Anda di halaman 1dari 25

Om Swastyastu

Keperawatan Anak Sakit Kronis Dan Terminal


Patofisiologi Kelainan Kongenital Pada Sistem Digestive Dan
Asuhan Kperawatan Pada Anak : Atresia Ani

Oleh Kelompok 7 :

Gusti Ayu Made Diah Dwi Meidayanti (213221275)


Nur'aini Prajna Paramitha (213221276)
I Putu Dian Pratama (213221277)
Ni Luh Evayani (213221278)
Komang Aditya Wedayana (213221279)
Ni Wayan Astini (213221280)
Pengertian Atresia Ani
• Atresia ani adalah salah satu kelainan bawaan atau
cacat lahir. Penyakit yang juga disebut anus
imperforata ini ditandai dengan tidak adanya anus
atau lokasi anus yang tidak pada tempat semestinya.
• Atresia ani atau anus imperporata adalah
malfpormasi congenital dimana rectum tidak
mempunyai lubang keluar (Wong, 2004).
Klasifikasi
Klasifikasi atresia ani ada 4 yaitu:
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan
daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat
membran padaanus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada
daging diantara rectum dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.
Etiologi

Klasifikasi atresia ani ada 4 yaitu:

1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus


sehingga feses tidak dapat keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara
rectum dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.
Patofisiologi
Terjadi atresia anal karena tidak ada
kelengkapan dan perkembangan struktur
Atresia Ani terjadi karena kegagalan kolon antara 7-10 minggu dalam
pembentukan septum urorektal secara perkembangan fetal. Kegagalan migrasi
komplit karena gangguan pertumbuhan, dapat juga karena kegagalan dalam
fusi atau pembentukan anus dari tonjolan agenesis sakral dan abnormalitalitas
embrionik, sehingga anus dan rektum pada uretra dan vagina. Tidak ada
pembukaan usus besar yang keluar
berkembang dari embrionik bagian
melalui anus sehingga menyebabkan
belakang. Ujung ekor dari bagian fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga
belakang berkembang menjadi kloaka intestinal mengalami obstruktif.
yang merupakan bakal genitourinari dan Putusnya saluran pencernaan dari atas
stuktur anorektal. Terjadi stenosis anal daera dubur, sehingga bayi baru lahir
karena adanya penyempitan pada kanal tanpa lubanganus.
anorektal.
Patway
Masalah Yang Sering Muncul

1. Ganguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomic,


dysuria
2. Inkontenensia fekal dengan keadaan pasca operasi pullthrough dan
penutupan kolostomi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi
6. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
7. Ansietas berhubungan dengan pembedahan dan mempunyai anak
yang tidak sempurna
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah
kegagalan lewatnya meconium setelah bayi lahir, tidak ada atau
stenosis kanal rektal, adanya memberan anal dan
fistulaeksternal pada perineum.
Gejala lain yang Nampak diketahui adalah jika bayi tidak
dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan
intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulir
abdomen akan terlihat menonjol. Bayi muntah-muntah
padausia 24-48 jam setelah lahir juga merupakan salah satu
manifestasi klinis atresia ani. Cairan muntahan akan dapat
berwarna hijau karena cairan empedu atau juga berwarnahitam
kehijauan karena cairan meconium.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut :

1. Pemeriksaan radiologis
2. Sinar X terhadap abdomen
3. Ultrasound terhadap abdomen
4. CT Scan
5. Pyelografi intra vena
6. Pemeriksaan fisik rectum
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Penatalaksanaan
• Pembuatan kolostomi
• PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
• Tutup kolostomi
• Dilakukan dilatasi setrap hari dengan kateter uretra, dilatasi
hegar, atau speculum.
• Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian
dilanjutkan dengan dilatasi pada anus yang baru pada kelainan
tipe dua.
• Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif
melalui anoproktoplasti pada masa neonates.
• Melakukan pembedahan rekonstruktif
• Penanganan pasca operasia
Komplikasi

Menurut Betz (2002), komplikasi yang dapat terjadi pada artesia ani antara lain :
1. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
2. Obstruksi intestinal.
3. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
4. Komplikasi jangka panjang antara lain :
 Evresi mukosa anal.
 Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.
 Impaksi dan konstipasi akibat terjadinya dilatasi sigmoid.
 Masalah atau keterlambatan yang berhubungan dengan toilet training.
 Inkontinensia akibat stenosis anal atau implikasi.
 Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi
Konsep Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep yang meliputi:
1. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan
2. Pola nutrisi – Metabolik
3. Pola Eliminasi
4. Pola Aktivitas dan Latihan
5. Pola Persepsi Kognitif
6. Pola Tidur dan Istirahat
7. Konsep Diri dan Persepsi Diri
8. Peran dan Pola Hubungan
9. Pola Reproduktif dan Sexual
10. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
11. Pola Keyakinan dan Nilai
• Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada
pasien atresia ani adalah anus tampak merah,
usus melebar, kadang – kadang tampak ileus
obstruksi, termometer yang dimasukkan
melalui anus tertahan oleh jaringan, pada
auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa
mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja
dalam urin dan vagina.
2. DIAGNOSA
1. D.0040 Ganguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomic,
dysuria
2. D.0041 Inkontinensia fekal berhubungan dengan keadaan pasca operasi
pullthrough dan penutupan kolostomi
3. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fiologis
4. D.0019 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan
5. D.0129 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi
6. D.0142 Resiko infeksi berhubungan dengan factor resiko efek prosedur invasive
7. D.0080 Ansietas berhubungan dengan pembedahan dan mempunyai anak yang
tidak sempurna
3. INTERVENSI
NO DIAGNOSE TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Ganguan Setelah dilakukan asuhan Urinary Retention Care
eliminasi urine keperawatan selama 3x24 jam 1. Pantau tanda distensi kandung kemih dengan palpasi
berhubungan diharapkan gangguan elimnasi dan perkusi R/ distensi kandung kemih dapat
dengan obstruksi urine dapat teratasi kriteria hasil: dirasakan di area suprapubic
anatomic, dysuria 1. Urinary Elimination 2. Berikan asupan cairan oral 2000-3000ml per hari
2. Urinary Contiunence jika tidak ada komplikasi R/membantu
3. Kandung kemih pasien kosong mempertahankan f ungsi Ginjal
secara penuh 3. Ukur intake dan output Cairan R/ melihat
4. Tidakada residu urin >100- keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran
200cc 4. Anjurkan keluarga untuk merekam output urine R/
5. Intake cairan dalam rentang retensi urine meningkatkan tekanan pada saluran
Normal atas yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal.
6. Tidak ada spasme blader
7. Balance cairan seimbang
Bowel Inkotinence Care
2. Inkontinensia Setelah dilakukan asuhan
1. Perkirakan penyebab fisik dan psikologi dari inkontenensia
fekal keperawatan selama 3 x24 defekasi R/ data dasar untuk memberikan asuhan
keperawatan
berhubungan jam diharapkan
2. Instruksikan pasien / keluarga untuk mencatat keluaran
dengan inkontenensia klien feses R/menentukan pola inkotinensia
berkurang dengan kriteria 3. Anjurkan pasien untuk cukup minum R/ menjaga hidrasi
keadaan pasca
hasil : 4. Cuci area perianal dengan sabun dan air lalu keringkan
operasi 1. Bowel Continence R/ mencegah iritasi
2. Bowel Elimination 5. Bowel training R/ melatih otot sfingter
pullthrough 6. Evaluasi status BAB R/ mengetahui keberhasilan anus
3. BAB teratur,mulai dari
dan penutupan setiap hari sampai 3-5 buatan dan Tindakan operasi yang berkaitan
hari
kolostomi
4. Penurunan insiden
inkotenensia usus
5. Fungsi gastroinstestinal
adekuat
Setelah dilakukan asuhan Pain Management
3. Nyeri akut
keperawatan selama 3x24 1. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan R/
berhubungan jam diharapkan nyeri klien mengetahui seberapa berat nyeri yang dialami
berkurang atau teratasi 2. Kaji skala nyeri pada anak menggunakan Skala Wong Baker
dengan agen
dengan Kriteria Hasil : Faces Pain Rating Scale, FLACC Behavioral Pain Assessment
pencedera 1. Pain Level Scale R/ mengetahui skala nyeri pada anak
2. Pain Comfort 3. Pantau tanda-tanda vial R/ Peningkatan nyeri akan meningkatkan
fiologis
3. Comfort Level tanda-tanda vital
4. Mampu mengontrol 4. Berikan posisi yang nyaman. R/posisi yang nyaman akan
nyeri membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi
5. Pasien tampak tenang seoptimal mungkin
dan merasa nyaman 5. Ajarkan tehknik distraksi, guided imagery, terapi bermain R/
membantu atau mengontrol mengalikan rasa nyeri, memusatkan
kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping.
6. Kolaborasi dengan pemberian analgetic sesuai dengan program
Medis R/ menurunkan skala Nyeri
Monitor Nutrisi
4. Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan
berhubungan keperawatan disukai atau yang 1. Observasi pola diet yang disukai atau yang tidak disukai
dengan tidak selama 3 x 24 jam di R/mengetahui makanan yang disukai sehingga dapat
ketidakmampu harapkan nutrisi dapat terpenuhi meningkatkan nafsu makan
an mencerna dengan Kriteria Hasil : 2. Berikan makanan sedikit tapi sering R/ makan sedikit tapi
1. Status Nutrisi
makanan sering dapat meningkatkan intake nutrisi.
2. Nafsu Makan
3. Nutrisi yang masuk sesuai 3. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi R/ mengetahui
kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan sehingga dapat meningkatkan status
4. Porsi makan sesuai gizi
kebutuhan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai dengan program R/
memenuhi gizi anak
Gangguan Setelah dilakukan Pressure Management
5. tindakan keperawatan
1. Kaji kulit dengan sering, perhatikan kerusakan/ pelambatan penyembuhan luka dan kaji
selama 3 x 24 jam
area stoma R/area stoma yang bersih meminimalkan risiko infeksi
integritas kulit di harapkan tidak
berhubungan ditemukan tanda-tanda 2. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang lembut dan longgar pada area stoma
dengan kerusakan integritas R/ mencegah iritasi dan tekanan dari baju
kolostomi kulit dengan Kriteria 3. Hindari kerutan pada tempat tidur R/ friksi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan
Hasil: basah yang menyebabkan iritasi serta potensial terhadap infeksi
1. Tissu Integrity : Skin
And Mocus 4. Dorong pasien untuk menghindar menggaruk Kulit R/ mencegah terjadinya luka akibat
Membranes garukan
2. Penyembuhan luka 5. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan Kering R/ area yang lemban dan
tepat waktu terkontaminasi merupakan area untuk pertumbuhan organism Patogenik
3. Tidak terjadi
kerusakan didaerah 6. Bersihkan kantong kolostomi secara rutin R/ menjaga area stoma tetap bersih
sekitar stoma
7. Lakukan perawatan pada luka kolostomi R/ menjaga luka tetap bersih dan terhindar dari
infeksi
Resiko Setelah dilakukan asuhan Manajemen Resiko
6. infeksi keperawatan selama 2x24 1. Kaji tanda – tanda vital dan inspeksi kondisi luka
berhubungan jam diharapkan atau insisi bedah R/ mengetahui keadaan luka dan
dengan factor penyebaran infeksi atau perkembangannya
resiko efek resiko infeksi tidak terjadi 2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan
prosedur atau dapat teratasi dengan perawatan yang Aseptic R/ agar tidak terjadi Infeksi
invasive Kriteria Hasil : 3. Ajarkan keluarga pasien untuk mengetahui tentang
1. Infection Severity tanda dan gejala infeksi R/ agar keluarga pasien
2. Tanda -tandaa vital mengetahui tanda dan gejala infeksi
normal 4. Kolaborasikan Pemberian antibiotic sesuai indikasi
dari dokter R/ pemberian antibiotic untuk
3. Tidak ada tanda-tanda
mencegah timbulnya infeksi luka
infeksi
Ansietas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Anxiety Reduction
berhubungan selama 3x 24 jam diharapkan ansietas 1. Gunakan pendekatan yang menyenangkan R/
7. dengan dapat berkurang dengan Kriteria Hasil : menurunkan stimulasi yang berlebihan data
pembedahan 1. Anxiety Self Control mengurangi kecemasan.
dan 2. Anxiety Level 2. Identifikasi tingkat kecemasan R/ pemahaman
mempunyai 3. Coping bahwa perasaan normal dapat membantu klien
anak yang 4. Klien mampu mengungkapkan dan meningkatkan beberapa perasaan kontrol emosi
tidak mengidentifikasi rasa cemas 3. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
sempurna 5. Mengidentifikasi, mengungkapkan mengurangi rasa takut R/membantu dalam
dan menunjukkan tehnik untuk menentukan koping
mengontrol cemas 4. Dorong pasien mengungkapkan perasan, ketakutan,
6. Postur tubuh dan ekspresi wajah persepsi R/ membantu pasien memahami perasaan
menunjukkan berkurangnya dapat merupakan rehabilitasi
kecemasan 5. Instruksikan pasien melakukan Teknik relaksasi R/
meningkatkan rasa nyaman dan mengurangi
kecemasan
4. IMPLEMENTASI
Implementasi yang dimaksud merupakan pengolahn dari
perwujudan rencana tindakan yang meliputi kegiatan,
yaitu: validasi , rencana keperawatan, mendokumentasikan
rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan
dalam menyimpulkan data serta melaksanakan advis (saran
atau nasehat) dokter dan ketentuan rumah sakit. 

Merupakan tahap akhir dari suatu proses


keperawatan yang merupakan perbandingan yang
5. EVALUASI sistematis dan terencana kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan
dengan cara melibat pasien dan sesama tenaga
kerja.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
ATRESIA ANI
Ada Pertanyaan ??
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om

Sekian dan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai