Disusun Oleh :
Farida Khairani (P07520121056)
Dosen Pembimbing :
Marlisa, S.Kep, Ns, M.Kep
Laporan pendahuluan
A. DEFENISI
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa di setiap
regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada dua yaitu,
nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis. Nyeri Abdomen Akut biasanya digunakan
untuk menggambarkan nyeri dengan onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih
(referred pain) adalah persepsi nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal
nyeri. Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut. Rasa
nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar abdomen
seperti organ-organ di rongga toraks. Nyeri abdomen dibedakan menjadi dua yaitu nyeri
visceral dan nyeri somatik.
1. Nyeri Viseral
Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi organ intra
peritoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Peritoneum viseral tidak sensitif
terhadap rabaan, pemotongan atau radang. Kita dapat melakukan sayatan atau jahitan pada
usus tanpa dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan, regangan atau
kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme) akan memberi rasa nyeri yang tumpul disertai
rasa sakit. Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat lokasi nyeri,
digambarkan pada daerah yang luas dengan memakai seluruh telapak tangan. Karena nyeri
ini tidak pengaruhi oleh gerakan, pasien biasanya bergerak aktif tanpa menyebabkan
bertambahnya rasa nyeri.
2. Nyeri somatik
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi oleh saraf tepi
diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk atau disayat dengan
pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan menunjukkan nya memakai
jari. Rangsangan dapat berupa rabaan, tekanan, perubahan suhu, kimiawi atau proses
peradangan. Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan peritoneum parietal
3
akan menimbulkan rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat peradangan nya
sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan rasa nyeri atau
perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah yang menjelaskan nyeri kontra lateral
pasien dengan apendisitis akut. Setiap gerakan dari pasien juga akan menambah rasa nyeri,
baik itu berupa gerakan tubuh maupun gerakan pernafasan yang dalam atau batuk. Hal
inilah yng menerangkan mengapa pasien dengan abdomen akut biasanya berusaha untuk
tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk. Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta
hubungannya dengan gejala lain memungkinkan kita dapat lebih mendekati diagnosis
kemungkinan. Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri kronis
dapat behubungan dengan ekserbasi akut.
B. ETIOLOGI
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran pencernaan atau
diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a. ulkus yang mengalami perforasi
b. irritable bowel syndrome
c. apendisitis
d. Pankreasitis
e. batu empedu.
Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan yang lain mungkin bisa berakibat fatal.
D. PATOFISIOLOGI
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu bersumber
pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada susunan saraf spinal,
gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik berasal dari
suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan melibatkan visera
mesentrium yang berisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih dapat meneruskan rasa
nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri dari pada saraf otonom. Telah diketahui
pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera,
tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa
nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan
gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan
nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan
timbul didaerah abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar
akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus
terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada
mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa
nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh
serabut saraf A. reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submukosa, lapisan muskularis,
dan serosa dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis
menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen
akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus,
kemudian ke korteks serebri. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan
atau akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat
tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera
abdomen atas ( lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu ),mencapai
medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls
nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura
hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon
distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus gnetalia perempuan, impuls nyeri mencapai
segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah
suprapubik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit
meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks
spinal segmentalis 1,3. nyei yang disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada
keracunan timah, dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.
5
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri abdomen
2. Mual, muntah
3. Tidak nafsu makan
4. Lidah dan mukosa bibir kering
5. Turgor kulit tidak elastis
6. Urine sedikit dan pekat
7. Lemah dan kelelahan
F. PELAKSANAAN
a. Pemberian analgetik
b. Pembedahan
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1.Pasien mengeluh nyeri perut.
2.Nadi meningkat
3.Tekanan darah meningkat
4.RR meningkat
5.Pasien tampak meringis.
6.Pasien mengatakan nyeri ringan sedang
7. Pasien mengatakan nyerinya bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit
dilokalisasi Pasien hanya minum < 8 gelas sehari Pasien muntah-muntah Pasien tampak
lemah.
8. Lidah dan mukosa bibir pasien kering.
9. Turgor kulit tidak elastis.
10. Urine sedikit dan pekat.
11. Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan.
12. Pasien hanya makan sedikit dari porsi yang diberikan.
13.Berat badan pasien turun Pasien tampak lemah dan kelelahan Kekuatan otot
14. Pasien tidak bisa melakukan aktivitas.
6
*Pemeriksaan fisik
Dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum penderita (status generalis)
untuk evaluasi keadaan sistim pemafasan, sistem kardiovaskuler dan sistem saraf yang
merupakan sistem vital untuk kelangsungan kehidupan. Pemeriksaan keadaan local (status
lokalis abdomen) pada penderita dilaksanakan secara sistematis dengan inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi. Tanda-tanda khusus pada akut abdomen tergantung pada
penyebabnya seperti
trauma, peradangan, perforasi atau obstruksi.
* Inspeksi
Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen adalah :
- Penderita kesakitan. Pernafasan dangkal karena nyeri didaerah
- abdomen. Penderita pucat, keringat dingin.
- Bekas-bekas trauma pada dinding abdomen, memar, luka, prolaps omentum atau usus.
Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar ditemukan tanda-tanda khusus, maka
harus dilakukan pemeriksaan berulang oleh dokter yang sama untuk mendeteksi
kemungkinan terjadinya perubahan pada pemeriksaan fisik.
- Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan bila
orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalsis usus (Darm-steifung).
*Palpasi
a) Akut abdomen memberikan rangsangan pada peritoneum melalui peradangan atau
iritasi peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari luasnya daerah yang terkena
iritasi.
b) Palpasi akan menunjukkan 2 gejala :
1. Perasaan nyeri Perasaan nyeri yang memang sudah ada terus menerus akan bertambah
pada waktu palpasi sehingga dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis
lokal akan timbul rasa nyeri di daerah peradangan pada penekanan dinding abdomen di
daerah lain.
2. Kejang otot (defense musculaire, muscular rigidity) Kejang otot ditimbulkan karena rasa
nyeri pada peritonitis diffusa yang karena rangsangan palpasi bertambah sehingga secara
refleks terjadi kejang otot.
7
*Perkusi
Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal.
1) Perasaan nyeri oleh ketokan pada jari Ini disebut sebagai nyeri ketok.
2) Bunyi timpani karena meteorismus disebabkan distensi usus yang berisikan gas pada
ileus obstruksi rendah.
*Auskultasi
Auskultasi tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen terjadi perangsangan
peritoneum yang secara refleks akan mengakibatkan ileus paralitik.
*Pemeriksaan rectal
Toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga merupakan pemeriksaan rutin
untuk mendeteksi adanya trauma pada rektum atau keadaan ampulla recti apakah berisi
faeces atau teraba tumor.
2. Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut berhubungan dengan post operasi ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri
perut, nadi meningkat, tekanan darah meningkat, RR meningkat, Pasien tampak meringis
dan pasien mengatakan skala nyeri ringan - sedang.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake cairan insisi bedah
ditandai dengan pasien tampak lemah, lidah dan mukosa bibir pasien kering, turgor kulit
tidak elastis, urine sedikit dan pekat, minum < 8 gelas.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi bedah ditandai
dengan pasien lemah, tampak kelelahan.
3. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
keperawatan kriteria hasil
Nyeri akut Setelah diberikan 1. Jelaskan kepada klien 1. klien mengetahui dan
berhubungan asuhan tindakan yang akan di dapat mengikuti tindakan
dengan post keperawatan 2 x lakukan. yang akan di lakukan
operasi 24 jam di 2. lingkungan tenang akan
harapkan nyeri 2. Manajemen tenang, batasi pengunjung,
dapat berkurang lingkungan : dan menurunkan stimulus
atau terkontrol lingkungan tenang nyeri istirahat klien eksternal
8
7. Untuk mengetahui
7. Observasi skala nyeri
intervensi selanjutnya dan
untuk melihat skala nyeri.
Kekurangan Setelah diberikan 1. Pantau dan catat tanda- 1. Takikardia, dispnea, atau
Volume asuhan tanda vital setiap 2 jam hipotensi Dapat
cairan keperawatan 2 x atau sesering mungkin mengindikasikan
berhubungan 24 jam di setiap 2 jam atau sesering kekurangan volume cairan
dengan harapkan volume mungkin Kemudian atau ketidak seimbangan
pembatasan cairan tetap pantau dan catat tanda- elektrolit.
tanda kekurangan volume
9
4. IMPLEMENTASI
Implementasi Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Diagnosa Implementasi
keperawatan
1. Nyeri akut 1.Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.
berhubungan 2.Manajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan
dengan spasme istirahatkan klien
abdomen 3. Mengajarkan dan dorong pasien tehnik relaksasi napas dalam
4.Membantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman, dan
gunakanbantal untuk membebat atau menyokong daerah yang sakit bila
diperlukan .
5.Berkolaborasi pemberian analgetik
11
6.Mengobservasi TTV
7.Mengobservasi skala nyeri
2. Kekurangan 1.Memantau dan mencatat tanda-tanda vital setiap 2 jam atau sesering
volume cairan mungkin sesuai keperluan sampai stabil. Kemudian pantau dan catat tanda-
berhubungan tanda vital setiap 4 jam.
dengan mual 2. Menyelimuti pasien hanya dengan kain yang tipis. Menghindari kain yang
muntah terlalu panas
3. Mengukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan laporkan
perubahan yang signitifikan termasuk urine, feses, muntahan, drainase luka.
4. Memberikan cairan, darah atau produk darah, atau ekspander plasma
3. Intoleransi 1.Mendiskusikan dengan pasien tentang perlunya beraktifitas
Aktivitas 2.mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pasien yang diinginkan dan sangat
berhubungan berarti baginya
dengan 3. Mendorong pasien untuk membantu merencanakan kemajuan aktivitas yang
kelemahan mencakup aktivitas yang diyakini sangat penting oleh pasien
akibat nyeri 4. Mengintruksikan dan membantu pasien untuk beraktivitas diselingi istirahat
5. Mengidentifikasi dan meminimalkan faktor-faktor yang dapat menurunkan
toleransi latihan pasien
6.Memantau dan merespons fisiologis terhadap peningkatan aktivitas
(termasuk respirasi, denyut dan iramma jantung, tekanan darah)
5. EVALUASI
1. Nyeri pasien berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Volume cairan seimbang.
3. Pasien dapat melakukan aktivitasnya kembali setelah dilakukan tindakan keperawatan
4. Tidak terjadi kekurangan nutrisi
12
DAFTAR PUSTAKA
1. www.scribd.com/doc/237668081/79204432-LP-Abdominal-Pain-doc
2. www.scribd.com/doc/185999364/Abdominal-Pain
3. Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran
Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
4. Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation.
EmergMedClin North Am 19:123-136, 2001.
5. Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EMS
6. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta :
BalaiPenerbit FKUI.
13
I. Pengkajian
a. Identitas
1. Identitas klien
Nama : zulpan pulungan
Jenis kelamin : laki – laki
Umur : 67 thn
Status kawin : kawin
Agama : protestan
Pendidikan terakhir : SLTA
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : jl. Manggis
Tgl masuk rs : 20 februari 2023
Ruangan : tapak dara
Tgl Pengkajian : 21 februari 2023
Diagnosa medis : Abdominal Discomfort
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama : nyeri uluh hati, mual-muntah
2. Keluhan sekarang : klien mengatakan nyeri perut yang dirasakan di bagian perut
bawah sejak 5 hari yang lalu di bawa ke klinik hanya di kasih obat magh tetapi
pasien tidak ada perubahan dan pasien mengalami semakin nyeri perutnya
14
dan pasien cemas takut akan penyakitnya yang dialami lagi pasien pergi ke Rsud
Djoelham binjai jam 17.00 di IGD dan di bawa ke ruangan tapak dara
P : terkadang timbul sendiri
Q : ditusuk-tusuk
R : di abdomen
S : skala 8
T : hilang timbul
- Timbulnya Keluhan : Bertahap
- Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah dan
keberhasilannya: Pasien datang ke Rumah Sakit untuk berobat
5. Genogram
Keterangan :
15
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : nyeri ulu hati, mual-muntah
b. tanda-tand vital :
Suhu : 36,0°C
TD : 169/77 mmHg
Nadi : 69 x/i
Rr : 20 x/i
c. Kepala
a. Bentuk kepala : Mesochepal
b. Finger print : < 3 detik
c. Rambut : Ketebalan sedang, keadaan kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak
ada ketombe.
d. Mulut : Keadaan mulut lembab, gusi tidak berdarah/ bengkak, keadaan gigi
bersih, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada karies.
e. Mata : Reaksi cahaya -/-, konjungtiva tidak anemis
f. Hidung : Bentuk hidung simetris, patensi hidung baik, tidak ada sumbatan,
septum hidung utuh.
g. Telinga : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada penumpukkan serumen,
respon pendengaran baik.
h. Leher : tidak ada pembesaran getah bening.
16
d. Dada
a. Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada retraksi intercosta
Palpasi : tidak ada gangguan
Perkusi : Bunyi Sonor
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba pada Ics ke 5
Perkusi : Pekak
Auskultasi : bunyi jantung terdengar reguler ( S1 dan S2). Tidak ada bunyi
tambahan. galop (-), mur - mur (-).
c. Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut datar, tidak ada benjolan pada umbilikus, tidak ada
asites. Auskultasi : Peristaltik usus 15x/ menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Ada nyeri tekan di kuadran bawah, dinding perut lentur, tidak ada
massa.
e. Genetalia
Bersih, tidak terpasang DC, volume urine ± 200 cc.
f. Anus
Tidak ada benjolan pada anus.
g. Ekstremitas
Superior : tidak ada kelainan bawaan, cacat maupun lumpuh, tidak terdapat edema
maupun varises, Klien dapat bergerak sendiri.
Inferior : klien dapat menggerakkan kakinya, tidak terdapat deformitas / kelainan
bawaan maupun cacat/lumpuh pada bagian pinggul kebawah sampai kaki, akral
hangat.
h. Kuku dan Kulit
Warna kulit sawo matang, kelembaban kulit sedang, CRT < 3 menit.
17
IV. INTERVENSI
No Tujuan dan kriteria hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1 Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan tindakan Tindakan :
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan masalah pasien dapat Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
teratasi dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
Keluhan nyeri 3 diturunkan ke 4 Identifikasi skala nyeri
Gelisah 3 diturunkan ke 4 Identifikasi faktor yang memperberat
Kesulitan tidur 3 diturunkan ke 4 dan memperingan nyeri
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
Fasilitasi istirahat tidur
Kontrol lingkungan yang memperberat
nyeri
Edukasi
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2 Pola tidur L. 05045 Terapi relaksasi otot progresif I.
Setelah dilakukan tindakan 09326
keperawatan selama 3x24 jam Definisi:menggunakan teknik peregangan
diharapkan masalah pasien dapat untuk mengurangi tanda dan gejala
teratasi dengan kriteria hasil:
19
V. IMPLEMENTASI
No Implementasi Respon dan hasil TTD
1 -dentifikasi skala nyeri Ds : Pasien mengatakan perut
sakit
Do : Pasien hanya berbaring
ditempat tidur
VI. EVALUASI
No Hari / tanggal Evaluasi
1 Selasa S: klien mengatakan nyeri di bagian perut
21/02/2023 P: terkadang timbul sendiri
Q: Nyeri di tusuk - tusuk
R: bagian perut
S: 5
T: Hilang timbul
O: Klien tampak cemas, gelisah saat nyeri muncul, klien
tampak meringis menahan nyeri
TTV : TD: 169/77 mmHg, Nadi: 69 x/menit, Suhu: 36,0 °C,
Pernapasan: 20x/menit
Obat per intravena dan oral masuk : Ketorolac
A: Nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif dengan
pengkajian PQRS
- Kolaborasi pemberian obatpereda nyeri
- Ajarkan metode non farmakologi untuk menurunkan nyeri
- Monitor tanda vital sebelum dan sesudah memberikan
analgesic pada pemberian dosis perama kali