berney
Nyeri tekan di titik Mc. Berney
Spasme otot Spasme otot
Spasme otot
Takhikardi, takipnea Takhikardi, takipnea
Takhikardi, takipnea
Pucat, gelisah Pucat, gelisah
Pucat,
Bising gelisah
usus berkurang atau tidak ada 6) Demam 38 – 38,5°C
Bising usus berkurang atau tidak ada 6) Demam 38 – 38,5°C Bising usus berkurang atau tidak ada 6) Demam 38 – 38,5°C
Sesudah Operasi Sesudah Operasi
- Terdapat
SesudahlukaOperasi
operasi di kuadran kanan bawah abdomen
Terdapat luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen Terdapat luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen
Terpasang infuse Terpasang infuse
Terpasang infuse lambung
Terdapat drain/pipa Terdapat drain/pipa lambung
Terdapat drain/pipa
Bising usus lambung
berkurang Bising usus berkurang
Bising usus
Selaput mukosaberkurang
mulut kering Selaput mukosa mulut kering
Selaput mukosa mulut kering
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi atau peradangan pada apendiks), agen
pencedera fisik (prosedur operasi) d.d pasien mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (mis.
waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah
meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri,
berfokus pada diri sendiri dan diaforesis.
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d berat badan menurun minimal 10% di
bawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun,
bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membrane mukosa pucat,
sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare.
3. Hipertermi b.d infeksi/proses penyakit pada apendiks d.d peningkatan suhu tubuh (>37,5 oC), kulit
kemerahan,teraba panas.
4. Hypovolemia b.d berhubungan dengan kehilangan cairan aktif selama
operasi d.d frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit
meningkat, merasa lemah, mengeluh haus, pengisian vena menurun, status mental berubah, suhu
tubuh meningkat, konsentrasi urine meningkat, berat badan turun tiba-tiba.
INTERVENSI KEPERAWATAN
    Standar Luaran Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
No. Diagnosis Keperawatan (SIKI)
Keperawatan

Indonesia (SLKI)
Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama:
fisiologis (mis. inflamasi yaitu keperawatan selama .... x
Manajemen Nyeri Observasi
pembengkakan hepar yang ....
□ Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas , intensitas nyeri
mengalami inflamasi hati,iskemia, jam diharapkan Tingkat □ Identifikasi skala nyeri
neoplasma), d.d pasien mengeluh Nyeri menurun dengan
□ Identifikasi respons nyeri non verbal
nyeri, tampak meringis, bersikap kriteria hasil :
protektif (mis. waspada, posisi Tingkat nyeri : □ Identifikasi faktor yang memperberat nyeri dan memperingan nyeri
□ Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
menghindari nyeri), gelisah, □ Keluhan nyeri
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, □ Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
menurun (5)
tekanan darah meningkat, pola □ Meringis menurun (5) Terapeutik
napas berubah, nafsu makan □ Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
□ Sikap protektif
berubah, proses berpikir terganggu, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
menurun (5)
menarik diri, berfokus pada diri □ Gelisah menurun (5) kompres hangat/dingin, terapi bermain)
sendiri dan diaforesis. □ Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
□ Kesulitan tidur kebisingan)
menurun (5) Edukasi

□ Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu

□ Jelaskan strategi meredakan nyeri

□ Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri


     

2 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi Observasi


ketidakmampuan mencerna keperawatan selama …..x...... □ Identifikasi nutrisi
makanan d.d berat badan jam, diharapkan Status nutrisi
□ Identifikasi alergi dan intolerasni makanan
menurun minimal 10% di bawah membaik dengan kriteria hasil:
□ Identifikasi makanan yang disukai
rentang ideal, cepat kenyang Status Nutrisi
setelah makan, kram/nyeri □ Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
□ Berat badan membaik (5)
abdomen, nafsu makan menurun, □ Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
□ Indeks Massa Tubuh (IMT)
bising usus hiperaktif, otot
membaik (5) □ Monitor asupan makanan
pengunyah lemah, otot menelan
□ Nafsu makan membaik (5) □ Monitor berat badan
lemah, membrane mukosa pucat,
□ Bising usus membaik (5)
sariawan, serum albumin turun, □ Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
□ Membrane mukosa membaik (5)
rambut rontok berlebihan, diare. Terapeutik

□ Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

□ Fasilitasi menentukan pedoman diet

□ Sajkan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai


Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri, antimetik), jika
perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan
     

3 Hipertermi b.d infeksi/proses Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipertermia


penyakit pada apendiks d.d keperawatan selama ....x... jam, Observasi
peningkatan suhu tubuh (>37,5 C),o maka Termoregulasi membaik □ Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terapapar lingkungan panas,
kulit kemerahan, teraba panas. dengan kriteria hasil : peggunaan incubator)
□ Menggigil menurun (5) □ Monitor suhu tubuh
.
□ Kulit kemerahan □ Monitor kadar elektrolit
menurun (5)
□ Monitor haluaran urine
□ Kejang menurun (5)
□ Monitor komplikasi akibat hipertermia
□ Pucat menurun (5)
Terapeutik
□ Takikardi menurun (5)
□ Sediakan lingkungan yang dingin
□ Takipnea menurun (5)
□ Longgarkan atau lepaskan pakaian
□ Bradikardi menurun (5)
□ Basahi dan kipasi permukaan tubuh
• Suhu tubuh membaik (5)
• Suhu kulit membaik (5) □ Berikan cairan oral
• Tekanan darah membaik (5) □ Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen, aksila)

□ Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih)

□ Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

□ Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

□ Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

□ Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu


     

4 Hypovolemia b.d berhubungan dengan Setelah dilakukan Intervensi Utama:


kehilangan cairan aktif selama operasi tindakan keperawatan
Manajemen Hipovolemia
d.d frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan selama Observasi:
nadi menyempit, turgor kulit menurun, …...x…... jam diharapkan □ Periksan tanda dan gejala hipovolemias (mis. Nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan
membrane mukosa kering, volume urine Status cairan membaik darah mneurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
menurun, hematokrit meningkat, merasa dengan kriteria hasil: volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
lemah, mengeluh haus, pengisian vena Status Cairan: Monitor intake dan output cairan

menurun, status □ Kekuatan nadi (5) Terapeutik

□ Turgor kulit (5) □ Hitung kebutuhan cairan


□ Berikan posisi modified Trendelenburg
□ Output urine (5)
□ Berikan asuoan cairan oral
□ Frekuensi nadi (5) Edukasi
□ Tekanan darah (5) □ Anjurnkan memperbanyak asupan cairan oral
□ Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
□ Tekanan nadi (5)
Kolaborasi
□ Membrane mukosa
□ Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.NaCl, RL)
(5)
□ kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
□ Jugular Venous
□ Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, Plasmanate)
Pressure (JVP) (5)
□ Kolaborasi pemberian produk darah
      Manajemen Syok Hipovolemik

Observasi

□ Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)

□ Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)

□ Monitor status kardiopulmonal (frekuensidan tekanan nadi, frekuensi napas, TD,


MAP)
Terapeutik

□ Pertahankan jalan napas paten

□ Berikan oksigen untuk mempertahankan satirasi oksigen >94%


□ Perispaan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu

□ Berikan posisi syok (modified Trendelenberg)

□ Pasang jalur IV

□ Pasang katetr urine untuk menilai produksi urine

□ Pasang selang nasogastric untuk dekompresi lambung, jika perlu


Kolaborasi

□ Kolaborasi pemberian epinefrin

□ Kolaborasi pemberian dipenhidramin, jika perlu

□ Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu


Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
ditetepkan.
 
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Formatif
Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien,
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan.
Evaluasi Sumatif
Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi dan analisis mengenai
status kesehatan.
“ SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai