Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NN.

N DENGAN DIAGNOSA MEDIS


KOLIK ABDOMEN DI UNIT GAWAT DARURAT (UGD) DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI

DISUSUN OLEH :
INDRI AGUSTIN, S.KEP
N202001142

CI INSTITUSI CI LAHAN

……………………………… ……………………………

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MANDALA WALUYA


KENDARI PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TA/2021
RESUME KEPERAWATAN PADA NN.N DENGAN DIAGNOSA MEDIS
KOLIK ABDOMEN DI UNIT GAWAT DARURAT (UGD) DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI

DISUSUN OLEH :
INDRI AGUSTIN, S.KEP
N202001142

CI INSTITUSI CI LAHAN

……………………………… ……………………………

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MANDALA WALUYA


KENDARI PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TA/2021
LAPORAN PENDAHULUAN KOLIK ABDOMEN

1. Pengertian
Kollik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba- tiba dan
kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang sangat ringan sampai yang
bersifat fatal (Ilmu Penyait Dalam, 2001 :92).
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
traktus intestinal (Nettina, 2001).
Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).
2. Anatomi
Gaster terletak melintang dari kiri ke kanan melintasi abdomen bagian atas antara
hati dan diafragma. Dalam keadaan kosong gaster berbentuk huruf J, gaster akan
berakhir pada pylorus yang mempunyai sebuah otot sphincter yang berfungsi menutup
dan membuka saat pengisian dan pengosongan lambung.
Gaster berlanjut kedalam duodenum yang berjalan secara anatomis dan
visuil sulit dibedakan dari jejenum dan ileum, hanya saja panjang duodenum, kira-kira
25 cm dan berakhir pada ligmen-ligmen treltz berupa sebuah ligamen yang berjalan
dari sisi kanan diafragma dekat hiafus esophagus dan melekat pada perbatasan
duodenum dan jejenum.
Sisa dari usus halus adalah jejenum ¾ bagian akhir disebut ileum. Secara
anatomis letak jejenum adalah diperut bagian kiri, sedangkan ileum dibagian
kanan. Makanan masuk melalui sphincter pylorium keduodenum, maka sisa makanan
akan melalui katub ileoccal valve, yang mencegah berbaliknya makanan dari
usus besar kedalam usus halus. Pada ujung caecum terdapat appendix vermicularis.
Colon / usus besar :
Ini lebih besar dari usus halus yang terdiri dari :
* Caecum * Colon pars desendens
* Colon Pars aseenden * Rectum
* Colon transversum
Lapisan usus besar ini terdiri dari
* Tunika seros * Tunika submukosa * Tunika muskularis * Tunika mukosa
3. Etiologi
a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti
kulitis, pankreanitis, kolesistitis.
b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis
infeksi, esofagitis.
c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis.
e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.
g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru dan
lainnya.
4. Patofisiologi
Patofisiologi : rasa sakit perut, baik mendadak maupun berulang, biasanya
selalu bersumber :
a. Visera perut
b. Organ lain di luar perut
c. Lesi pada susunan saraf spinal
d. Gangguan metabolic
e. Psikosomatik
Rasa sakit perut somatik berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar
keseluruh peritonium dan melibatkan visera mensentrium yang berisi banyak ujung
saraf somatik , yang lebih dapat meneruskan rasa sakit nya dan lebih dapat
melokalisasi rasa sakit daripada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan
pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa sakit visera, tetapi kemudian akan
diikuti oleh rasa sakit somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa sakit somatik yang
dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas
peritonitis. Refleks rasa sakit perut dapat pula timbul karena adanya rangsangan pada
nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa sakit yang berasal dari usus halus
akan timbul didaerah perut bagian atas dan epigastrium, sedangkan rasa sakit dari usus
besar akan timbul dibagian bawah perut.Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus
terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistim saraf otonom pada
mukosa usus. Jaras saraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan
rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama dari rasa sakit yang dihantarkan dari kulit
oleh serabut saraf A.
Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan serosa
dari organ di abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke
ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan
melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke talamus,
kemudian ke konteks serebri.
Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan
ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan
berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen atas
(lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu) mencapai medula spinalis
pada segmen thorakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium.Impuls nyeri yang
timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika
memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis,
ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri mencapai
segmen Th 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah
supra publik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit
meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke
radiks spinals segmentalis.Nyeri yang disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada
keracunan timah dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.
Patofisiologi sakit perut berulang yang fungsional (tidak berhubungan dengan
kelainan organik) masih sulit dimengerti. Diperkirakan ada hubungan antara sakit
perut berulang fungsional dengan penurunan ambang rangsang nyeri. Berbagai
faktor psikologik dan fisiologik dapat berperan sebagai mediator dari sakit perut
berulang fungsional.
5. Klasifikasi
a. Jenis nyeri perut.
1) Nyeri Viseral
Terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga
perut. Peritoneum yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh system saraf
otonom dan tidak peka terhadap rabaan, atau pemotongan. Dengan demikian,
sayatan atau penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa terasa oleh pasien.
Akan tetapi, bila terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot yang
menyebabkan iskemia, misalnya pada kolik atau radang.pasien yang merasakan
nyeri visceral tidak dapat menunjukan secara tepat letak nyeri.
Saluran cerna yang berasal dari usus depan (foregut),yaitu lambung,
duodenum, sistem hepatobilier, dan pancreas menyebabkan nyeri di ulu hati
atau epigastrium.
Saluran cerna yang berasal dari usus tengan (midgut), yaitu usus halus dan
usus besar sampai pertengahan colon transversum menyebabkan nyeri di sekitar
umbilicus.
Saluran cerna yang berasal dari usus belakang,(hindgut) yaitu pertengahan
kolon transversum sampai dengan kolon sigmoid menimbulkan nyeri perut
bagian bawah termasuk buli- buli dan rektosigmoid.
Nyeri Viseral tidak disertai rangsangan peritoneum, sehingga pasien
biasanya dapat aktif bergerak.
2) Nyeri Somatik
Terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf tepi.
Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk atau disayat, dan pasien dapat
menunjukan secara tepat letak nyeri dengan jari. Setiap gerakan penderita, baik
gerak tubuh maupun napas yang dalam atau batuk, akan menambah rasa nyeri
sehingga penderita gawat abdomen yang disertai rangsangan peritoneum
berusaha untuk tidak bergerak, bernapas dangkal dan menahan batuk.
3) Letak Nyeri Perut
Nyeri viseral dari suatu organ biasanya sesuai letak dengan organ tersebut
pada masa embrional, sedangkan letak nyeri somatik biasanya dekat dengan
organ sumber nyeri somatik.
b. Sifat Nyeri
1) Nyeri alih
Terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah Misalnya :
 Rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau peradangan
akan dirasakan nyeri dibahu
 Rangsangan pada kolesistitis akut dirasakan di ujung belikat.
 Abses dibawah diafragma atau rangsangan karena radang atau trauma
pada permukaan limpa atau hati akan dirasakan nyeri dibahu
 Kolik ureter atau kolik pielum, nyeri dirasakan sampai ke alat
kelamin luar seperti labium mayor pada wanita dan testis pada pria.

2) Nyeri Proyeksi
Adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensorik akibat
cedera atau radang saraf.contoh: nyeri fantom setelah amputasi, atau nyeri
perifer setempat pada herpes zoster.
3) Nyeri kontinu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan
terus-menerus karena berlangsung terus.pada saat pemeriksaan penderita
peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat, dan defense muscular untuk
melindungi bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan
setempat.
4) Nyeri kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga
dan biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi
usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan intraluminer). Nyeri ini timbul
karena hipoksia, dan dirasakan hilang timbul, mual bahkan sampai muntah,
dan dalam serangan penderita sangat gelisah, kadang sampai berguling-guling
ditempat tidur. Nyeri kolik mempunyai Trias yang khas, yaitu serangan
nyeri perut yang kumatan disertai mual atau muntah dan gerak paksa.
5) Nyeri Iskemik
Nyeri ini sangat hebat, menetap, dan tidak menyurut. Ini merupakan tanda
jaringan terancam nekrosis, lebih lanjut akan tampak tanda intosikasi umum.
6) Nyeri pindah
Nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi, misalnya tahap awal
apendisitis, nyeri visceral dirasakan disekitar pusat disertai rasa mual karena
apendiks termasuk usus tengah, setelah diseluruh dinding termasuk
peritoneum nyeri dirasakan perut kanan bawah, jika terjadi nekrosis dan
gangren, nyeri berubah menjadi nyeri iskemik, menetap dan tidak menyurut,
dan dapat jatuh kedalam toksis.Pada perforasi tukak nyeri dirasakan di ulu
hati pindah ke kanan bawah.
 Menghindari mengkonsumsi sayuran tertentu misalnya, kol, sawi
 Menghindari melakukan aktivitas yang berat

6. Manifestasi Klinis
Klien akan merasakan nyeri perut yang hebat / nyeri tekan, muntah, bisa juga
kenaikan suhu bisa juga disertai dengan gejala yang sesuai penyakitnya.
Skala nyeri
I : Ringan : telah mengganggu Adl dan pasien dapat tidur
II : Sedang : mengganggu ADL dan pasien dapat tidur
III : Berat : mengganggu ADL dan pasien tidak dapat tidur
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil
keputusan, misalnya pemeriksaan darah, urin, feses. Kadang perlu juga dilakukan
pemeriksaan radiologi dan endoskopi.
Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan antara lain nilai hemoglobin dan
hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau dehidrasi. Hitung
leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan. Hitung trombosit dan faktor
koagulasi, disamping diperlukan untuk persiapan bedah, juga dapat membantu
menegakkan diagnosis yang lainnya.
8. Pencegahan
a. Mengurangi mengkonsumsi makanan yang pedas
b. Tidak mengkonsumsi makanan yang asem
c. Tidak mengkonsumsi mie instant
d. Menghindari mengkonsumsi sayuran tertentu misalnya, kol, sawi
e. Menghindari melakukan aktivitas yang berat
9. Penatalaksanaan
a. Obat prokinetik, untuk mempercepat peristaltik saluran gastrointestinal.
Ex. Betanekol, metoklopramid, domperiden dan cisaride
b. Obat anti sekretorik, untuk menurunkan keasaman dan menurunkan jumlah
sekresi lambung. Pada umumnya tergolong antagonis reseptor H2 (ARH2). Ex.
Simetidine, rantidine dan famatidin
c. Antasida
d. Obat pelindung mukosa Ex. Sukralfat.
10. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisiologis
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses
penyakitnya ditandai dengan nyeri perut
PENYIMPANGAN KDM

Inflamasi peritonium perietal

Perforasi peritontis Apendisitis Divertikulitis Pankreasitis Kolesitis


is

Kelainan mukosa
viseral Colic abdomen Gangguan perfusi jaringan

Gangguan rasa nyaman (nyeri) Intoleransi


Obstruksi viseral nutrisi
Sepsis
Hipertermi

Pegangan kapsula Mual


organ Resiko syok neurogenik muntah

Gangguan veskuler Bising usus


meningkat

Anorek
sia

Gangguan motilitas
Gangguan pola nutrisi

Ekstra abdomina
DAFTAR
PUSTAKA

H. Slamet Suyono. Prof. Dr. SpPD. KE., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II, FKUI Jakarta, 2001.
H. Syaifuddin Drs. B.Ac, Anatomi Fisiologi, EGC Jakarta, 2007.
Marllyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, 2000.
Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah
Pencernaan
Makanan, Surabaya, Tidak dipublikasikan.
Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk.
Ed.
1. Jakarta : EGC; 2001
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk.
Ed.
8. Jakarta : EGC; 2001.
R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2007.
RESUME KEPERAWATAN PADA NN.N DENGAN DIANGNOSA MEDIS

KOLIK ABDOMEN DI RUANG UNIT GAWAT DARURAT (UGD)

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama Perawat : Indri Agustin, S.Kep
Tanggal Pengkajian : Jumat, 21 Oktober 2021
Jam Pengkajian : 03 : 00 wita

A. Biodata Pasien
Nama : Nn. N
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Desa rumba - rumba
Tanggal Masuk RS : Jumat, 21 Oktober 2021
Diagnosa Medis : Kolik Abdomen

Penanggung Jawab
Nama : Ny. K
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Desa rumba - rumba
Hubungan dengan Klien : Ibu

B. Keluhan Utama : Klien mengatakan Nyeri perut bagian bawah


C. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
klien masuk RS dengan keluhan nyeri nyeri perut bagian bawah sejak 2
hari dank klien tiak bisa beraktivitas seperti biasanya
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit yang seperti pasien alami saat ini
D. Primari Survey
1) Air Way
a. Obstruksi :
b. Jenis Obstruksi :
c. Suara Nafas Tambahan : Tidak ada
2) Breathing
a. Frekuensi Pernapasan : 20x/menit
b. Irama : Reguler
c. Pola Pernapasan : Lambat
d. Penggunaan Otot bantu pernapasan : Tidak ada
e. Penggunaan alat bantu pernapasan : Tidak ada
f. Retraksi Dada : Tidak ada
3) Circulation
a. TD : 120/80 mmhg e. Akral : Hanggat
b. Nadi : 86x/ menit f. sianosis : Tidak ada
c. RR : 20x/ menit g. Capillary Refil : Tidak ada
d. Suhu : 36,3 h. SpO2 : 98%
4) Disability
Kesadaran : Compomentis GCS : 15 (E4,V5,M6)
E. Secondary Survy
Pemeriksaan Fisik :
1. Kepala : Normal
2. Rambut : Hitam lurus
3. Mata : simetris, Konjungtiva : Normal
Sclerea : ikterik
Pupil : Isokor
Papebra : Normal
Lensa : Normal
4. Hidung : Normal (simetris)
5. Mulut : Gigi : Baik
Bibir : Baik
6. Telinga : Canalis bersih, pendengaran baik,
tidak memakai alat bantu pendengaran
7. Leher : Tidak ada pembesaran keenjar tyroid
8. Dada : Bentuk : Normal
Palpasi : Simetris, tidak ada nyeri tekan
retraksi dinding dada (-)
Inspeksi : Tidak menggunakan otot bantu
pernafasan
a. Pulmo : Inspeksi : Normal
Palpasi : Normal
Perkusi : Normal
Auskultasi : Normal
b. Cor : Inspeksi : Normal
Palpasi : Ictus Cordis
Perkusi : Batas Jantung : Normal
Auskultasi : SI Lup, S2 Dup, tidak ada suara
tambahan
9. Abdomen : Inspeksi : perut Nampak datar, mengikuti
gerakan napas, tidak terdapat
bekas operasi
Palpasi : Normal
Perkusi : Adanya nyeri tekan pada
Abdomen
Auskultasi : Normal
10. Genetalia : Normal
11. Rectum : Normal
12. Ekstremitas Atas : Kekuatan otot Ka/Ki : Normal
ROM Ka/Ki : Normal
CRT : Normal
13. Ekstremitas Bawah : Kekuatan otot Ka/Ki : Normal
ROM Ka/Ki : Normal
CRT : Normal
F. Psiko sosio budaya dan spiritual :
 Psikologis :
1. Prasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah : klien merasa cemas
dan takut
2. Cara mengatasi perasaan tersebut : klien melakukan pengalihan
3. Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah : klien mengatakan
akan beristirahat hingga pulih
4. Pengetahuan klien tentang masalah atau penyakit yang ada : klien
mengatakn tidak mengetahui bahwa ada luka robek di adatas pelipisnya

Sosial :
1. Aktivitas atau peran dimasyarakat adalah klien aktiv dalam berperan
pada
masyarakat
2. Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah klien mengatakan
bahwa
klien tidak menyukai lingkungan yang kotor
3. Cara mengatasinya: klien melakukan kegiatan kerja bakti bersama
tmn2nya
4. Pandangan klien tentang aktivitas sosial dilingkungannya : Baik
KLASIFIKASI DATA

Subyektif Obyektif

- Klien mengatakan Nyeri perut - Klien tapak memegag perut


bagian bawah - Klien Nampak meringis
- Klien mengatakan tidak bisa - TTV : TD : 120/80 mmhg
melakukan aktivitas seperti N : 86x/menit
biasa P : 20x/menit
S : 36,3
- P : Nyeri perut bagian bawah
- Q : Seperti tertusuk-tusuk
- R : Abdomen
- S : Skala nyeri 7
- T : Hilang timbul
- Klien Nampak lemah
- Klien Nampak susah untuk
bergerak

ANALISA DATA
No Data fokus Penyebab Problem
1. DS :
- Klien mengatakan Nyeri Agen Pencedera Nyeri Akut
perut bagian bawah Fisiologis
DO :
- Klien tapak memegag perut
- Klien Nampak meringis
- TTV : TD : 120/80 mmhg
N : 86x/menit
P : 20x/menit
S : 36,3
- P : Nyeri perut bagian
bawah
- Q : Seperti tertusuk-tusuk
- R : Abdomen
- S : Skala nyeri 7
- T : Hilang timbul
2. DS :
- Klien mengatkan susah Kelemahan Intoleransi
untuk beraktifitas seperti aktivitas
biasanya
DO :
- Klien Nampak lemah
- Klien Nampak susah untuk
bergerak
- TTV : TD : 120/80 mmhg
N : 86x/menit
P : 20x/menit
S : 36,3

Diagnosa keperawatan :
1. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisiologis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi Observasi :
berhubungan dengan keperawatan selama 1x30 - Identifikasi lokasi, karakteristik,
Agen Pencedera menit diharapkan nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
Fisiologis berkurang dengan intensitas nyeri
Kriteria Hasil : - Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri 4 - Identifikasi faktor yang
Meringis 4 memperberat dan meringankan
Gelisah 4 nyeri
Kesulitan tidur 4 Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologi
unruk mengurangi rasa nyeri
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi :
- Kolaborasi peberian analgetik
2. Intorelansi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Observasi :
berhubungan dengan keperawatan selama 1x30 - Identifikasi gagguan fungsi
kelemahan menit diharapkan intoleransi tubuh yang mengakibatkan
aktivitas dengan kelelahan
Kriteria Hasil : - Monitor lokasi dan
Frekuensi nadi 4 ketidaknyamanan selama
Keluhan lelah 4 melakukan aktivitas
Terapeutik :
- Fasilitasi duduk disisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau brjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah barring
Kolaborasi :
- Kolaborasi peberian analgetik
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


1. Jumat Observasi : S:
21 oktober 2021 1. Mengidentifikasi lokasi, - Klien mengatakan Nyeri
karakteristik, durasi, frekuensi, perut bagian bawah
kualitas, intensitas nyeri O:
13:00 2. Mengidentifikasi skala nyeri - Klien Nampak lems
3. Mengidentifikasi faktor yang - Klien Nampak meringis
memperberat dan meringankan - TTV : TD : 120/80 mmhg
nyeri N : 86x/menit
Terapeutik : P : 20x/menit
4. Memberikan teknik S : 36,3
nonfarmakologi unruk - P : Nyeri perut bagian
mengurangi rasa nyeri bawah
5. Mempertimbangkan jenis dan - Q : Seperti tertusk – tusuk
sumber nyeri dalam pemilihan - R : Wajah
strategi meredakan nyeri - S : Skala nyeri 7
Edukasi : - T : Hilang timbul
6. Menjelaskan penyebab A:
penyebab, periode, dan pemicu - Nyeri Akut blum teratasi
nyeri P:
7. Mengajarkan teknik - Intervensi dilanjutkan
nonfarmakologis untuk (1,2,3,4,5,6,7,8,9)
mengurangi rasa nyeri
8. Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi :
9. Mengkolaborasi peberian
analgetik
2. Observasi : S:
13:00 1. Mengidentifikasi gagguan - Klien mengatakan tidak
fungsi tubuh yang bisa melakukan aktivitas
mengakibatkan kelelahan seperti biasa
2. Memonitor lokasi dan O:
ketidaknyamanan selama - Klien Nampak lemah
melakukan aktivitas - Klien Nampak susah untuk
Terapeutik : bergerak
3. Memfasilitasi duduk disisi - TTV : TD : 120/80 mmhg
tempat tidur, jika tidak dapat N : 86x/menit
berpindah atau brjalan P : 20x/menit
Edukasi : S : 36,3
4. Menganjurkan tirah barring A:
Kolaborasi : - Intoleransi aktivitas belum
5. Mengkolaborasi peberian teratasi
analgetik P:
- Intervensi dilanjutkan
(1,2,3,4,5)

Anda mungkin juga menyukai