Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ABDOMINAL PAIN

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Mata


Kuliah Keperawatan Gawat Darurat)

Dosen Pengampu : Vina Vitniawati, S. Kep.,Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
SITI NURAENI
191FK01124
TINGKAT 3B

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


1 Pengertian
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan
yang te rasa disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley,
2006). Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri
abdomen kronis.
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan
region inguinalis. Nyeri perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan
gejala dari suatu penyakit. Nyeri akut abdomen didefinisikan sebagai
serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba serta
membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. Appley
mendefinisikan sakit perut berulang sebagai serangan sakit perut yang
berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun
waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
2 Etiologi
a. Faktor resiko
− Nyeri akut
− Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal
− Menunjukan kerusakan
− Posisi untuk mengurangi nyeri
− Gerakan untuk melindungi
− Tingkah laku berhati-hati
− Muka dengan ekspresi nyeri
− Gangguan tidur (mata sayu, tampak lingkaran hitam,
menyeringai)
b. Fokus pada diri sendiri
− Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat, dan
orang, proses berpilur)
− Tingkah laku distraksi
− Respon otonom (perubahan tekanan darah, suhu tubuh, nadi,
dilatasi pupil)
− Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang,
mengeluh)
− Perubahan nafsu makan
c. Nyeri kronis
− Perubahan berat badan
− Kelelahan
− Atrofi yang melibatkan beberapa otot
− Takut cedera
− Interaksi dengan orang lain menurun
d. Faktor predisposisi
1) Trauma
− Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas
mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan,
luka
− Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor
mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misalnya api atau
air panas
− Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang
bersifat asam atau basa kuat
− Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang
kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan
kekejangan otot dan luka bakar
2) Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas
3) Peradangan
4) Kelainan pembuluh
5) gangguan sirkulasi darah
6) Trauma psikologis
e. Faktor presipitasi
− Ligkungan
− Suhu ekstrim
− Kegiatan
− Emosi
3 Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang,
biasanya selalu bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar
abdomen, lesi pada susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan
psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik berasal dari suatu
proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan melibatkan
visera mesentrium yang beisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih
dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri
daripada saraf otonom.
Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya
akan menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh
rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik
yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang
merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa n yeri abdomen dapat
timbul karena adanya rangsangan nervus frenikus, misalnya pada
pneumonia.
Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah
abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa n yeri dari usus besar
akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam
traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal
dari sistem saraf otonom pada mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut
sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih
menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit
oleh serabut saraf A. reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submukosa,
lapisan muskularis, dan serosa dari organ abdomen. Serabut C ini akan
bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra
dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati medula
spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus, kemudian
ke korteks serebri.
Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau
akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini
khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jela s serta sulit dilokalisas
i. Impuls nyeri dari visera abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas,
hati, dan sistem empedu), mencapai medula spinalis pada segmen
torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang
timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai
fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di
sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus
gnetalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12
serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik
dan kadang-kadang menjalr ke labium atau skrotum. Jka proses penyakit
meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen
somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyeri yang disebabkan oleh
kelainan metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum
jelas patofisiologi dan patogenesisnya.
4 Pathway
Helicobater pylori Zat-zat korosif

Infeksi mukosa lambung Gangguan difus barier mukosa

Peningkatan asam lambung

Iritasi mukosa lambung


Peradangan mukosa lambung
5 Komplikasi
− Gangguan pola istirahat tidur
− Syok neurogenik
6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap
7 Penatalaksanaan Medis
− Pemberian analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi
nyeri dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan
korteks serebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum
pasien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh
nyeri. Contoh obat analgesik yani asam salisilat (non narkotik),
morphin (narkotik), dll.
− Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat
analgesik seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi
ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi
kepercayaan pasien.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1 Pengkajian
Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi
masalah keperawatan gawat darurat. Proses pengkajian terbagi dua
1) Pengkajian Primer (primary survey)
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah
aktual/potensial dari kondisi life threatning (berdampak terhadap
kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup). Pengkajian tetap
berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika
hal tersebut memungkinkan. Prioritas penilaian dilakukan
berdasarkan :
a) A = Airway dengan kontrol servikal
Kaji :
− Bersihan jalan nafas
− Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
− Distress pernafasan
− Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
b) B = Breathing dan ventilasi
Kaji :
− Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
− Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
− Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
c) C = Circulation
Kaji :
− Denyut nadi karotis
− Tekanan darah
− Warna kulit, kelembaban kulit
− Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal

d) D = Disability
Kaji :
− Tingkat kesadaran
− Gerakan ekstremitas
− GCS atau pada anak tentukan respon A= alert, V= verbal, P=
pain/respon nyeri, U = unresponsive.
- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
e) E = Eksposure
Kaji :
− Tanda-tanda trauma yang ada.
2) Pengkajian Sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang
ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder
meliputi pengkajian obyektif dan subyektif dari riwayat keperawatan
(riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai
kaki.
a. Pengkajian Riwayat Penyakit :
1) Komponen yang perlu dikaji :
− Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
− Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah
sakit
− Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
− Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri)
− Waktu makan terakhir
− Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi
sakit sekarang, imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat
alergi klien.
2) Metode pengkajian :
Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat klien :
S (signs and symptoms) = tanda dan gejala yang diobservasi dan
dirasakan klien
A (Allergis) = alergi yang dipunyai klien
M (medications)= tanyakan obat yang telah diminum klien untuk
mengatasi nyeri
P (pertinent past medical hystori)= riwayat penyakit yang
diderita klien
L (last oral intake solid or liquid) = : makan/minum terakhir;
jenis makanan, ada penurunan atau peningkatan kualitas makan
E (event leading to injury or illnes) = pencetus/kejadian
penyebab keluhan
3) Metode pengkajian Nyeri
P (provoked)= pencetus nyeri, tanyakan hal yang
menimbulkan dan mengurangi nyeri
Q (quality) = kualitas nyeri
R (radian) = arah penjalaran nyeri
S (severity)= skala nyeri ( 1 – 10 )
T (time)= lamanya nyeri sudah dialami klie
4) Tanda-tanda vital dengan mengukur :
− Tekanan darah
− Irama dan kekuatan nadi
− Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan
− Suhu tubuh
5) Pengkajian Head to Toe yang terfokus, meliputi :
a. Pengkajian kepala, leher dan wajah
− Periksa rambut, kulit kepala dan wajah. Adakah luka,
perubahan tulang kepala, wajah dan jaringan lunak,
adakah perdarahan serta benda asing.
− Periksa mata, telinga, hidung, mulut dan bibir. Adakah
perdarahan, benda asing, kelainan bentuk, perlukaan
atau keluaran lain seperti cairan otak
− Periksa leher. Nyeri tulang servikal dan tulang belakang,
trakhea miring atau tidak, distensi vena leher,
perdarahan, edema dan kesulitan menelan.
− Pengkajian dada
Hal-hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks :
− Kelainan bentuk dada
− Pergerakan dinding dada
− Amati penggunaan otot bantu nafas
− Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera,
petekiae,
− perdarahan, sianosis, abrasi dan laserasi
b. Pengkajian Abdomen dan Pelvis
Hal-hal yang perlu dikaji :
− Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
− Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk,
alserasi, abrasi, distensi abdomen dan jejas
− Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas \Nadi femoralis
− Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)
− Distensi abdomen
c. Pengkajian Ekstremitas
Hal-hal yang perlu dikaji :
− Tanda-tanda injuri eksternal
− Nyeri
− Pergerakan
− Sensasi keempat anggota gerak
− Warna kulit
− Denyut nadi perifer
d. Pengkajian Tulang Belakang
Bila tidak terdapat fraktur, klien dapat dimiringkan untuk
mengkaji :
− Deformitas
− Tanda-tanda jejas perdarahan
− Jejas
− Laserasi
− Luka
e. Pengkajian Psikosossial
Meliputi :
− Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan
− Kaji riwayat serangan panik akibat adanya faktor
pencetus seperti sakit tiba-tiba, kecelakaan, kehilangan
anggota tubuh ataupun anggota keluarga
− Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial
yang dimanifestasikan dengan takikardi, tekanan darah
meningkat dan hiperventilasi.
6) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan meliputi :
− Radiologi
− Pemeriksaan laboratorium
− USG dan EKG
2 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan gangguan sirkulasi ditandai dengan
sianosis, kulit pucat. Iritasi pada daerah ginjal ditandai dengan nyeri
pada perut bagian bawah.
2) Pola nafas tidak efektif
3 Perencanaan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi Observasi
berhubungan keperawatan selama 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Menentukan sejauh mana nyeri yang
dengan gangguan 2x8 jam diharapkan durasi, frekuensi, kualitas, dan dirasakan untuk memudahkan memberi
sirkulasi ditandai rasa nyeri berkurang intensitas nyeri intervensi selanjutnya
dengan sianosis, atau dapat menghilang 2. Identifikasi skala nyeri 2. Menentukan sejauh mana nyeri yang
kulit pucat. Iritasi dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi non verbal dirasakan untuk memudahkan memberi
pada daerah ginjal 1. Klien 4. Identifikasi faktor yang intervensi selanjutnya
ditandai dengan menunjukkan memperberat dan memperingan 3. Menentukan sejauh mana nyeri yang
nyeri pada perut penurunan skala nyeri dirasakan untuk memudahkan memberi
bagian bawah. nyeri Terapeutik intervensi selanjutnya
2. Klien 1. Berikan teknik non farmakologis 4. Menentukan sejauh mana nyeri yang
menggambarkan untuk mengurangi rasa nyeri (misal dirasakan untuk memudahkan memberi
rasa nyaman dan : terapi musik, hipnosis, akupresur, intervensi selanjutnya
rileks biofeedback, terapi pijat, kompres Terapeutik
hangat/dingin, dan terapi bermain) 1. Membantu klien menjadi rileks,
2. Kontrol lingkungan yang menurunkan rasa nyeri, serta mampu
memperberat rasa nyeri mengalihkan perhatian klien dari rasa
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri yang dirasakan
nyeri dalam pemilihan strategi 2. Membantu klien menurunkan rasa
meredakan nyeri nyeri, serta mampu mengalihkan

Edukasi perhatian klien dari rasa nyeri yang

1. Jelaskan penyebab, periode dan dirasakan

pemicu nyeri 3. Membantu klien menjadi rileks,

2. Jelaskan strategi meredakan nyeri menurunkan rasa nyeri, serta mampu

3. Anjurkan memonitor nyeri secara mengalihkan perhatian klien dari rasa

mandiri nyeri yang dirasakan

4. Anjurkan menggunakan analgetik Edukasi

secara tepat 1. Menentukan sejauh mana nyeri yang

5. Ajarkan teknik nonfarmakologis dirasakan untuk memudahkan memberi

untuk mengurangi nyeri intervensi selanjutnya

Kolaborasi 2. Membantu mengurangi rasa nyeri yang

1. Kolaborasi pemberian analgetik jika dirasakan untuk memudahkan memberi

perlu intervensi selanjutnya


3. Membantu klien menurunkan rasa
nyeri, serta mampu mengalihkan
perhatian klien dari rasa nyeri yang
dirasakan
4. Membantu mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan untuk memudahkan memberi
intervensi selanjutnya
5. Membantu mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan untuk memudahkan memberi
intervensi selanjutnya
2 Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan Observasi Observasi
Efektif keperawatan selama 1. Monitor frekuensi, irama, dan upaya 1. Untuk mengetahui frekuensi, irama,
Berhubungan 2x8 jam diharapkan nafas kedalaman, dan upaya nafas
Dengan Hambatan pola nafas meningkat 2. Monitor pola napas (seperti 2. Untuk mengetahui pola nafas seperti
Upaya Nafas sesuai dengan kriteria bradipnea, takipnea, hiperventilasi, bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
hasil : kussmaul, cheyne-stoke, biot, kussmaul, cheyne-stoke, biot, ataksik
1. Frekuensi nafas ataksik 3. Untuk mengetaui kemampuan batuk
membaik 3. Monitor kemampuan batuk efektif efektif
2. Kedalaman nafas 4. Monitor adanya produksi sputum 4. Untuk mengetahui adanya produksi
membaik 5. Monitor adanya sumbatan jalan sputum
3. Ekskrusi dada nafas 5. Untuk mengetahui adanya sumbatan
membaik 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru jalan nafas
4. Tekanan ekspirasi 7. Aukultasi bunyi napas 6. Untuk mengetahui kesimetrisan
meningkat Terapeutik ekspansi paru
5. Tekanan inspirasi 1. Atur interval waktu pemantauan 7. Untuk mengetahui bunyi nafas
meningkat respirasi sesuai kondisi klien Terapeutik
6. Ventilasi semenit 2. Dokumentasikan hasil pemantauan 1. Agar interval waktu pemantauan
meningkat Edukasi respirasi sesuai dengan kondisi klien
7. Dispnea menurun 1. Jelaskan tujuan dan prosedur 2. Untuk memantau hasil pemantauan
8. Penggunaan otot pemantauan Edukasi
bantu nafas 2. Informasikan hasil pemantauan jika 1. Membantu klien mengetahui tujuan
menurun perlu dan prosedur pemantauan
9. Pernafasan cuping 2. Agar klien mengetahui hasil
hidung menurun pemantauan jika perlu
4 Implementasi
Tindakan yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan

keperawatan yang sesuai dengan masalah yang muncul dan rencana

keperawatan sesuai dengan standar prosedur operasional perawat untuk

memenuhi kebutuhan manusia

5 Evaluasi
Hasil akhir dari tindakan keperawatan yang diperoleh dari subjek
dan objektif yang dapat ditarik kesimpulan untuk tindakan yang dilakukan
untuk memberikan tindakan keperawatan selanjutnya klien untuk
memenuhi kebutuhan manusia
6 Dokumentasi Keperawatan
Pendokumentasian yang digunakan dalam kasus ini adalah model
dokumentasi POR (Problem Oriented Record) menggunakan SOAPIE
(Subjektif, Obyektif, Analisa, Planing, Implementasi, Evaluasi). Dalam
setiap diagnosa keperawtaan penulisan melakukan tindakan keperawatan
kemudian penulis mendokumentasikan yaitu dalam memberikan tanda
tangan, waktu dan tanggal. Jika ada kesalahan dicoret dan diberikan paraf
oleh penulis
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Vladimir, V. F. (1967). Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local., 1(69), 5–24.

Anda mungkin juga menyukai