Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

"ABDOMINAL PAIN"

OLEH :
LISDA
PO713201191069
KELOMPOK 3

CI LAHAN CI INSTITUSI

H. WAIS. S.Kep,Ns H. ABD HADY J,S.SiT,S.Kep,M.Kes

DIII KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2021
BAB 1
A. KONSEP MEDIS

Abdominal Pain merupakan gejala utama dari acute abdoment yang terjadi
secara tiba-tiba dan tidak spesifik. Akut abdomen merupakan istilah yang digunakan
untuk gejala-gejala dan tanda-tanda dari nyeri abdomen dan nyeri tekan yang tidak
spesifik tetapi sering terdapat pada penderita dengan keadaan intraabdominal akut
yang berbahaya. Abdominal pain akan direspon oleh tubuh dengan meningkatkan
pelepasan substansi kimia yang dapat menstimulus reseptor-reseptor nyeri.
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang
terasa disetiap regio abdomen.
bNyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis :
1. Nyeri Abdomen Akut
Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
dengan onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah
persepsi nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri.
Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri
perut. Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen
atau di luar abdomen seperti organ-organ di rongga toraks. Nyeri abdomen
dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Nyeri Viseral
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi
organ intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom.
Peritoneum viseral tidak sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau
radang. Kita dapat melakukan sayatan atau jahitan pada usus tanpa
dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan, regangan
atau kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme) akan member rasa
nyeri yang tumpul disertai rasa sakit.
Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat
lokalisasi nyeri, digambarkan pada daerah yang luas dengan
memakai seluruh telapak tangan. Karena nyeri ini tidak pengaruhi
oleh gerakan, pasien biasanya bergerak aktif tanpa menyebabkan
bertambahnya rasa nyeri.
b. Nyeri somatik
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang
dipersarafi oleh saraf tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa
nyeri seperti ditusuk-tusuk atau disayat dengan pisau yang dapat
ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan menunjukkannya
memakai jari. Rangsanagn dapat berupa rabaan, tekanan, perubahan
suhu, kimiawi atau proses peradangan.
Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan
peritoneum parietal akan menimbulkan rangsangan yang
menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat peradangannya sendiri maupun
gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan rasa nyeri atau
perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah yang menjelaskan
nyeri kontralateral pasien dengan apendisitis akut. Setiap gerakan
dari pasien juga akan menambah rasa nyeri, baik itu berupa gerakan
tubuh maupun gerakan pernafasan yang dalam atau batuk. Hal inilah
yng menerangkan mengapa pasien dengan abdomen akut biasanya
berusaha untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk.
Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta hubungannya dengan gejala
lain memungkinkan kita dapat lebih mendekati diagnosis
kemungkinan.
2. Nyeri Abdomen Kronis
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul.
Nyeri kronis dapat behubungan dengan ekserbasi akut.
B. ETIOLOGI
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran
pencernaan atau diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a. ulkus yang mengalami perforasi
b. irritable bowel syndrome
c. apendisitis
d. pankreasitis
e. batu empedu.

C. PATOFISIOLOGI
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya
selalu bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada
susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada
abdomen somatik berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh
peritoneum dan melibatkan visera mesentrium yang beisi banyak ujung saraf
somatik, yang lebih dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi
rasa nyeri daripada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera
pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti
oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik yang
dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas
peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan
nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus
akan timbul didaerah abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari
usus besar akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam
traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem
saraf otonom pada mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C
yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri
yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. reseptor nyeri pada abdomen
terbatas di submukosa, lapisan muskularis, dan serosa dari organ abdomen. Serabut
C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra
dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis
pada traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus, kemudian ke korteks serebri.
Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan
ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal,
dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen atas (
lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu ), mencapai medula
spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls
nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai
fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar
umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus gnetalia
perempuan, impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis
pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalr ke
labium atau skrotum. Jka proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri
dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang
disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin
belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.
Pohon Masalah

Penyumbatan/ susah BAB

Massa keras dari feses

Apendiksitis

Apendiktom

Agen pencedera fisik

Nyeri Akut
Kelemahan fisik

Gangguan Pola Tidur Intoleransi aktivitas


D. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri abdomen
2. Mual, muntah
3. Tidak nafsu makan
4. Lidah dan mukosa bibir kering
5. Turgor kulit tidak elastis
6. Urine sedikit dan pekat
7. Lemah dan kelelahan

E. KOMPLIKASI
1. Perporasi gastrointestinal
2. Obstruksi gastrointestinal

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan Darah Lengkap
3. Amilase : Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankreatitis.
4. Gasdarah arteri : Asidosis metabolik (iskemia usus,peritonitis,pankreatitis)
5. Urin porsi tengah (MSU):infeksi saluran kemih
6. EKG : Infark miokard
7. Rotgen thorak : Viskus perforasi(udara bebas),Pneumonia
8. Rotgen Abdomen : Usus iskemik (dilatasi, usus yang edema dan menebal),
Pankreatitis (pelebaran jejunum bagian atas ’sentimel), Kolangitis (udara dalam
cababg bilier), Kolitis akut (Kolon mengalami dilatasi, edema dan gambaran
menghilang), obstruksi akut (Usus mengalami dilatasi, tanda ‘string of pearl’)
Batu Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal )
9. Ultrasonografi
10. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi
peritonium yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang didiagnosis
bandingnya luas, pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan
laparotomi dan diagnosis belum pasti, pankreatitis, trauma
hati/limpa/mesenterium, divertikulitis, aneurisma
11. IVU (urografi intravena) : batu ginjal, obtruksi saluran ginjal

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian analgetik
2. Pembedahan
BAB II

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


3. Kaji nyeri dengan tehnik PQRST
4. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
5. Berikan posisi yang nyaman pada klien
6. Berikan HE tentang nyeri

B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian nyeri akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang
efektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara
berbeda pada masing – masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua faktor
yang mempengaruhi nyeri, seperti faktor fisiologis, psikologis prilaku emosional
dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama, yaitu :
a) riwayat nyeri untuk mendapatkan data klien
b) Observasi langsung pada respon prilaku dan fisiologis klien. Tujuan
pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap
pengalaman subjek.
a. Riwayat Nyeri
Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberikan klien kesempatan
untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan situasi
kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan
situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan membantu
perawat memahami makna nyeri bagi klien dan bagaimana ia berkoping
terhadap aspek, antara lain :
a) Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien untuk menujukan
lokasi area nyerinya. Pengkajian ini biasa dilakukan dengan bantuan gambar
tubuh. Klien biasanya menandai bagian tubuhnya yang mengalami nyeri. Ini
sangat bermanfaat, terutama untuk klien yang memiliki lebih dari satu
sumber nyeri.
b) Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan
terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala nyeri yang
paling sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10. Angka 0 menandakan
tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi menandakan nyeri “terhebat”
yang dirasakan klien.
Keterangan :

SKALA KETERANGAN
0 Tidak Nyeri.
1-3 Nyeri Ringan (Secara objektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik).
4-6 Nyeri Sedang (secara objektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukan lokasi nyeri, dapat mendiskribsikan nyeri,
dapat mengikuti perintah dengan baik).
7-9 Nyeri Berat (secara objektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tetapi masih merespon terhadap tindakan ,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat diatasi dengan
alih posisi, nafas panjang dan distraksi.
10 Nyeri Sangat Berat (klien sudah tidak dapat berkomunikasi)

c) Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti “dipukul-pukul” atau “ditusuk-tusuk”.
Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk
menggambarkan nyerinya sebab informasi yang akurat dapat berpengaruh
besar pada diagnosis dan etologi nyeri serta pilihan tindakan yang diambil.
d) Pola
Pola nyeri meliputi : durasi/lamanya nyeri dan kekambuhan atau interval
nyeri berlangsung. Oleh karenanya, perawat perlu mengkaji kapan nyeri
dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang dan kapan
nyeri terakhir kali muncul.
e) Faktor Presipitasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri, sebagai contoh
: aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu, faktor
lingkungan (lingkungan yang sangat dingin atau sangat panas), stressor fisik
dan emosional juga dapat memicu munculnya nyeri
f) Gejala yang menyertai
Gejala ini meliputi : mual, muntah, pusing dan diare. Gejala tersebut bisa
disebabkan oleh nyeri itu sendiri
g) Pengaruh aktifitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktifitas harian klien
akan membantu perawat memahami persepsi klien tentang nyeri. Beberapa
aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah tidur, nafsu makan,
konsentrasi, pekerjaan, hubungan interpersonal, hubungan pernikahan,
aktifitas rumah, aktifitas waktu senggang serta status emosional.
h) Sumber koping
Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam menghadapi
nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri
sebelumnya atau pengaruh agama / budaya.
i) Respon afektif
Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, tergantung pada situasi,
derajat dan durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri dan banyak faktor
lainnya, perawat perlu mengkaji adanya perasaan antietas, takut, lelah,
depresi atau perasaan gagal dalam diri klien.
b. Observasi Respons perilaku dan fisiologis
i. Banyak respon nonverbal/perilaku yang bisa dijadikan indikator nyeri
diantaranya :
1. Ekspresi wajah
a. Menutup mata rapat-rapat
b. Membuka mata lebar-lebar
c. Menggigi bibir bawah
2. Vokalisasi
a. Menangis
b. Berteriak
c. Imobilisasi (bagian tubuh yang mengalami nyeri akan digerakan tubuh
tanpa tujuan yang jelas misalnya : menendang-nendang dan membolak-
balikkan tubuh diatas kasur
ii. Sedangkan respons fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung pada sumber
dan durasi nyeri. Pada awal nyeri akut, respons fisiologis :
1. Peningkatan tekanan darah
2. Diaforesis
3. Nadi dan pernafasan
4. Dilatasi pupil akibat terstimulasinya sistem saraf simpatis
Akan tetapi, jika nyeri berlangsung lama dan saraf simpatis telah
beradaptasi, respon fisiologis tersebut mungkin akan berkurang atau bahkan
tidak ada. Karenanya, penting bagi perawat untuk mengkaji lebih dari satu
respons tersebut merupakan indikator yang buruk untuk nyeri.

C. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


a. Nyeri Akut
i. Gejala dan Tanda Mayor
- Mengeluh nyeri
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
ii. Gejala dan Tanda
Minor
- Tekanan darah meningkat
- Pola nafas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berfikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- diaforesis
b. Intoleransi Aktivitas
i. Gejala dan Tanda Mayor
- Mengeluh lelah
- Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
ii. Gejala dan Tanda Minor
- Dispnea saat/ setelah aktivitas
- Merasa tidak nyaman setelah beraktifitas
- Merasa lemah
- Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
- Sianosi
c. Gangguan Pola Tidur
i. Gejala dan Tanda Mayor
- Mengeluh sulit tidur
- Mengeluh sering terjaga
- Mengeluh tidak puas tidur
- Mengeluh pola tidur berubah
- Mengeluh istirahat tidak cukup
ii. Gejala dan Tanda Minor
- Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
DAFTAR PUSTAKA

Kozier dkk, 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, dan Praktik. Alih Bahasa Pamilih
Eko Karyuni. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi
dan indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai