Disusun Oleh :
ERNI YUNIASARI
NIM : 20149012016
A. Definisi
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
traktus intestinal. Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2012)
Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan
kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang sangat ringan sampai yang bersifat
fatal (Sudoyo, dkk., 2011).
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala
atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul, 2014).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan
adanya kerusakan. Serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai
berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi
kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional); awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang dapat diantisipasi
atau di prediksi. (Nurarif dan Kusuma, 2015). Nyeri kronis serangan yang tiba-tiba
atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan (Herlman, 2013).
B. Etiologi
1. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti kulitis,
pankreanitis, kolesistitis.
2. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis
infeksi, esofagitis.
3. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
4. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis.
5. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
6. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.
7. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru
dan lainnya.
Mekanis
1. Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)
2. Karsinoma
3. Volvulus
4. Intususepsi
5. Obstipasi
6. Polip
7. Striktur
Fungsional (non mekanik)
1. Ileus paralitik
2. Lesi medulla spinalis
3. Enteritis regional
4. Ketidakseimbangan elektrolit
5. Uremia
C. Klasifikasi
1. Jenis nyeri perut.
a. Nyeri Viseral
Terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam
rongga perut. Peritoneum yang menyelimuti organ perut dipersarafi
oleh system saraf otonom dan tidak peka terhadap rabaan, atau
pemotongan. Dengan demikian, sayatan atau penjahitan pada usus
dapat dilakukan tanpa terasa oleh pasien. Akan tetapi, bila terjadi
kontraksi yang berlebihan pada otot yang menyebabkan iskemia,
misalnya pada kolik atau radang.pasien yang merasakan nyeri
visceral tidak dapat menunjukan secara tepat letak nyeri.
Saluran cerna yang berasal dari usus depan (foregut),yaitu
lambung, duodenum, sistem hepatobilier, dan pancreas
menyebabkan nyeri di ulu hati atau epigastrium.
Saluran cerna yang berasal dari usus tengan (midgut), yaitu usus
halus dan usus besar sampai pertengahan colon transversum
menyebabkan nyeri di sekitar umbilicus.
Saluran cerna yang berasal dari usus belakang,(hindgut) yaitu
pertengahan kolon transversum sampai dengan kolon sigmoid
menimbulkan nyeri perut bagian bawah termasuk buli-buli dan
rektosigmoid.
Nyeri Viseral tidak disertai rangsangan peritoneum, sehingga
pasien biasanya dapat aktif bergerak.
b. Nyeri Somatik
Terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh
saraf tepi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk atau disayat, dan
pasien dapat menunjukan secara tepat letak nyeri dengan jari. Setiap
gerakan penderita, baik gerak tubuh maupun napas yang dalam atau
batuk, akan menambah rasa nyeri sehingga penderita gawat
abdomen yang disertai rangsangan peritoneum berusaha untuk tidak
bergerak, bernapas dangkal dan menahan batuk.
2. Letak Nyeri Perut
Nyeri viseral dari suatu organ biasanya sesuai letak dengan organ
tersebut pada masa embrional, sedangkan letak nyeri somatik biasanya
dekat dengan organ sumber nyeri somatik.
3. Sifat Nyeri
a. Nyeri alih
Terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu
daerah.
Misalnya :
1) Rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau peradangan
akan dirasakan nyeri dibahu
2) Rangsangan pada kolesistitis akut dirasakan di ujung belikat.
3) Abses dibawah diafragma atau rangsangan karena radang atau
trauma pada permukaan limpa atau hati akan dirasakan nyeri
dibahu.
4) Kolik ureter atau kolik pielum, nyeri dirasakan sampai ke alat
kelamin luar seperti labium mayor pada wanita dan testis pada
pria.
b. Nyeri Proyeksi
Adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensorik
akibat cedera atau radang saraf. Contoh: nyeri fantom setelah
amputasi, atau nyeri perifer setempat pada herpes zoster.
c. Nyeri kontinu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan
terus-menerus karena berlangsung terus.pada saat pemeriksaan
penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat, dan defense
muscular untuk melindungi bagian yang meradang dan menghindari
gerakan atau tekanan setempat.
d. Nyeri kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ
berongga dan biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam
organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter, batu empedu,
peningkatan intraluminer). Nyeri ini timbul karena hipoksia, dan
dirasakan hilang timbul, mual bahkan sampai muntah, dan dalam
serangan penderita sangat gelisah, kadang sampai berguling-guling
ditempat tidur. Nyeri kolik mempunyai Trias yang khas, yaitu
serangan nyeri perut yang kumatan disertai mual atau muntah dan
gerak paksa.
e. Nyeri Iskemik
Nyeri ini sangat hebat, menetap, dan tidak menyurut. Ini
merupakan tanda jaringan terancam nekrosis, lebih lanjut akan
tampak tanda intosikasi umum.
f. Nyeri pindah
Nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi, misalnya
tahap awal apendisitis, nyeri visceral dirasakan disekitar pusat
disertai rasa mual karena apendiks termasuk usus tengah, setelah
diseluruh dinding termasuk peritoneum nyeri dirasakan dirasakan
perut kanan bawah, jika terjadi nekrosis dan gangren, nyeri berubah
menjadi nyeri iskemik, menetap dan tidak menyurut, dan dapat jatuh
kedalam toksis.Pada perforasi tukak nyeri dirasakan di ulu hati
pindah ke kanan bawah.
- Menghindari mengkonsumsi sayuran tertentu misalnya, kol, sawi
- Menghindari melakukan aktivitas yang berat
D. Manifestasi Klinis
1. Mekanika sederhana-usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah
empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi
terdengar pada interval singkat), nyeri difus minimal
2. Mekanika sederhana-usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, muntah-sedikit atau
Tidak ada-kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush”
meningkat, sederhana-kolon
3. Mekanika sederhana-kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkat bising usus, nyeri tekan
difus minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya
kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri parah, terus menerus dan
terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau
berdarah atau mengandung darah samar.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil
keputusan, misalnya pemeriksaan darah, urin, feses. Kadang perlu juga
dilakukan pemeriksaan radiologi dan endoskopi.
Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan antara lain nilai hemoglobin
dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau
dehidrasi. Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan.
Hitung trombosit dan faktor koagulasi, disamping diperlukan untuk persiapan
bedah, juga dapat membantu menegakkan diagnosis yang lainnya.
F. Pencegahan
1. Mengurangi mengkonsumsi makanan yang pedas
2. Tidak mengkonsumsi makanan yang asem
3. Tidak mengkonsumsi mie instant
4. Menghindari mengkonsumsi sayuran tertentu misalnya, kol, sawi
5. Menghindari melakukan aktivitas yang berat
G. Penatalaksanaan
1. Obat prokinetik, untuk mempercepat peristaltik saluran gastrointestinal.
Ex. Betanekol, metoklopramid, domperiden dan cisaride
2. Obat anti sekretorik, untuk menurunkan keasaman dan menurunkan
jumlah sekresi lambung. Pada umumnya tergolong antagonis reseptor H 2
(ARH2).
Ex. Simetidine, rantidine dan famatidin
3. Antasida
4. Obat pelindung mukosa.
H. Pathway Kolik Abdomen
Inflamasi peritonium perietal
Kelainan mukosa
viseral Colic abdomen Gangguan perfusi jaringan
Ekstra abdominal
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. (2011) Buku Ajar Ilmu.
Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing
A. Aziz Alimul Hidayat. (2014) Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia (Buku 1, Edisi
2) Jakarta : Salemba Medika.