Anda di halaman 1dari 25

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.Z DENGAN


KELUHAN ABDOMEN DISCOMFORT DI RUANGAN
TAPAK DARA RSUD DJOELHAM BINJAI

Disusun Oleh :
Farida Khairani (P07520121056)

Dosen Pembimbing :
Marlisa, S.Kep, Ns, M.Kep

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2022/2023
2

FORMAT PRAKTEK KLINIK KMB I

Laporan pendahuluan

TEMPAT PRAKTIK : RSUD DJOELHAM BINJAI LAPORAN MINGGU KE : 1 (PERTAMA)


RUANGAN : NUSA INDAH JUDUL KASUS : ABDOMINAL PAIN Pd
TANGGAL PRAKTIK : 20 – 26/02/2023 TN.Z DI RUANGAN TAPAK DARA

A. DEFENISI
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa di setiap
regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada dua yaitu,
nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis. Nyeri Abdomen Akut biasanya digunakan
untuk menggambarkan nyeri dengan onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih
(referred pain) adalah persepsi nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal
nyeri. Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut. Rasa
nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar abdomen
seperti organ-organ di rongga toraks. Nyeri abdomen dibedakan menjadi dua yaitu nyeri
visceral dan nyeri somatik.
1. Nyeri Viseral
Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi organ intra
peritoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Peritoneum viseral tidak sensitif
terhadap rabaan, pemotongan atau radang. Kita dapat melakukan sayatan atau jahitan pada
usus tanpa dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan, regangan atau
kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme) akan memberi rasa nyeri yang tumpul disertai
rasa sakit. Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat lokasi nyeri,
digambarkan pada daerah yang luas dengan memakai seluruh telapak tangan. Karena nyeri
ini tidak pengaruhi oleh gerakan, pasien biasanya bergerak aktif tanpa menyebabkan
bertambahnya rasa nyeri.
2. Nyeri somatik
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi oleh saraf tepi
diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk atau disayat dengan
pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan menunjukkan nya memakai
jari. Rangsangan dapat berupa rabaan, tekanan, perubahan suhu, kimiawi atau proses
peradangan. Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan peritoneum parietal
3

akan menimbulkan rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat peradangan nya
sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan rasa nyeri atau
perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah yang menjelaskan nyeri kontra lateral
pasien dengan apendisitis akut. Setiap gerakan dari pasien juga akan menambah rasa nyeri,
baik itu berupa gerakan tubuh maupun gerakan pernafasan yang dalam atau batuk. Hal
inilah yng menerangkan mengapa pasien dengan abdomen akut biasanya berusaha untuk
tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk. Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta
hubungannya dengan gejala lain memungkinkan kita dapat lebih mendekati diagnosis
kemungkinan. Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri kronis
dapat behubungan dengan ekserbasi akut.

B. ETIOLOGI
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran pencernaan atau
diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a. ulkus yang mengalami perforasi
b. irritable bowel syndrome
c. apendisitis
d. Pankreasitis
e. batu empedu.
Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan yang lain mungkin bisa berakibat fatal.

C. TANDA DAN GEJALA


Gejala abdomen comford ada bermacam-macam, di antaranya:
 perut terasa sakit saat disentuh,
 muntah atau mual,
 demam atau menggigil,
 nyeri yang berlangsung lebih dari beberapa jam,
 perut kembung dan terasa kencang,
 susah buang air besar, dan
 dehidrasi.
4

D. PATOFISIOLOGI
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu bersumber
pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada susunan saraf spinal,
gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik berasal dari
suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan melibatkan visera
mesentrium yang berisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih dapat meneruskan rasa
nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri dari pada saraf otonom. Telah diketahui
pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera,
tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa
nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan
gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan
nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan
timbul didaerah abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar
akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus
terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada
mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa
nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh
serabut saraf A. reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submukosa, lapisan muskularis,
dan serosa dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis
menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen
akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus,
kemudian ke korteks serebri. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan
atau akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat
tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera
abdomen atas ( lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu ),mencapai
medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls
nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura
hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon
distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus gnetalia perempuan, impuls nyeri mencapai
segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah
suprapubik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit
meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks
spinal segmentalis 1,3. nyei yang disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada
keracunan timah, dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.
5

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri abdomen
2. Mual, muntah
3. Tidak nafsu makan
4. Lidah dan mukosa bibir kering
5. Turgor kulit tidak elastis
6. Urine sedikit dan pekat
7. Lemah dan kelelahan

F. PELAKSANAAN
a. Pemberian analgetik
b. Pembedahan

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1.Pasien mengeluh nyeri perut.
2.Nadi meningkat
3.Tekanan darah meningkat
4.RR meningkat
5.Pasien tampak meringis.
6.Pasien mengatakan nyeri ringan sedang
7. Pasien mengatakan nyerinya bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit
dilokalisasi Pasien hanya minum < 8 gelas sehari Pasien muntah-muntah Pasien tampak
lemah.
8. Lidah dan mukosa bibir pasien kering.
9. Turgor kulit tidak elastis.
10. Urine sedikit dan pekat.
11. Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan.
12. Pasien hanya makan sedikit dari porsi yang diberikan.
13.Berat badan pasien turun Pasien tampak lemah dan kelelahan Kekuatan otot
14. Pasien tidak bisa melakukan aktivitas.
6

*Pemeriksaan fisik
Dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum penderita (status generalis)
untuk evaluasi keadaan sistim pemafasan, sistem kardiovaskuler dan sistem saraf yang
merupakan sistem vital untuk kelangsungan kehidupan. Pemeriksaan keadaan local (status
lokalis abdomen) pada penderita dilaksanakan secara sistematis dengan inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi. Tanda-tanda khusus pada akut abdomen tergantung pada
penyebabnya seperti
trauma, peradangan, perforasi atau obstruksi.

* Inspeksi
Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen adalah :
- Penderita kesakitan. Pernafasan dangkal karena nyeri didaerah
- abdomen. Penderita pucat, keringat dingin.
- Bekas-bekas trauma pada dinding abdomen, memar, luka, prolaps omentum atau usus.
Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar ditemukan tanda-tanda khusus, maka
harus dilakukan pemeriksaan berulang oleh dokter yang sama untuk mendeteksi
kemungkinan terjadinya perubahan pada pemeriksaan fisik.
- Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan bila
orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalsis usus (Darm-steifung).

*Palpasi
a) Akut abdomen memberikan rangsangan pada peritoneum melalui peradangan atau
iritasi peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari luasnya daerah yang terkena
iritasi.
b) Palpasi akan menunjukkan 2 gejala :
1. Perasaan nyeri Perasaan nyeri yang memang sudah ada terus menerus akan bertambah
pada waktu palpasi sehingga dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis
lokal akan timbul rasa nyeri di daerah peradangan pada penekanan dinding abdomen di
daerah lain.
2. Kejang otot (defense musculaire, muscular rigidity) Kejang otot ditimbulkan karena rasa
nyeri pada peritonitis diffusa yang karena rangsangan palpasi bertambah sehingga secara
refleks terjadi kejang otot.
7

*Perkusi
Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal.
1) Perasaan nyeri oleh ketokan pada jari Ini disebut sebagai nyeri ketok.
2) Bunyi timpani karena meteorismus disebabkan distensi usus yang berisikan gas pada
ileus obstruksi rendah.
*Auskultasi
Auskultasi tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen terjadi perangsangan
peritoneum yang secara refleks akan mengakibatkan ileus paralitik.

*Pemeriksaan rectal
Toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga merupakan pemeriksaan rutin
untuk mendeteksi adanya trauma pada rektum atau keadaan ampulla recti apakah berisi
faeces atau teraba tumor.

2. Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut berhubungan dengan post operasi ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri
perut, nadi meningkat, tekanan darah meningkat, RR meningkat, Pasien tampak meringis
dan pasien mengatakan skala nyeri ringan - sedang.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake cairan insisi bedah
ditandai dengan pasien tampak lemah, lidah dan mukosa bibir pasien kering, turgor kulit
tidak elastis, urine sedikit dan pekat, minum < 8 gelas.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi bedah ditandai
dengan pasien lemah, tampak kelelahan.

3. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
keperawatan kriteria hasil
Nyeri akut Setelah diberikan 1. Jelaskan kepada klien 1. klien mengetahui dan
berhubungan asuhan tindakan yang akan di dapat mengikuti tindakan
dengan post keperawatan 2 x lakukan. yang akan di lakukan
operasi 24 jam di 2. lingkungan tenang akan
harapkan nyeri 2. Manajemen tenang, batasi pengunjung,
dapat berkurang lingkungan : dan menurunkan stimulus
atau terkontrol lingkungan tenang nyeri istirahat klien eksternal
8

dengan kriteria akan tenang, batasi dan pembatasan pengunjung


hasil : pengunjung, dan membantu kondisi akan
1. Nyeri pasien menurunkan stimulus meningkatkan
dapat berkurang nyeri istirahat klien Okisigen (O2) ruangan
2. Skala intensitas
nyeri berkurang 2
-3 3. Dengan tehnik relaksasi
3. Pasien tampak 3. Ajarkan dan dorong nyeri dapat mengurangi
pasien tehnik relaksasi
tenang nyeri .
napas dalam
4. TTV tampak 4. untuk menurunkan
4. Bantu pasien untuk
normal ketegangan atau spasme otot
(dalam batas mendapatkan posisi yang dan untuk mendistribusikan
normal) nyaman, dan gunakan Kembali tekanan pada
bantal untuk membebat bagian tubuh
atau menyokong daerah
yang sakit bila tekanan
pada bagian tubuh
diperlukan 5. Kolaborasi dengan
5. Kolaborasi pemberian
pemberianan algetik sesuai
analgetik indikasi dapat memblok
lintasan nyeri,
Sehingga nyeri dapat
berkurang.
6. Peningkatan nadi
6. Observasi TTV menunjukkan adanya nyeri.

7. Untuk mengetahui
7. Observasi skala nyeri
intervensi selanjutnya dan
untuk melihat skala nyeri.
Kekurangan Setelah diberikan 1. Pantau dan catat tanda- 1. Takikardia, dispnea, atau
Volume asuhan tanda vital setiap 2 jam hipotensi Dapat
cairan keperawatan 2 x atau sesering mungkin mengindikasikan
berhubungan 24 jam di setiap 2 jam atau sesering kekurangan volume cairan
dengan harapkan volume mungkin Kemudian atau ketidak seimbangan
pembatasan cairan tetap pantau dan catat tanda- elektrolit.
tanda kekurangan volume
9

intake cairan adekuat dengan cairan tanda vital setiap 4


insisi bedah kriteria hasil : jam.
1. Tanda-tanda 2. Selimuti pasien hanya 2. Untuk mencegah
vital tetap stabil dengan kain yang tipis. vasodilatasi, terkumpulnya
2. Warna kulit Hindari terlalu panas darah di ektremitas, dan
dan suhu normal berkurangnya volume
3. Kadar elektrolit darah sirkulasi.
tetap dalam 3. Ukur asupan dan 3. Haluaran urine yang
rentang normal haluaran setiap 1 sampai rendah dan berat jenis urine
4. Pasien 4 jam. Catat dan laporkan yang tinggi
mempunyai perubahan mengindikasikan
turgor kulit Yang signitifikan hopovolemia.
normal dan termasuk urine, feses,
membran mukosa muntahan, drainase luka.
lembab 4. Berikan cairan, darah 4. Untuk mengganti cairan
atau produk darah, atau dan kehilangan darah serta
ekspander plasma mempermudah pergerakan
cairan ke dalam ruang
intravaskular, pantau dan
catat keefektifan dan
semua efek yang tidak
diharapkan.
Intoleransi Setelah diberikan 1. Diskusikan dengan 1. Untuk
Aktivitas asuhan pasien tentang perlunya mengkomunikasikan kepada
berhubungan keperawatan beraktifitas pasien Aktivitas
dengan pasien akan meningkatkan bahwa akan
kelemahan menunjukkan kesejahteraan fisik dan
akibat nyeri tingkat psikososial
insisi bedah peningkatan 2. Identifikasi aktivitas- 2. Untuk meningkatkan
aktivitas optimal aktivitas pasien yang motivasinya agar lebih aktif
dengan kriteria diinginkan dan sangat
hasil : berarti baginya
1. Pasien 3. Dorong pasien untuk 3. Partisipasi pasien dalam
menyatakan membantu merencanakan perencanaan membantu
keinginannya kemajuan aktivitas yang Dapat memperkuat
untuk Mencakup aktivitas yang keyakinan pasien
10

meningkatkan diyakini sangat penting


aktivitas oleh pasien
2. Pasien 4. Intruksikan dan bantu 4. Untuk menurunkan
mengindentifikasi pasien untuk beraktivitas kebutuhan oksigen tubuh
faktor-faktor diselingi istirahat dan mencegah keletihan
terkontrol yang 5. Identifikasi dan 5. Untuk meningkatkan
menyebabkan minimalkan factor-faktor Membantu aktivitas
kelemahan Yang dapat menurunkan pasien
3. Tekanan darah, toleransi latihan pasien 6. Untuk meyakinkan bahwa
kecepatan nadi 6. pantau dan respon frekuensinya kembali
dan respirasi, fisiologis terhadap
tetap dalam batas peningkatan aktivitas
yang ditetapkan (termasuk respirasi,
selama aktivitas denyut dan irama jantung,
4. Pasien tekanan darah)
menyatakan rasa
puas dengan
setiap tingkat
aktivitas baru
yang dapat
dicapai

4. IMPLEMENTASI
Implementasi Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Diagnosa Implementasi
keperawatan
1. Nyeri akut 1.Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.
berhubungan 2.Manajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan
dengan spasme istirahatkan klien
abdomen 3. Mengajarkan dan dorong pasien tehnik relaksasi napas dalam
4.Membantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman, dan
gunakanbantal untuk membebat atau menyokong daerah yang sakit bila
diperlukan .
5.Berkolaborasi pemberian analgetik
11

6.Mengobservasi TTV
7.Mengobservasi skala nyeri
2. Kekurangan 1.Memantau dan mencatat tanda-tanda vital setiap 2 jam atau sesering
volume cairan mungkin sesuai keperluan sampai stabil. Kemudian pantau dan catat tanda-
berhubungan tanda vital setiap 4 jam.
dengan mual 2. Menyelimuti pasien hanya dengan kain yang tipis. Menghindari kain yang
muntah terlalu panas
3. Mengukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan laporkan
perubahan yang signitifikan termasuk urine, feses, muntahan, drainase luka.
4. Memberikan cairan, darah atau produk darah, atau ekspander plasma
3. Intoleransi 1.Mendiskusikan dengan pasien tentang perlunya beraktifitas
Aktivitas 2.mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pasien yang diinginkan dan sangat
berhubungan berarti baginya
dengan 3. Mendorong pasien untuk membantu merencanakan kemajuan aktivitas yang
kelemahan mencakup aktivitas yang diyakini sangat penting oleh pasien
akibat nyeri 4. Mengintruksikan dan membantu pasien untuk beraktivitas diselingi istirahat
5. Mengidentifikasi dan meminimalkan faktor-faktor yang dapat menurunkan
toleransi latihan pasien
6.Memantau dan merespons fisiologis terhadap peningkatan aktivitas
(termasuk respirasi, denyut dan iramma jantung, tekanan darah)

5. EVALUASI
1. Nyeri pasien berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Volume cairan seimbang.
3. Pasien dapat melakukan aktivitasnya kembali setelah dilakukan tindakan keperawatan
4. Tidak terjadi kekurangan nutrisi
12

DAFTAR PUSTAKA
1. www.scribd.com/doc/237668081/79204432-LP-Abdominal-Pain-doc
2. www.scribd.com/doc/185999364/Abdominal-Pain
3. Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran
Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
4. Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation.
EmergMedClin North Am 19:123-136, 2001.
5. Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EMS
6. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta :
BalaiPenerbit FKUI.
13

FORMAT LAPORAN KASUS (PROSES KEPERAWATAN)


PENGKAJIAN

TEMPAT PRAKTIK : RSUD DJOELHAM BINJAI LAPORAN MINGGU KE : 1 (PERTAMA)


RUANGAN : NUSA INDAH JUDUL KASUS : ABDOMINAL PAIN Pd
TANGGAL PRAKTIK : 20-26/02/2023 TN.Z DIRUANGAN TAPAK DARA

I. Pengkajian
a. Identitas
1. Identitas klien
Nama : zulpan pulungan
Jenis kelamin : laki – laki
Umur : 67 thn
Status kawin : kawin
Agama : protestan
Pendidikan terakhir : SLTA
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : jl. Manggis
Tgl masuk rs : 20 februari 2023
Ruangan : tapak dara
Tgl Pengkajian : 21 februari 2023
Diagnosa medis : Abdominal Discomfort

2. Identitas penanggung jawab


Nama : ny.A
Hubungan dengan klien : istri
Pekerjaan : IRT
Alamat : jl. Manggis

b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama : nyeri uluh hati, mual-muntah
2. Keluhan sekarang : klien mengatakan nyeri perut yang dirasakan di bagian perut
bawah sejak 5 hari yang lalu di bawa ke klinik hanya di kasih obat magh tetapi
pasien tidak ada perubahan dan pasien mengalami semakin nyeri perutnya
14

dan pasien cemas takut akan penyakitnya yang dialami lagi pasien pergi ke Rsud
Djoelham binjai jam 17.00 di IGD dan di bawa ke ruangan tapak dara
P : terkadang timbul sendiri
Q : ditusuk-tusuk
R : di abdomen
S : skala 8
T : hilang timbul
- Timbulnya Keluhan : Bertahap
- Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah dan
keberhasilannya: Pasien datang ke Rumah Sakit untuk berobat

3. Riwayat Kesehatan Masalalu


-Penyakit yang pernah dialami : Klien mengatakan sebelumnya tidak mempunyai
penyakit ini.
- Kecelakaan : Pasien mengatakan belum pernah mengalami kecelakaan
- Pernah dirawat : Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat.
- Pernah Operasi : Pasien mengatakan belum pernah operasi
- Alergi : Pasien mengatakan memiliki alergi obat Paracetamol

4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien selalu menerapkan hidup sehat.


- Kebiasaan Hidup Tidak Sehat : Pasien mengatakan di keluarga ada kebiasaan
merokok,
- Penyakit Menular : Pasien mengatakan di keluarga tidak ada penyakit
menular seperti TBC, HIV/AIDS dan lainnya.
- Penyakit Menurun : Pasien mengatakan di keluarganya memiliki penyakit
menurun seperti Hipertensi.

5. Genogram
Keterangan :
15

6. Riwayat keadaan sosial


a. Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
b. Persepsi klien tentang penyakitnya : -
c. Konsep diri :
d. Keadaan emosi :
e. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara :
f. Hubungan dengan keluarga :
g. Hubungan dengan orang lain
h. Kegemaran
i. Daya adaptasi
j. Mekanisme pertahanan diri

7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : nyeri ulu hati, mual-muntah
b. tanda-tand vital :
Suhu : 36,0°C
TD : 169/77 mmHg
Nadi : 69 x/i
Rr : 20 x/i
c. Kepala
a. Bentuk kepala : Mesochepal
b. Finger print : < 3 detik
c. Rambut : Ketebalan sedang, keadaan kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak
ada ketombe.
d. Mulut : Keadaan mulut lembab, gusi tidak berdarah/ bengkak, keadaan gigi
bersih, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada karies.
e. Mata : Reaksi cahaya -/-, konjungtiva tidak anemis
f. Hidung : Bentuk hidung simetris, patensi hidung baik, tidak ada sumbatan,
septum hidung utuh.
g. Telinga : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada penumpukkan serumen,
respon pendengaran baik.
h. Leher : tidak ada pembesaran getah bening.
16

d. Dada
a. Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada retraksi intercosta
Palpasi : tidak ada gangguan
Perkusi : Bunyi Sonor
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba pada Ics ke 5
Perkusi : Pekak
Auskultasi : bunyi jantung terdengar reguler ( S1 dan S2). Tidak ada bunyi
tambahan. galop (-), mur - mur (-).
c. Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut datar, tidak ada benjolan pada umbilikus, tidak ada
asites. Auskultasi : Peristaltik usus 15x/ menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Ada nyeri tekan di kuadran bawah, dinding perut lentur, tidak ada
massa.
e. Genetalia
Bersih, tidak terpasang DC, volume urine ± 200 cc.
f. Anus
Tidak ada benjolan pada anus.
g. Ekstremitas
Superior : tidak ada kelainan bawaan, cacat maupun lumpuh, tidak terdapat edema
maupun varises, Klien dapat bergerak sendiri.
Inferior : klien dapat menggerakkan kakinya, tidak terdapat deformitas / kelainan
bawaan maupun cacat/lumpuh pada bagian pinggul kebawah sampai kaki, akral
hangat.
h. Kuku dan Kulit
Warna kulit sawo matang, kelembaban kulit sedang, CRT < 3 menit.
17

8. Terapi yang diberikan


Infus nacl 0,9% / 20Tpm
Injeksi intravena :
Ceftriaxon 1x 2.000 mg/12j
Ranitidin 2 x 50 mg/8j
Ketorolac 2 x 30 mg/8j
Lanzoprazole 2 x 30 mg/12j

II. Analisa data


No Data Etiologi Masalah
1 Ds : pasien mengatakan nyeri -Kelainan Jaringan Nyeri akut b.d.
di bagian perut parrenkim hati agen pencedera
P : Saat bergerak -Perasaan tidak fisiologis
Q : ditusuk - tusuk nyaman nyeri
R : di abdomen -Nyeri Akut
S : skala 5
T : hilang timbul
2 DS : pasien mengatakan tidurnya -Nyeri Tidak bisa Gangguan pola
terganggu karena rasa nyeri tidur tidur b.d nyeri
yang dirasakan. Tidur pada -Gangguan pola
siang hari dan malam hari tidur
hanya tidur 3-4 jam saja.
DO: pasien tampak lemas

3 DS: Pasien mengatakan sedikit -Faktor pencetus ansietas


cemas karena penyakit yang Hipotalamus
dialaminya -Ansietas
DO: Pasien tampak cemas
18

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3. Ansietas berhubungan dengan penyakit yang dialaminya

IV. INTERVENSI
No Tujuan dan kriteria hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1 Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan tindakan Tindakan :
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan masalah pasien dapat Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
teratasi dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
Keluhan nyeri 3 diturunkan ke 4 Identifikasi skala nyeri
Gelisah 3 diturunkan ke 4 Identifikasi faktor yang memperberat
Kesulitan tidur 3 diturunkan ke 4 dan memperingan nyeri
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
Fasilitasi istirahat tidur
Kontrol lingkungan yang memperberat
nyeri
Edukasi
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2 Pola tidur L. 05045 Terapi relaksasi otot progresif I.
Setelah dilakukan tindakan 09326
keperawatan selama 3x24 jam Definisi:menggunakan teknik peregangan
diharapkan masalah pasien dapat untuk mengurangi tanda dan gejala
teratasi dengan kriteria hasil:
19

1. keluhan sulit tidur dari skala 3 ketidaknyamanan seperti nyeri,


diturunkan ke skala 2 ketegangan otot, atau kecemasan
2. keluhan tidak tidur puas dari Tindakan
skala 3 di turunkan ke skala 2 2. keluhan tidak tidur puas dari skala
3. keluhan istirahat tidak cukup 3 di turunkan ke skala 2
dari skala 3 diturunkan ke skala 2 3. keluhan istirahat tidak cukup dari
2. keluhan tidak tidur puas dari skala 3 diturunkan ke skala 2
skala 3 di turunkan ke skala 2 Observasi
3. keluhan istirahat tidak cukup - identifikasi penurunan tingkat energi,
dari skala 3 diturunkan ke skala 2 Ketidakmampuan berkonsentrasi
- identifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
- identifikasi kesediaan, kemampuan,
dan penggunaan teknik sebelumnya
- periksa ketegangan otot, frekuensi
nadi,tekanan darah, dan suhu
- monitor respon terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik
- ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pengcahayaan dan
suhu ruang nyaman
- berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik relaksasi
- gunakan pakaian longgar
- gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
- gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain
Edukasi
- jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan
jenis relaksasi yang tersedia
20

- jelaskan secara rinci intervensi


relaksasi yang dipilih
- anjurkan mengambil posisi yang
nyaman
- anjurkan rileks dan merasalkan
sensasi relaksasi
- demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis.Napas dalam, peregangan,
atau imajinasi terbimbing
3 Tingkat ansietas, L.090903 Terapi music, I.08250
Setelah dilakukan tindakan indakan :
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan masalah pasien dapat identifikasi perubahan perilaku atau
teratasi dengan kriteria hasil: fisiologis yang akandicapai (mis.
verbalisasi khawatir akibat kondisi relaksasi,stimulasi,konsentrasi,
yang dihadapi skala 3 ke skala 2 penguranganrasa sakit)
perilaku gelisah skala 3 ke2 identifikasi minat terhadap musik
perilaku tegang skala 3 ke 2 identifikasi music yang disukai
Terapeutik
Pilih musik yang disukai
posisikan dalam posisi nyaman
batasi rangsangan eksternal selama
terapi dilakukan /9,is. lampu, suara,
pengunjung, panggilan telepon)
sediakan peralatan terapi musik
atur volume suara yang sesuai
berikan terapi sesuai indikasi
hindari pemberian terapi musik dalam
waktu yang lama
hindari pemberian terapi musik saat
cedera kepala akut
Edukasi
21

jelaskan tujuan dan prosedur terapi


musik
anjurkan rileks selama mendengarkan
musik

V. IMPLEMENTASI
No Implementasi Respon dan hasil TTD
1 -dentifikasi skala nyeri Ds : Pasien mengatakan perut
sakit
Do : Pasien hanya berbaring
ditempat tidur

- Identifikasi lokasi, karakteristik, Ds : Pasien mengatakan nyeri


durasi, frekuensi, kualitas dan yang dirasakan hilang timbul
intensitas nyeri Do : Pasien ketika nyeri
Memegang perutnya
2 -identifikasi penurunan tingkat Ds : pasien mengatakan nyeri
energi, atau gejala lain yang yang dirasaakan
menganggukemampuan kognititf Do : Pasien terlihat lemas
ketidakmampuan berkonsentrasi
- identifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
3 -identifikasi minat terhadap music Ds : pasien mengatakan
bersedia di berikan terapi musik
Do : pasien tampak bersedia
Diberikan terapi music

- identifikasi musik yang disukai Ds : pasien memilih terapi


music yang membuat dia tenang
Do : pasien tampak tenang
22

VI. EVALUASI
No Hari / tanggal Evaluasi
1 Selasa S: klien mengatakan nyeri di bagian perut
21/02/2023 P: terkadang timbul sendiri
Q: Nyeri di tusuk - tusuk
R: bagian perut
S: 5
T: Hilang timbul
O: Klien tampak cemas, gelisah saat nyeri muncul, klien
tampak meringis menahan nyeri
TTV : TD: 169/77 mmHg, Nadi: 69 x/menit, Suhu: 36,0 °C,
Pernapasan: 20x/menit
Obat per intravena dan oral masuk : Ketorolac
A: Nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif dengan
pengkajian PQRS
- Kolaborasi pemberian obatpereda nyeri
- Ajarkan metode non farmakologi untuk menurunkan nyeri
- Monitor tanda vital sebelum dan sesudah memberikan
analgesic pada pemberian dosis perama kali

S: pasien mengatakan tidurnya terganggu karena rasa nyeri


yang dirasakan. Tidur pada siang hari dan malam hari hanya
tidur 3-4 jam saja
O: Klien tampak lemas
A: gangguan pola tidur belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
- gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
berirama
- gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain
23

S: klien mengatakan merasa cemas akan penyakitnya yang


dialami sekarang
O: klien tampak cemas
Ukuran luka: pxl36<80cm
Kedalaman: stage 4
Tepi luka: 4. Jelas, tidak menyatu dengan dasar luka, tebal
Goa: 4. Goa 2-4cm > 50% di pinggir luka
Tipe eskudet: 5. Purulent, cairan infeksi (nanah/pus)
seperti susu berwarna kuning
Jumlah eksudet: 5. Banya\
A: Ansietas belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- identifikasi pemberian terapi musik
2 Rabu S: klien mengatakan nyeri pada bagian perut sudah mulai reda
22/02/2023 P: terkadang timbul sendiri
Q: Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R: di bagian perut
S: 3
T: Hilang timbul
O: Klien tampak agak tenang karena nyeri skalanya turun
TTV : TD: 150/70 mmHg, Nadi: 75 x/menit, Suhu:36 °C,
Pernapasan:20x/menit
Obat per intravena : Ketorolac
A: Nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif dengan
pengkajian PQRS
- Kolaborasi pemberian obatpereda nyeri
- Ajarkan metode non farmakologi untuk menurunkan nyeri
- Monitor tanda vital sebelum dan sesudah memberikan
analgesic pada pemberian dosis pertama kali
24

S: klien sudah mulai bisa tidur kembali


O: Klien tampak bugar
A: gangguan pola tidur teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
- gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
atau tindakan medis lain

S: klien mengatan sudah tidak terlalu cemas


O: klien tampak tenang
Ukuran luka: pxl36<80cm
Kedalaman: stage 4
Tepi luka: 4. Jelas, tidak menyatu dengan dasar luka, tebal
Goa: 4. Goa 2-4cm > 50% di pinggir luka
Tipe eskudet: 5. Purulent, cairan infeksi (nanah/pus) seperti
susu berwarna kuning
Jumlah eksudet: 5. Banyak
A: Ansietas masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
-identifikasi pemberian terapi musik
3 Kamis S: klien mengatakan nyeri di bagian perut sudah mulai reda
23/02/2023 P: terkadang timbul sendiri
Q: Nyeri di tusuk – tusuk
R: perut bagian uluh hati
S: 3
T: Hilang timbul
O: Klien tampak tenang karena sudah teratasi sebagian
Nyerinya.
Obat per intravena : Ketorolac
A: Nyeri akut teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
dengan pengkajian PQRS
- Kolaborasi pemberian obat pereda nyeri
25

- Ajarkan metode non farmakologi untuk menurunkan nyeri

S: Klien mengatakan tidurnya sudah bisa mulai terkontrolkan


lagi
O: pasien tampak bugar
A: gangguan pola tidur teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
-gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
atau tindakan medis lain

S: klien mengatan sudah tidak terlalu cemas karena nyerinya


sudah teratasi sebagian
O: klien tampak tenang
Ukuran luka: pxl36<80cm
Kedalaman: stage 4
Tepi luka: 4. Jelas, tidak menyatu dengan dasar luka, tebal
Goa: 4. Goa 2-4cm > 50% di pinggir luka
Tipe eskudet: 5. Purulent, cairan infeksi (nanah/pus) seperti
susu berwarna kuning
Jumlah eksudet: 5. Banyak
A: Ansietas masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai