Anda di halaman 1dari 24

By Sri Mulyanti

Definisi : tidak komplit perkembangan embrionik


pada distal usus (anus) atau tertutupnya anus
secara abnormal

Batasan
Kelainan bawaan :
• Saluran anorectal / anus sampai perineum
• Anus/ rektum tidak mempunyai lubang keluar
• Anus terlihat cukup normal tapi berakhir pada
pounch buntu
Kelainan yang dapat menyertai anus imperforata
 Perempuan terdapat fistula antara rectum dan vagina
 Laki – laki terdapat fistula antara rectum dan saluran
kemih.

Tampilan bervariasi, tergantung dari keparahannya.


 Ringan, tampak sebagai lekukan anal yang dalam dan
reaksi otot yang kuat terhadap tusukan jarum
 yang lebih berat, tampak sebagai perineum datar tanpa
lekukan dan respons otot yang buruk terhadap tusukan
jarum
 Defek yang berat, adanya kelainan ( anomali ) lain
Tingkatan anomali
 Anomali bawah
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot
purbo rektalis, terdapat sfingter internal dan eksternal yang
berkembang baik dengan fungsi normal, dan tidak terdapat
hubungan dengan saluran genitourinarius
 Anomali intermediet
Rektum berada atau dibawah tingkat otot purborektalis ,
lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang
normal
 Anomali tinggi
Ujung rektum diatas otot purbo rektalis dan sfingter internal
tidak ada. Biasanya berhubungan dengan fistula genito
urinarius- rekto uretral ( laki-laki) atau rekto vaginal (wanita
)
Insidens
terdapat pada 1 : 5000 kelahiran hidup.
 20 %- 75 % penderita anus imperforata
juga menderita anomali lain
sama banyaknya pada laki-laki maupun
perempuan
Manifestasi klinis
 Mekonium tidak keluar dalam 24 jam setelah kelahiran
 Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal / colok
dubur tidak bisa masuk/ ada tahanan
 Mekonium keluar melalui fistula atau anus yang salah letak
 Distensi bertahap dan adanya tanda- tanda obstruksi usus
( bila tidak ada fistula )
 Anus tidak terlihat
 Muntah dengan abdomen yang kembung
 Perineum menonjol tetapi tidak terlihat noda mekonium
(terlihat ketika bayi menangis).
Komplikasi
 Asidosis
 Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan
 Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah )
Komplikasi jangka panjang

 Eversi mukosa anal


 Stenosis ( akibat kontraksi jaringan parut dari
anastomosis )
 Impaksi dan konstipasi ( akibat dilatasi sigmoid )
 Masalah atau kelambatan yang berhubungan
dengan toilet training
 Inkontinensia ( akibat stenosis anal atau impaksi )
 Prolaps mukosa anorektal ( menyebabkan
inkontinensia dan rembesan persisten )
 Fistula kambuhan ( karena tegangan di area
pembedahan dan infeksi )
Uji laboratorium dan diagnostik
 Pemeriksaan rektal digital dan visual
 Jika
ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa
adanya sel – sel epitelia mekonium
 Pemeriksaansinar- x lateral inversi ( tehnik Wangensteen
Rice ) menunjukan adanya kumpulan udara dalam ujung
rektum yang buntu atau dekat perineum, dapat
menyesatkan jika rektum penuh dengan mekonium yang
mencegah udara sampai ke ujung kantong rektal
 Ultra
sound dapat digunakan untuk menentukan letak
kantong rektal
 Aspirasi
jarum untuk mendeteksi kantong rektal dengan
cara menusukan jarum tersebut sambil melakukan aspirasi ,
Penatalaksanaan bedah

 Pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan


keparahan defek. Semakin tinggi lesi, semakin rumit prosedur
pengobatannya.

 Anomali tinggi dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir.


 Bedah definitifnya, yaitu anoplasti perineal ( prosedur penarikan
perineum abdominal ). ditunda sampai usia 9 – 12 bulan.

 Penundaan ini memberi waktu pelvis untuk membesar dan otot-


otot untuk berkembang. Juga memungkinkan bayi menambah BB
dan bertambah baik status nutrisinya.
Penatalaksanaan bedah Con’t

• Lesi rendah diatasi dengan menarik kantong rectal melalui


sfingter sampai lubang pada kulit anal. Fistula bila ada
harus ditutup.

• Defek membranosa hanya memerlukan tindakan


pembedahan yang minimal.

• Pada kebanyakan kasus pengobatan memerlukan dua tahap


tindakan pembedahan. Untuk defek ringan sampai sedang
prognosisnya baik, defeknya dapat diperbaiki, perilstaltik
dan kontinensia normal.

• Defek yang lebih berat disertai anomali lain, akan


menambah masalah pada hasil tindakan pembedahan.
Pengkajian keperawatan

• Anus tidak terlihat


• Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama
setelah lahir
• Colok dubur/ thermometer tidak dapat masuk/
masuk tapi hanya sedikit
• Urine bercampur mekonium
• Mekonium tampak keluar dari vulva, uretra,
perineum
• Distensi abdomen bertahap/ progressif
• Muntah-muntah berwarna hijau
• Perineum menonjol saat bayi menangis
Masalah keperawatan

Nyeri
Risiko tinggi kekurangan volume cairan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Risiko tinggi kerusakan integritas jaringan
Risiko tinggi infeksi
Risiko tinggi cedera
Perubahan proses keluarga
Gangguan penatalaksanaan di rumah
Perawatan pra bedah

1. Pantau kondisi bayi sebelum pembedahan


• Ukur lingkar abdomen ( memantau perkembangan distensi
abdomen )

• Pantau tanda-tanda vital tiap 4 jam, hindari mengukur suhu


rektal( mencegah trauma )

• Monitor adanya komplikasi usus ( perforasi dan enterokolitis )

• Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit (asupan dan


keluaran, drainase nasogastrik )
2. Siapkan bayi untuk pembedahan

– Pantau respon bayi terhadap evakuasi usus

– Pantau cairan intra vena sesuai ketentuan


( untuk mempertahankan hidrasi saat puasa )

– Dekompresi lambung dengan selang naso gastrik

– Dekompresi kandung kemih dengan pemasangan


kateter urin

– Berikan hanya cairan bening 24 – 48 jam sebelum


pembedahan

– Pantau respon bayi terhadap anti biotik yang


digunakan untuk mensterilkan usus ( mis. neomicyn )
1. Pantau respon bayi terhadap pembedahan

2. Pantau adanya tanda dan gejala komplikasi

3. Tingkatkan dan pertahankan keseimbangan

4. Berikan perawatan balutan, pertahankan integritas luka op

5. Tingkatkan asupan nutrisi yang adekuat

7. Lindungi bayi dari infeksi

8. Tingkatkan dan pertahankan fungsi dan kepatenan kolostomi

9. Tingkatkan rasa nyaman dan kurangi rasa nyeri


Perencanaan pulang dan perawatan dirumah

• Dorong orang tua mengungkapkan


kekhawatirannya tentang hasil pembedahan
• Rujuk orang tua ke prosedur institusi untuk
informasi tentang perawatan dirumah, kalau
perlu konsultasi ke perawat enterostomal
• Ajarkan pada orang tua tanda obstrukksi
usus, toleransi yang buruk terhadap
makanan, dan gangguan proses penyembuhan
 Ajarkan perawatan kolostomi dan partisipasi
keluarga dalam perawatan

Hasil yang diharapkan
 Fungsi gastro intestinal bayi normal
 Pertumbuhan bayi sesuai untuk tingkat usia
 Anak tidak menglami komplikasi pre dan paska
operasi
 Keluarga menunjukan kemampuan untuk
memberikan perawatan dirumah dan perlunya
pemeriksaan tindak lanjut
• Selesai, Selamat Belajar....

Anda mungkin juga menyukai