Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KONJUNGTIVITIS
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Keperawatan Medikal Bedah (KMB) II yang diampu oleh : Bapak Tri Sunaryo S.Kep.,Ns.,M.Kep dan
Bapak Sumardino, SST., MKes

OLEH :

Rachma Ayu Pamungkas

P27220019125

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PRODI DIV KEPERAWATAN
2021
HALAMAN 1 Mata Kuliah : KMB II Nama : RACHMA AYU PAMUNGKAS Tingkat/Semester : 2/II Tempat Praktek :

JUDUL Disetujui
LAPORAN Clinical Instructure Clinical Teacher
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
PENDAHULUA
DENGAN KONJUNGTIVITIS
N ………………………………………….. ………………………………..

Pengertian :

Konjungtiva adalah membran mata yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata dan permukaan anterior sklera.
Konjungtivitis adalah inflamasi yang terjadi pada konjungtiva yang secara umum dapat disebabkan oleh infeksi (bakteri,virus) ,gangguan system imun,gangguan
mekanik maupun neoplastic ditandai dengan pembengkakan, eksudat sehingga mata merah.

PATHWAY :

Allergen, bakteri, virus, iritasi kimia, infeksi


candida, penyakit sistemik, penularan

Konjungtiva

Infeksi

Inflamasi
Konjungtivitis

Mata merah Iritasi Edema kelopak


konjungtiva mata

Penurunan
penglihatan Penurunan Nyeri
persepsi sensori

Defisit Gangguan
Perawatan
Konsep Diri

Penjelasan :
Mikroorganisme (virus,bakteri,jamur) bahan allergen iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan
membuka sempurna.karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya
peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah,edema, rasa nyeri dan adanya secret mukopurulen.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari
faktor penyebab konjungtivitis dan faktor berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam
waktu 2 minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat penanganan yang adekuat akan menimbulkan
kerusakan pada kornea mata atau komplikasi lain yang sifatnya local atau sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi
permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebral
secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya agen perusak ,menyebabkan
cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma
konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel).
Sel-sel radang berimigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet,
membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebral saat bangun tidur. Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan
dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi
konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini
merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan menambah jumlah air mata.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh – pembuluh mata konjungtiva posterior. Menyebabkan hiperemi yang tampak
paling nyata pada formiks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertropi papilla yang sering
disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas atau gatal.Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang
hiperemi dan menambah jumlah air mata.

Sumber Referensi :
Kusuma Hardi, dan Amin Huda Nararif,2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA(North American Nursing Diagnosis Association)
NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2. Mediaction. Yogyakarta.

HALAMAN 2

MODEL KONSEP ASKEP MENURUT GORDON

A. Pengkajian

Menurut Potter dan Perry (2014), perawat mengkaji temuan pengkajian dan pengelompokkan karakteristik yang ditemukan untuk membuat diagnosa
keperawatan. Aktivitas pengkajian yang dilakukan:
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Meliputinama,alamat,umur,agama,pendidikan,pekerjaan,suku/bangsa,jenis kelamin,tanggal masuk,diagnose medis, No.CM.
b. Identitas Penanggung Jawab
Berisi data diri keluarga pasien yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status, agama,pendidikan,pekerjaan, dan hubungan dengan pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keadaan yang dikeluhkan pasien terhadap tubuhnya yaitu nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan kemerahan disekitar mata,
epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva, purulen/Gonoblenorroe.
Sifat Keluhan : Keluhan terus menerus ; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke daerah mana, waktu keluhan
timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan timbul.
Keluhan Yang Menyertai : Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus Gonoblenorroe.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Alasan pasien yang menyebabkan terjadinya keluhan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengalaman sakit yang pernah dialami di masa lalu : Pasien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat, riwayat operasi mata.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Ada atau tidaknya penyakit menular atau menahun dari keluarga.
3. Kebiasaan Sehari-hari (Menurut Gordon)
a. Pola Persepsi Kesehatan
Pola ini menjelaskan tentang persepsi pasien tentang kesehatan dan kebiasaan periksa saat sakit.
b. Pola Nutrisi
Pola ini menjelaskan tentang riwayat nutrisi pasie n yaitu porsi makan, diit, terpasang NGT atau tidak, jumlah minum … ml, perhari sebelum dan
selama sakit.
c. Pola Aktivitas
Pola ini menjelaskan tentang kemampuan pasien dalam beraktivitas, meliputi : toileting, dressing, fooding, dan activity dan alat ambulatory, kebutuhan
terhadap bantuan sebelum dan selama sakit.
d. Pola Eliminasi
Pola ini menjelaskan tentang BAB (konsistensi tinja, warna tinja, bau tinja,keluhan , frekuensi perhari dan peristaltik usus) dan BAK (jumlah urin …
ml perhari , warna urin, bau urin, terpasang kateter atau tidak) pasien sebelum dan selama sakit.
e. Pola istirahat dan tidur
Pola ini menjelaskan tentang jumlah tidur pada malam hari, kebiasaan tidur siang,kebiasaan mengkonsumsi obat tidur pasien perhari sebelum dan
selama sakit.
f. Pola peran
Pola ini menjelaskan tentang akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena pasien harus menjalani rawat inap.
g. Pola Kognitif dan Persepsi
Pola ini menjelaskan pengetahuan pasien tentang penyakit dan perawatan/tindakan yang dilakukan terhadapnya saat ini, gambaran diri
(optimis/merasa pesimis karena cacat tubuhnya) sebelum dan selama sakit.
h. Pola Kebersihan Diri
i. Pola ini menjelaskan tentang kebersihan diri pasien sebelum dan saat sakit.
j. Pola Koping terhadap Stress
Pola ini menjelaskan tentang kopig pasien terhadap sakitnya, penyelesaian apabila ada masalah.
k. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pola ini menjelaskan tentang dampak pada pasien yaitu, pasien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan
keterbatasan gerak yang dialami pasien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya
l. Kepercayaan dan Keyakinan
Pola ini menjelaskan tentang kebiasaan pasien menjelaskan ibadah sebelum dan saat sakit.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
2) Kesadaran, GCS
3) TTV (TD,N,RR,S)
b. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
Menurut Ramadhan (2016)
1) Kepala
a) Inspeksi, yaitu dengan memperhatikan kesimetrisan wajah, tengkorak,warna dan distribusi rambut, serta kulit kepala. Wajah normalnya simetris
antara kanan dan kiri. Ketidak simetrisan wajah dapat menjadi suatu petunjuk adanya kelumpuhan/ paresif saraf ketujuh. Bentuk tengkorak yang
normal adalah simetris dengan bagian frontal menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap kebelakang. Distribusi rambut sangat
bervariasi pada setiap orang, dan kulit kepala normalnya tidak mengalami peradangan, tumor, maupun bekas luka/sikatriks.
b) Palpasi untuk mengetahui keadaan rambut, massa, pembekuan, nyeri tekan,keadaan tengkorak dan kulit kepala.
2) Mata
a) Dalam inspeksi mata, bagian-bagian mata yang perlu diamati adalah bola mata, kelopak mata, konjungtiva,sclera, dan pupil.
1. Amati bola mata terhadap adanya protusi, gerakan mata, lapang pandang, dan visus.
2. Amati kelopak mata
Bandingkan mata kanan dan kiri, amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta pada bagian pinggir kelopak mata. Amati
pertumbuhan rambut pada kelopak mata terkait dengan ada/ tidaknya bulu mata, dan posisi bulu mata. Perhatikan keluasan mata dalam
membuka dan catat bila ada dropping kelopak mata atas atau sewaktu mata membuka (ptosis).
3. Amati konjungtiva dan sclera
Pemeriksaan fisik (Inspeksi) untuk mencari karakter/tanda konjungtivitis meliputi:
a. Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan mengurang kea rah limbus.
b. Kemungkinan adanya sekret :
- Mukoporulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang menyebabkan kelopak mata lengket saat bangun tidur.
- Berair/encer pada infeksi virus.
c. Edema konjungtiva
d. Blefarospasme
e. Lakrimasi
f. Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena ada edema dan infiltrasi).
g. Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat ditemukan pseudo membrane pada infeksi pneumokok, Kadang-
kdang disertai perdarahan subkonjungtiva kecil-kecil baik di konjungtiva palpebral maupun bulbi yang biasanya disebabkan
pneumokok atau virus.
h. Pemeriksaan visus, kaji visus pasien dan catat derajat peradangan perifer pasien karena jika terdapat secret yang menempel pada
kornea dapat menimbulkan kemunduran visus.

3) Hidung
Pengkajian hidung dimulai dari bagian luar, bagian dalam dan sinus-sinus.
a) Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar serta palpasi sinus :
1. Amati warna dan pembengkakan pada kulit hidung
2. Amati kesimetrisan hidung
3. Palpasi hidung luar, dan catat bila ditemukan ketidak abnormalan kulit atau tulang hidung
4. Kaji mobilitas septum nasi
5. Palpasi sinus maksilaris, frontalis dan etmodialis. Perhatikan jika ada nyeri
b) Inspeksi hidung bagian dalam
1. Amati posisi septum nasi dan kemungkinan adanya perfusi
2. Amati bagian konka nasalis inferior
3. Amati bentuk dan posisi septum, kartilago, dan dinding – dinding rongga hidung serta selalput lender pada rongga hidung (warna,
sekresi, bengkak)
4) Telinga
a) Inspeksi dan palpasi pada telinga
1. Amati telinga luar, periksa ukuran, bentuk, warna, lesi dan adanya massa pada pinna.
2. Lakukan palpasi dengan cara memegang telinga dengan ibu jari dan jari telunjuk.
3. Palpasi kartilago, telingan luar secara sistematis, yaitu dari jaringan lunak, kemudian jaringan keras, dan catat bila ada nyeri.
4. Tekan bagian tragus kedalam dan tekan pula tulang telinga dibawah daun telinga. Bila ada peradangan, pasien akan merasa nyeri.
5. Bandingkan telinga kanan dan kiri,
6. Bila dipelukan, lanjutkan pengkajian telinga dalam.
7. Pegang bagian pinggir daun telinga/heliks dan secara perlahan-lahan tarik daun telinga keatas dan kebelakang sehingga lubang telinga
menjadi lurus dan mudah diamati.
8. Amati pintu masuk lubang telinga dan perhatikan ada/ tidaknya peradangan, pendarahan, atau kotoran.
b) Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk mengetahui fungsi telinga. Secara sederhana pemeriksaan pendengaran dapat diperiksa dengan
menggunakan suara bisikan. Pendengaran yang baik akan mudah mengetahui adanya bisikan.
5) Mulut
Pemeriksaan mulut semua bagian dalammulut dapat diamati dengan jelas. Pengamatan diawali dengan mengamati bibir, gigi, gusi, lidah, selpaut
lender, pipi bagian dalam, lantai dasar mulut, dan plantum/ langit-langit mulut, kemudian faring.
1. Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan congenital, bibir sumbing, warna bibir, ulkus, lessi dan massa.
2. Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan congenital, bibir sumbing, warna bibir, ulkus, lessi dan massa.
3. Amati posisi, jarak, gigi rahang atas dan bawah, ukuran, warna, lessi atau adanya tumor pada setiap gigi. Amati juga akar-akar gigi dan gusi
secara khusus.
4. Amati warna, adanya pembengkakan, tumor, sekresi, peradangan, ulkus, dan perdarahan pada selaput lender semua bagian mulut secara
sistematis.
5. Inspeksi faring, dengan menganjurkan pasien membuka mulut danmenekan lidah pasien ke bawah sewaktu pasien berkata “ah” . Amati
kesimetrisan uvula pada faring.
6) Leher
1. Inspeksi leher untuk mengetahui bentuk leher, warna kulit, adanya pembengkakan, jaringan parut, dan adanya massa. Palpasi dilakukan secara
sistematis, mulai dari garis tengah sisi depan leher, samping, dan belakang. Warna kulit leher normalnya sama dengan kulit sekitarnya. Warna
kulit leher dapat menjadi kuning pada semua jenis icterus, dan menjadi merah, bengkak, panas serta ada nyeri tekan bila mengalami
peradangan.
2. Inspeksi tiroid dengan cara meminta pasien menelan, dan amati gerakan kelenjar tiroid pada insisura jugularis sterni. Normalnya gerakan
kelenjar tiroid tidak dapat dilihat kecuali pada orang yang sangat kurus.
7) Thoraks
Tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.

- Paru
a) Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
b) Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
c) Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
d) Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
- Jantung
a) Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung.
b) Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
c) Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

8) Abdomen
a) Inspeksi: Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
b) Palpasi: Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
c) Perkusi: Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
d) Auskultasi: Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
9) Integument : Warna kulit,elastisitas kulit, ada tidaknya lesi
10) Gentalia
a) Pemeriksaan Fisik Alat Kelamin Pria
1. Pertama-tama inspeksi rambut pubis, perhatikan penyebaran dan pola pertumbuhan rambut pubis. Catat bila rambut pubis tumbuh sangat
sedikit atau sama sekali tidak ada.
2. Inspeksi kulit, ukuran, dan adanya kelaianan lain yang tampak pada penis.
3. Pada pria yang tidak dikhitan, pegang penis dan buka kulup penis, amati lubang uretra dan kepala penis untuk mengetahui adanya ulkus,
jaringan parut, benjolan, peradangan, dan rabas (bila pasien malu,penis dapat dibuka oleh pasien sendiri). Lubang uretra normalnya terletak
ditengah kepala penis. Pada beberapa kelainan, lubang uretra ada yang terletak di bawah batang penis (hipospadia) da nada yang terletak di
atas batang penis (epispadia).
4. Inspeksi skrotum dan perhatikan bila ada tanda kemerahan, bengkak, ulkus, ekskoriasi, atau nodular. Angkat skrotum dan amati area di
belakang skrotum.
5. Lakukan palpasi penis untuk mengetahui adanya nyeri tekan, benjolan, atau kemungkinan adanya cairan kental yang keluar.
6. Palpasi skrotum dan testis dengan menggunakan jempol dan tiga jari pertama. Palpasi tiap testis dan perhatikan ukuran, konsistensi, bentuk,
dan kelicinannya. Testis normalnya teraba elstic, licin, tidak ada benjolan atau massa, dan berukuran sekitar 2-4 cm.
7. Palpasi epididimis yang memanjang dari puncak testis ke belakang. Normalnya epididimis teraba lunak.
8. Palpasi saluran sperma dengan jempol dan jari telunjuk. Saluran sperma biasanya di temukan pada puncak bagian lateral skrotum dan
teraba lebih keras daripada epididimis.
b) Pemeriksaan fisik alamat kelamin wanita
1. Palpasi alat kelamin bagian luar
a. Mulai dengan mengamati rambut pubis, perhatikan distribusi dan jumlahnya, dan bandingkan sesuai usia perkembangan pasien.
b. Amati kulit dan area pubis, perhatikan adanya lesi, eritema, fisura,leukoplakia dan ekskoriasi.
c. Buka labia mayora dan amati bagian dalam labia mayora, labia minora, klitoris, dan meatus uretra. Perhatikan setiap ada pembengkakan,
ulkus, rabas, atau nodular.
2. Palpasi alat kelamin bagian dalam
a. Lumasi jari telunjuk anda dengan air steril, masukkan ke dalam vagina , dan identifikasi kelunakan serta permukaan serviks. Tindakan ini
bermanfaat untuk mempergunakan dan memilih speculum yang tepat. Keluarkan jari bila sudah selesai.
b. Letakkan dua jari pada pintu vagina dan tekankan ke bawah kea rah perianal.
c. Masukkan speculum dengan sudut 450.
d. Buka bilah speculum, letakkan pada serviks, dan kunci bilah sehingga tetap membuka.
e. Bila serviks sudah terlihat, atur lampu untuk memperjelas penglihatan dan amati ukuran, laserasi, erosi, nodular, massa, rabas, dan warna
serviks. Normalnya bentuk serviks melingkar atau oval pada nulipura, sedangkan pada para benbentuk celah.
11) Ekstremitas : Ada tidaknya gangguan gerak, dan kekuatan otot.

B. Diagnosa

1. Gangguan konsep diri (body image menurun) b.d adanya perubahan pada kelopak mata
2. Nyeri akut b/d iritasi mata
3. Ansitas b/d kurangnya pengetahuan

C. Intervensi

Intervensi (Perencanaan) adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalahmasalah yang telah diidentifikasi
dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana Anda mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan
efisien. Dalam perencanaan ada tujuan dengan metode specific, measurable, achievable, reasonable, time (SMART). Kemudian pada bagian intervensi
biasanya digunakan metode observasi, nursing treatment, education, collaboration (ONEC)

No Dx Rencana keperawatan
kep Tujuan Intervensi Rasional
1. Dx Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat penerimaan 1. Mengetahui tingkat ansietas yang
keperawatan selama 3 x 24 jam pasien dialami oleh pasien mengenai
1 diharapkan pasien gangguan 2.Ajak pasien mendiskusikan perubahan dari dirinya
konsep diri membaik dengan keadaan atau perasaan yang 2. Membantu pasien atau orang
kriteria hasil: dialaminya terdekat untuk mulai menerima
-Pasien dapat menghargai situasi 3.Catat jika ada tingkah laku perubahan
dengan cara realistis tanpa yang menyimpang 3. Kecermatan akan memberikan
penyimpangan 4. Jelaskan perubahan yang pilihan intervensi yang sesuai pada
-Pasien dapat mengungkapkan terjadi berhubungan dengan waktu individu menghadapi rasa
dan mendemonstrasikan penyakit yag dialami duka dalam berbagai cara yang
peningkatan perasaan yang 5. Berikan kesempatakn berbeda
positif pasien untuk menentukan 4. Memberikan penjelasan tentang
keputusan tindakan yang penyakit yang dialami kepada pasien
dilakukan atau orang terdekat sehingga ansietas
dapat berkurang
5. Menyediakan,
menegasakankesanggupan dan
meningkatkan kepercayaan dari
pasien

2. Dx Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji tingkat nyeri pasien 1.Untuk menentukan pilihan
keperawatan selama 3 x 24 jam 2.Ajarkan pasien metode intervensi yang tepat
2 diharapkan rasa nyeri pada distraksi selama nyeri, seperti 2.Berguna dalam intervensi
pasien berkurang dengan kriteria nafas dalam dan teratur. selanjutnnya
hasil: 3.Ciptakan lingkungan tidur 3.Merupakan salah satu cara
- Nyeri berkurang dan terkontrol yang aman nyaman dan pemenuhan rasa nyaman kepada
- Skala nyeri 0-1 tenang pasien dengan mengurangi stressor
- Pasien tampak ceria 4.Kompres tepi palpebra yang berupa kebisingan
-Pasien dapat beradaptasi dengan (mata dalam keadaan 4.Melepaskan eksudat yang lengket
keadaan yang sekarang tertutup) dengan larutan salin pada tepi palpebra
- Mengungkapkan peningkatan selama kurang lebih 3 menit 5.Membersihkan palpebra dari
kenyamanan di daerah mata 5.Usap eksudat secara eksudat tanpa menimbulkan nyeri
- Berkurangnya lecet karena perlahan dengan kapas yang dan menimalkan penyebaran
garukan sudah dibasahi salin dan mikroorganisme
- Penyembuhan area mata yang setiap pengusap hanya di 6. Mata yang tertutup merupakan
telah mengalami iritasi pakai satu kali media yang baik bagi pertumbuhan
-Berkurangnya kemerahan 6. Beritahu pasien agar tidak mikroorganisme
menutup mata yang sakit 7. Menghindari kesalahan
7. Kolaborasi dalam penggunaan obat dan Mempercepat
pemberian antibiotik dan penyembuhan pada konjungtivitis
analgesik dan mencegah infeksi sekunder pada
konjungtivitis viral.
3. Dx Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat ansietas atau 1. Bermanfaat dalam penetuan
keperawatan selama 3 x 24 jam kecemasan intervensi yang tepat sesuai dengan
3 diharapkan masalah ansietas 2. Beri penjelasan tentang kebutuhan pasien
berhubungan dengan proses penyakitnya 2. Meningkatkan pemahaman pasien
berkurangnya pengetahuan 3. Beri dukungan moril tentang proses penyakitnya
teratasi dengan kriteria hasil : berupa doa terhadap pasien 3. Memberikan perasaan tenang
- Pasien menyatakan pemahaman 4. Dorong pasien utnuk kepada pasien
tentang proses penyakitnya mengakui masalah dan 4. Memberikan kesempatan untuk
- Pasien dapat menggambarkan mengekspresikan perasaan pasien menerima situasi yang nyata,
ansietas dan pola kopingnya 5. Identifikasi sumber atau mengklarifikasi
- Menggunakan mekanisme orang yang menolong 5. Memberi penlitian bahwa pasien
koping yang efektif tidak sendiri dalam menghadapi

D. Implementasi

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah Anda tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan tindakan, serta menilai data yang baru.

Anda harus mengetahui alasan bentuk setiap intervensi, baik itu intervensi keperawatan mauapun intervensi terapeutik, yaitu memahami respon
fisiologis, psikologis normal dan abnormal, mampu mengidentifikasi kebutuhan dan pemulangan klien, serta mengenali aspek-aspek promotif kesehatan klien
dan kebutuhan penyakitnya.

Pada saat melaksanakan intervensi tersebut, Anda harus berkomunikasi dengan jelas pada klien, keluarganya dan anggota tim keperawatan kesehatan
lainnya. Perhatian dan rasa saling percaya ditunjukan ketika Anda berkomunikasi secara terbuka dan jujur.

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
Anda buat pada tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi antara lain: mengakhiri rencana tindakan keperawatan, memodifikasi rencana tindakan keperawatan serta
meneruskan rencana tindakan keperawatan. Ada jenis-jenis evaluasi :

1. Evaluasi sumatif

Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara paripurna, berorientasi pada masalah keperawatan, menjelaskan
keberhasilan/ketidakberhasilan, rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.

2. Evaluasi formatif

Evaluasi yang dilakukan setelah selesai tindakan, berorientasi pada etiologi, dilakukan secara terus –menerus sampai tujuan yang telah ditentukan
tercapai

Komponen dari evaluasi ada SOAPIER :

S : subjektif yaitu Data berdasarkan keluhan yang diucapkan atau disampaika oleh pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan

O : obejektiv yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil observasi Anda secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan.

A : analisis yaitu Interpretasi dari data subjektif dan data objektif.Analisis merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga
dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifiksasi datanya dalam data subjektif dan
objektif

P : planning yaitu Perencanaan keperawatan yang akan Anda lanjutkan, Anda hentikan, Anda modifikasi, atau Anda tambahkan dari rencana tindakan
keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.

I : implementasi yaitu tindakan keperawatan yang dilakukan sesuatu dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P (perencanaan). Jangan
lupa menuliskan tanggal dan jam pelaksanakan

E : evaluasi yaitu Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan keperawatan
R : reassessment yaitu pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan,
dimodifikasi, atau dihentikan.

Sumber Pustaka :

Senatri .J. (2019) Asuhan Keperawatan Pada Tn.M Dengan Gangguan Sistem Penginderaan Konjungtivitis di Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2019
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/xmlui/handle/123456789/2236

Anda mungkin juga menyukai