Anda di halaman 1dari 17

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS


A. DEFINISI
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang
menyebabkan terhambatnya aliran isi usus tetapi peristaltiknya normal (Reeves,
2013).
Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba
dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang sangat ringan
sampai yang bersifat fatal (Ilmu Penyakit Dalam, 2013).
Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan
dirasakan seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena
sumbatan baik parsial ataupun total dari organ tubuh berongga atau organ yang
terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik. Nyeri abdomen dihasilkan dari 3 jalur
yaitu (Mahadevan, 2005):
1. Nyeri Abdomen Visera
Biasanya disebabkan karena distensi organ berongga atau
penegangan kapsul dari organ padat. Penyebab yang jarang berupa iskemi
atau inflamasi ketika jaringan mengalami kongesti sehingga
mensensitisasi ujung saraf nyeri visera dan menurunkan ambang batas
nyerinya. Nyeri inisering merupakan manifestasi awal dari beberapa
penyakit atau berupa rasa tidak nyaman yang samar-samar hingga kolik.
Jika organ yang terlibat dipengaruhi oleh gerakan peristaltik, maka nyeri
sering dideskripsikan sebagai intermiten, kram atau kolik.Pada nyeri ini,
karena serabut saraf nyeri bilateral, tidak bermielin dan memasuki korda
spinalis pada tingkat yang beragam, maka nyeri abdomen visera ini
biasanya terasa tumpul, sulit dilokalisasi dan dirasakan dibagian tengah
tubuh. Nyeri visera berasal dari regio abdomen yang merujuk pada asal
organ secara embrionik. Struktur foregut seperti lambung, duodenum,
liver, traktus biliaris dan pankreas menghasilkan nyeri abdomen atas,
sering dirasakan sebagai nyeri regio epigastrium. Struktur
midgut seperti jejunum, ileum, apendiks, dan kolon asenden
menyebabkan nyeri periumbilikus. Sedangkan struktur hindgut seperti
kolon transversal, kolondesendens dan sistem genitourinary menyebabkan
nyeri abdomen bagian bawah.

1
2

2. Nyeri Abdomen Parietal (Somatik) 


Nyeri abdomen parietal atau somatik dihasilkan dari iskemia,
inflamasi atau penegangan dari peritoneum parietal. Serabut saraf aferen
yang bermielinisasi mentransmisikan stimulus nyeri ke akar ganglion
dorsal pada sisi dan dermatomal yang sama dari asal nyeri. Karena alasan
inilah nyeri parietal berlawanan dengan nyeri visera, sering dapat
dilokalisasi terhadap daerah asal stimulus nyeri. Nyeri ini dipersepsikan
berupa tajam, seperti tertusuk pisau dan bertahan; batuk dan pergerakan
dapat memicu nyeri tersebut. Kondisi ini mengakibatkan dalam
pemeriksaan fisik dapatdicari tanda berupa rasa lembut, guarding, nyeri
pantul dan kaku pada abdomen yang dipalpasi. Tampilan klinis dari
appendicitis dapat berupa nyeri visera dan somatik. Nyeri pada apendisitis
awal sering berupa nyeri periumbilikus (visera) tapi terlokalisasi di regio
kuadran kanan bawah ketika inflamasi menyebar ke peritoneum (parietal).
3. Nyeri Alih 
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada jarak dari organ yang
sakit. Nyeri ini dihasilkan dari jalur-jalur neuron aferen sentral yang
berasal dari lokasi yang berbeda. Contohnya adalah pasien
dengan pneumonia mungkin merasakan nyeri abdomen karena distribusi neuron
T9 terbagi oleh paru-paru dan abdomen. Contoh lainnya yaitu nyeri
epigastrium yang berhubungan dengan Infark miokard, nyeri di bahu
yang berhubungan dengan iritasi diafragma (contoh, rupture limpa), nyeri
infrascapular yang berhubungan dengan penyakit biliar dan nyeri
testicular yang berhubungan dengan obstruksi uretra.
B. ETIOLOGI
1. Mekanis
a. Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)
b. Karsinoma
c. Volvulus
d. Intususepsi
e. Obstipasi
f.  Polip
g. Striktur
2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik
b. Lesi medula spinalis
c. Enteritis regional
3

d. Ketidakseimbangan elektrolit
e. Uremia
3. Etiologi yang lain yaitu
a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis,
diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis.
b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease,
kulitis infeksi, esofagitis.
c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena
batu.
d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis
e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia
fungsional.
g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard
dan paru dan lainnya
C. PATOFISIOLOGI
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,
tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab
mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik,
paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis
peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang.
Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas.
Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak
obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan
peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan
penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus
dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan
bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan
peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan
terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau
jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian.
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut
menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi
lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal tempat
penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).
4

Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya


hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas
makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat
sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal
sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti
peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen
D. TANDADANGEJALA
a. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah
empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi
terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
b. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau
tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush”
meningkat, nyeri tekan difus minimal.
c. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
difus minimal.
d. Mekanika obstruksi parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya
kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
e. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan
terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus
menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah;
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.
5

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi
- USG Abdomen
2. Pemeriksaan rektal
3. Laboratorium :
- Leukosit
Menghitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan
- HB
Nilai hemoglobin dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya
perdarahan atau dehidrasi.
- Trombosit
Hitung trombosit dan faktor koagulasi, disamping diperlukan untuk
persiapan bedah, juga dapat membantu menegakkan diagnosis yang
lainnya.
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Terapi Na+, K+, komponen darah
Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke
area penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif
dengan pasien berbaring miring ke kanan.
Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi
kronik, ileus paralitik atau infeksi.
Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu
beresiko.
Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan
mendekompresi usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai
prosedur kedua.
2. Tindakan KEPERAWATAN
Infus RL ; jika anuria -> infus RL:D5 = 1:1
Bila dehidrasi berat -> infus diguyur, dipasang kateter dauwer
6

Beri analgetik ringan (xylomidon),Spasmolitik: Baralgin, Sulfas


Aliopin (inj) ; jika kesakitan sekali -> beri petidin 1 amp im, jangan
beri Antibiotik kalau penyebab tidak jelas
Bila gelisah penderita gelisah, beri Diazepam 10 mg iv, bisa diulang
tiap 30 menit
Bila panas, beri: antipiretik (Parasetamol)
Bila keadaan umum jelek, beri supportif Vitamin / Alinamin F (inj),
Cortison inj 3 cc atau Deksametason 2 amp
Bila dengan upaya di atas keadaan tidak membaik, rujuk ke RSUD
H. PENCEGAHAN
1. Mengurangi mengkonsumsi makanan yang pedas
2. Tidak mengkonsumsi makanan yang asem
3. Menghindari mengkonsumsi sayuran tertentu misalnya, kol, sawi
4. Menghindari melakukan aktivitas yang berat
7

I. PATHWAYS

Obstruksi usus Akumulasi gas Kehilangan


cairan didalam Distensi
H2O dan
lumen sebelah elektrolit
proksimal dari
letak absorpsi

Kehilangan Tekanan
Pelepasan bakteri dan
cairan infralumen
toksin dari usus yang
menuju
nekotrik ke dalam
peritoneum dan sirkulasi

Syok hipovolemik Gangguan Pola


Tidur Peradangan

hipotalamus
Peningkatan
suhu tubuh
Mediator
Nyeri
Mual,
Anoreksia muntah
Nyeri akut

Defisit Nutrisi

Pembengkakan Lesi pada Tukak Tersebar


mukosa usus Terbentuk Pecahnya
abses abses
Stadium Lanjut

Ansietas Defisit Kurang


Pengetahuan Informasi
8

BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PengkajianKeperawatan
Fokus Pengakajian Keperwatan, meliputi :
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien
mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang. Bagaimana serangan itu timbul, lokasi,
kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan
sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
2. Riwayat kesehatan dahulu. Megkaji apakah klien pernah sakit seperti
yang dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita HT atau
penyakit keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan klien.
3. Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan keluarga
dan adakah penyakit keturunan atau menular.
d. Pola- pola fungsi kesehatan
1. Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan penatalaksanaan
dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan
diri.
2. Pola nutrisi dan metabolism. Terjadi gangguan nutris karena klien
merasakan nyeri sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien
selalu ingin muntah.
3. Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap
makanan sehingga terjadi konstipasi.
4. Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
5. Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan / perubahan
dalam diri klien.
6. Pola sensori dan kognitif. Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan
collic abdomen yang berulang.
7. Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola
reproduksi dan seksual.
8. Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan peran
selama klien sakit sehubungan dengan proses penyakitnya.
9

9. Pola penanggulangan stress. Bagaimana cara klien mengatasi


masalahnya.
10. Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada pola tata
nilai dan kepercayaan.
e. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum. Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat
proses penyakitnya.
2. Sistem respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan
kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat /
meninggi akan terjadi sesak.
3. Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia
atau penyakit jantung lainnya.
4. Sistem persyarafan. Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
5. Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal didapatkan
intoleran terhadap makanan / nafsu makan berkurang, muntah.
6. Sistem genitourinaria/eliminasi. Terjadi konstipasi akibat intoleransi
terhadap makanan.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Gangguan Pola Tidur
3. Defisit Nutrisi
4. Ansietas
5. Defisit Pengetahuan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosis Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Luaran Keperawatan Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan:  Nyeri Berkurang NIC :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,  Lakukan pengkajian nyeri secara
psikologis), kerusakan jaringan komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
DS: dan faktor presipitasi
- Laporan secara verbal  Observasi reaksi nonverbal dari
DO: ketidaknyamanan
- Posisi untuk menahan nyeri  Bantu pasien dan keluarga untuk
- Tingkah laku berhati-hati mencari dan menemukan dukungan
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak  Kontrol lingkungan yang dapat
capek, sulit atau gerakan kacau, mempengaruhi nyeri seperti suhu
menyeringai) ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Terfokus pada diri sendiri  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Fokus menyempit (penurunan  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
persepsi waktu, kerusakan proses menentukan intervensi
berpikir, penurunan interaksi  Ajarkan tentang teknik non
dengan orang dan lingkungan) farmakologi: napas dala, relaksasi,
- Tingkah laku distraksi, contoh : distraksi, kompres hangat/ dingin
jalan-jalan, menemui orang lain  Berikan analgetik untuk mengurangi
dan/atau aktivitas, aktivitas nyeri: ……...
berulang-ulang)  Tingkatkan istirahat
11

- Respon autonom (seperti  Berikan informasi tentang nyeri


diaphoresis, perubahan tekanan seperti penyebab nyeri, berapa lama
darah, perubahan nafas, nadi dan nyeri akan berkurang dan antisipasi
dilatasi pupil) ketidaknyamanan dari prosedur
- Perubahan autonomic dalam  Monitor vital sign sebelum dan
tonus otot (mungkin dalam rentang sesudah pemberian analgesik pertama
dari lemah ke kaku) kali
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan
dan minum
Diagnosis Keperawatan Rencana keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi
Defisit Nutrisi  Nutrisi Seimbang  Kaji adanya alergi makanan
Berhubungan dengan :  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Ketidakmampuan untuk memasukkan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
atau mencerna nutrisi oleh karena yang dibutuhkan pasien
faktor biologis, psikologis atau  Yakinkan diet yang dimakan
ekonomi. mengandung tinggi serat untuk
DS: mencegah konstipasi
- Nyeri abdomen  Ajarkan pasien bagaimana membuat
- Muntah catatan makanan harian.
- Kejang perut  Monitor adanya penurunan BB dan
- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan gula darah
12

DO:  Monitor lingkungan selama makan


- Diare  Jadwalkan pengobatan dan tindakan
- Rontok rambut yang berlebih tidak selama jam makan
- Kurang nafsu makan  Monitor turgor kulit
- Bising usus berlebih  Monitor kekeringan, rambut kusam,
- Konjungtiva pucat total protein, Hb dan kadar Ht
- Denyut nadi lemah  Monitor mual dan muntah
 Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval

Diagnosis Keperawatan Rencana keperawatan


13

Luaran Keperawatan Intervensi


Gangguan pola tidur berhubungan Pola tidur membaik NIC :
dengan: Sleep Enhancement
- Psikologis : usia tua, kecemasan, agen Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola
biokimia, suhu tubuh, pola aktivitas, tidur
depresi, kelelahan, takut, kesendirian. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
- Lingkungan : kelembaban, kurangnya Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas
privacy/kontrol tidur, pencahayaan, sebelum tidur (membaca)
medikasi (depresan, Ciptakan lingkungan yang nyaman
stimulan),kebisingan. Kolaburasi pemberian obat tidur
Fisiologis : Demam, mual, posisi,
urgensi urin.
DS:
Bangun lebih awal/lebih lambat
Secara verbal menyatakan tidak fresh
sesudah tidur
DO :
Penurunan kemempuan fungsi
Penurunan proporsi tidur REM
Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4
tidur.
Peningkatan proporsi pada tahap 1
tidur
Jumlah tidur kurang dari normal sesuai
usia
14

Diagnosis Keperawatan Rencana keperawatan


Luaran Keperatwatan Intervensi
Kecemasan berhubungan dengan  Kecemasan Membaik NIC :
Faktor keturunan, Krisis situasional, Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Stress, perubahan status kesehatan,  Gunakan pendekatan yang menenangkan
ancaman kematian, perubahan konsep  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
diri, kurang pengetahuan dan pelaku pasien
hospitalisasi  Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
DO/DS:  Temani pasien untuk memberikan keamanan
- Insomnia dan mengurangi takut
- Kontak mata kurang  Berikan informasi faktual mengenai
- Kurang istirahat diagnosis, tindakan prognosis
- Berfokus pada diri sendiri  Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
- Iritabilitas
 Instruksikan pada pasien untuk menggunakan
- Takut
tehnik relaksasi
- Nyeri perut
 Dengarkan dengan penuh perhatian
- Penurunan TD dan denyut nadi
 Identifikasi tingkat kecemasan
- Diare, mual, kelelahan
 Bantu pasien mengenal situasi yang
- Gangguan tidur
menimbulkan kecemasan
- Gemetar
- Anoreksia, mulut kering  Dorong pasien untuk mengungkapkan
- Peningkatan TD, denyut nadi, RR perasaan, ketakutan, persepsi
- Kesulitan bernafas  Kelola pemberian obat anti cemas:........
- Bingung
15

- Bloking dalam pembicaraan


- Sulit berkonsentrasi

Diagnosis Keperawatan Rencana keperawatan


Luaran Keperawatan Intervensi
Defisit Pengetahuan  Pengetahauan NIC :
Berhubungan dengan : keterbatasan Bertamba atau menjadi Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
kognitif, interpretasi terhadap baik  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
informasi yang salah, kurangnya bagaimana hal ini berhubungan dengan
keinginan untuk mencari informasi, anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
tidak mengetahui sumber-sumber  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
informasi. muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
 Gambarkan proses penyakit, dengan cara
yang tepat
16

DS: Menyatakan secara verbal adanya  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan


masalah cara yang tepat
DO: ketidakakuratan mengikuti  Sediakan informasi pada pasien tentang
instruksi, perilaku tidak sesuai kondisi, dengan cara yang tepat
 Sediakan bagi keluarga informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
 Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
 Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Nettina, Sandra M. 2014. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed.
1. Jakarta : EGC

Reeves, Charlene J et al. 2013. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed.
I. Jakarta : Salemba Medika 

Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC. 

Slamet Suyono. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Prof. Dr. SpPD.
KE., FKUI Jakarta.

Smeltzer Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC

Syaifuddin Drs. B.Ac, 2013. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.PPNI.
Jakarta:

Anda mungkin juga menyukai