ABDOMINAL PAIN
DI RUANG CERMAI RSUD KLUNGKUNG
Oleh:
OLEH
NI WAYAN ASTINI
NIM : P07120018133
TINGKAT 2.4
DIII KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN
Abdominal Pain merupakan gejala utama dari acute abdoment yang terjadi
secara tiba-tiba dan tidak spesifik. Akut abdomen merupakan istilah yang digunakan
untuk gejala-gejala dan tanda-tanda dari nyeri abdomen dan nyeri tekan yang tidak
spesifik tetapi sering terdapat pada penderita dengan keadaan intraabdominal akut
yang berbahaya. Abdominal pain akan direspon oleh tubuh dengan meningkatkan
pelepasan substansi kimia yang dapat menstimulus reseptor-reseptor nyeri.
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang
terasa disetiap regio abdomen.
Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis :
1. Nyeri Abdomen Akut
Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
dengan onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah
persepsi nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri.
Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri
perut. Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen
atau di luar abdomen seperti organ-organ di rongga toraks. Nyeri abdomen
dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Nyeri Viseral
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi
organ intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom.
Peritoneum viseral tidak sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau
radang. Kita dapat melakukan sayatan atau jahitan pada usus tanpa
dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan, regangan
atau kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme) akan member rasa
nyeri yang tumpul disertai rasa sakit.
Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat
lokalisasi nyeri, digambarkan pada daerah yang luas dengan
memakai seluruh telapak tangan. Karena nyeri ini tidak pengaruhi
oleh gerakan, pasien biasanya bergerak aktif tanpa menyebabkan
bertambahnya rasa nyeri.
b. Nyeri somatik
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang
dipersarafi oleh saraf tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa
nyeri seperti ditusuk-tusuk atau disayat dengan pisau yang dapat
ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan menunjukkannya
memakai jari. Rangsanagn dapat berupa rabaan, tekanan, perubahan
suhu, kimiawi atau proses peradangan.
Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan
peritoneum parietal akan menimbulkan rangsangan yang
menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat peradangannya sendiri maupun
gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan rasa nyeri atau
perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah yang menjelaskan
nyeri kontralateral pasien dengan apendisitis akut. Setiap gerakan
dari pasien juga akan menambah rasa nyeri, baik itu berupa gerakan
tubuh maupun gerakan pernafasan yang dalam atau batuk. Hal inilah
yng menerangkan mengapa pasien dengan abdomen akut biasanya
berusaha untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk.
Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta hubungannya dengan gejala
lain memungkinkan kita dapat lebih mendekati diagnosis
kemungkinan.
2. Nyeri Abdomen Kronis
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul.
Nyeri kronis dapat behubungan dengan ekserbasi akut.
B. ETIOLOGI
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran
pencernaan atau diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a. ulkus yang mengalami perforasi
b. irritable bowel syndrome
c. apendisitis
d. pankreasitis
e. batu empedu.
C. PATOFISIOLOGI
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya
selalu bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada
susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada
abdomen somatik berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh
peritoneum dan melibatkan visera mesentrium yang beisi banyak ujung saraf
somatik, yang lebih dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi
rasa nyeri daripada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera
pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti
oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik yang
dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas
peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan
nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus
akan timbul didaerah abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari
usus besar akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam
traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem
saraf otonom pada mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C
yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri
yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. reseptor nyeri pada abdomen
terbatas di submukosa, lapisan muskularis, dan serosa dari organ abdomen. Serabut
C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra
dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis
pada traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus, kemudian ke korteks serebri.
Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan
ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal,
dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen atas (
lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu ), mencapai medula
spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls
nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai
fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar
umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus gnetalia
perempuan, impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis
pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalr ke
labium atau skrotum. Jka proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri
dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang
disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin
belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.
Pohon Masalah
Penyumbatan/ susah BAB
Apendiksitis
Apendiktom
i
Nyeri Akut
Kelemahan fisik
E. KOMPLIKASI
1. Perporasi gastrointestinal
2. Obstruksi gastrointestinal
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan Darah Lengkap
3. Amilase : Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankreatitis.
4. Gasdarah arteri : Asidosis metabolik (iskemia usus,peritonitis,pankreatitis)
5. Urin porsi tengah (MSU):infeksi saluran kemih
6. EKG : Infark miokard
7. Rotgen thorak : Viskus perforasi(udara bebas),Pneumonia
8. Rotgen Abdomen : Usus iskemik (dilatasi, usus yang edema dan menebal),
Pankreatitis (pelebaran jejunum bagian atas ’sentimel), Kolangitis (udara dalam
cababg bilier), Kolitis akut (Kolon mengalami dilatasi, edema dan gambaran
menghilang), obstruksi akut (Usus mengalami dilatasi, tanda ‘string of pearl’)
Batu Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal )
9. Ultrasonografi
10. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi
peritonium yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang didiagnosis
bandingnya luas, pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan
laparotomi dan diagnosis belum pasti, pankreatitis, trauma
hati/limpa/mesenterium, divertikulitis, aneurisma
11. IVU (urografi intravena) : batu ginjal, obtruksi saluran ginjal
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian analgetik
2. Pembedahan
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Kaji nyeri dengan tehnik PQRST
2. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
3. Berikan posisi yang nyaman pada klien
4. Berikan HE tentang nyeri
f. INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/ Diagnos Tujuan Intervensi Rasional
Tangg is
al
Nyeri Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama : Intervensi utama :
Akut asuhan keperawatan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
selama ......x24 jam Observasi : Observasi :
diharapkan Nyeri Akut 1. Memonitor tanda- 1. Untuk memantau keadaan
berkurang dengan Kriteria tanda vital umum pasien
Hasil : 2. Identifikasi skala 2. Untuk mengetahui tingkat
nyeri nyeri yang di alami klien
1. Keluhan nyeri
3. Identifikasi lokasi, 3. Untuk mengetahui letak
menurun
karakteristik, durasi, nyeri klien, dan identifikasi
2. Meringis menurun
frekuensi, kualitas, karakteristi nyeri untuk
3. Gelisah menurun
intensitas nyeri memperbaiki keefektifan
4. Kesulitan tidur
menurun dari terapi yang di beriakn
Terapeutik :
1. Agar pola tidur klien
terjaga dengan baik
2. Agar klien merasa nyaman
Terapeutik :
1. Fasilitasi istirahat dan
tidur klien
2. Kontrol lingkungan
Edukasi
yang memperberat 1. Agar pasien memahami
rasa nyeri penyebab apa saja yang
Edukasi : dapat memicu nyeri
1. Jelaskan penyebab,
Kolaborasi
periode, dan pemicu 1. Mempercepat
nyeri penyembuhan pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetic
Intolera Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama : Intervensi utama :
nsi asuhan keperawatan Manajemen Energi Manajemen Energi
Aktivita selama .....x24 jam Observasi : Observasi :
s diharapkan Intoleransi 1. monitor kelelahan 1. untuk mengetahui keadaan
Aktivitas berkurang dengan fisik dan emosional umun pasien
Kriteria Hasil : 2. monitor pola dan jam 2. untuk mengetahui pola dan
tidur jam tidur pasien
1. frekuensi nadi
Terapeutik :
membaik
1. untuk mempercepat
2. keluhan lelah
kesembuhan pasien
menurun
Terapeutik : 2. agar pasien dapat
3. perasaan lemah
menurun 1. lakukan latihan menggerakkan tubuhnya
4. tekanan darah rentang gerak pasif
membaik dan/ aktif Edukasi :
2. berikan aktivitas 1. untuk memulihkan kondisis
distraksi yang pasien
menenangkan
Edukasi : Kolaborasi :
1. anjurkan melakukan 1. untuk memenuhi asupan
ktivitas secara gizi pasien
bertahap
Kolaborasi :
1. kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asuhan
makanan
REFRENSI
Kozier dkk, 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, dan Praktik. Alih
Bahasa Pamilih Eko Karyuni. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi
dan indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi
dan indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI