STOMATITIS
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Keperawatan
Medikal Bedah II yang diampu oleh : Bapak Tri Sunaryo S.Kep.,Ns.,M.Kep
dan Bapak Sumardino, SST., MKes
Disusun Oleh :
Renadine Sovianita Mellenia
P27220019126
B. KLASIFIKASI
Jenis stomatitis secara klinis dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Reccurent Aphtous Stomatitis (RAS)
Stomatitis ini terjadi bila kuman atau bakteri masuk dan daya tahan
tubuh sedang turun maka timbul stomatitis. Reccurent Aphtous Stomatitis
(RAS) merupakan penyakit pada mukosa mulut dengan ciri khas berupa
ulkus single atau multiple, kambuhan (berulang), kecil, berbentuk bulat
atau oval dengan batas jelas yang kemerahan dan berwarna dasar abu-abu
atau kuning (Lewis cit Widyastutik dan Angga, 2017).
b. Oral Thrus/ Moniliasis
Stomatitis yang disebabkan jamur candidas.
c. Ulserasi Herpetiformis (HU)
Istilah “herpetiformis” digunakan karena bentuk klinis dari HU ( yang
dapat terdiri atas 100 ulser kecil – kecil pada satu waktu) mirip dengan
gingivostomatitis herpetic primer, tetapi virus – virus herpes ini tidak
mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi
aphtosa.
C. ETIOLOGI
Sampai saat ini penyebab utama dari stomatitis belum diketahui.
Stomatitis dapat bersifat infeksius maupun noninfeksius dan dapat disebabkan
oleh factor – factor lokal maupun sistemik.
D. FAKTOR RESIKO
Ada beberapa faktor – faktor resiko penyebab yang dapat mengakibatkan
stomatitis diantaranya :
a. Keadaan gigi pasien karena kebersihan gigi yang buruk sering dapat
menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang.
b. Luka kegigit, bisa terjadi karena bekas dari gigitan itu bisa menimbulkan
ulser sehingga dapat menyebabkan stomatitis apthosa.
c. Mengkonsumsi air panas atau air dingin.
d. Alergi, bisa terjadi karena kenaikan kada IgE dan keterkaitan antara
beberapa jenis makanan dan timbulnya ulser.
e. Kelainan pencernaan.
f. Faktor psikologis (stress)
g. Kekurangan vitamin C
h. Kekurangan vitamin B dan zat besi.
E. MANIFESTASI KLINIS
Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau seperti terbakar pada 1 – 2 hari di
daerah yang akan menjadi sariawan. Rasa ini muncul sebelum luka dapat
terlihat di rongga mulut.
Manifestasi klinis dari stomatitits secara umum yaitu :
a. Masa prodormal (1-24 jam)
Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar.
b. Tahap pre-ulserasi
Adanya edema/pembengkakan setempat dengan terbentuknya macul
papula serta peninggian 1-3 hari
c. Tahap ulseratif
Pada stadium ini timbul rasa sakit, terjadi nekrosis ditengah-tengahnya,
batas sisinya merah dan edema berbeda terjadi beberapa hari hingga 2
minggu.
F. PATOFISIOLOGI
Tubuh manusia memiliki pertahanan tubuh alamiah yaitu sistem
laktoperoksidase (LP-system) yang mampu mempertahankan tubuh terhadap
serangan infeksi mikroorganisme. LP-system terdapat pada saliva atau ludah
manusia. LP-system mempertahankan tubuh dengan cara berfungsi sebagai
bakteriostatis terhadap bakteri mulut dan bakteriosid terhadap bakteri.
Bakteri didalam mulut dapat berkembang biak tidak terkontrol karena LP-
system yang merupakan pertahanan alami dalam salifa umumnya rusak. Hal
ini dikarenakan sering mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat
kimia (perasa, pewarna, pengawet) dan makanan pedas. Pemakaian antiseptik
pada obat kumur atau pasta gigi juga dapat merusak LP-sytem, sebab
antiseptik ini bersifat bakteriosid sehingga dapat membunuh semua bakteri
yang di dalam rongga mulut, yang dapat mengakibatkan sekitar mukosa mulut
menjadi rusak kemudian menghasilkan ulserasi lokal.
Mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan
- rangsangan yang bersifat merusak. Dilain pihak mulut tidak dapat
melepaskan diri dari masuknya berbagai jenis kuman ataupun berbagai
pengaruh rangsangan antigenik yang bersifat merusak. Rangsangan perusak
yang masuk dalam mulut akan ditanggapi oleh tubuh baik secara lokal atau
sistemik. Kemudian secara normal dapat dieliminasi melalui aksi fagositosis.
Reaksi tubuh terhadap rangsangan yang merusak itu bertujuan untuk
mengurangi atau meniadakan peradangan tersebut. Tetapi kadang – kadang
reaksi jaringan amat berlebih, melebihi porsi stimulusnya sendiri sehingga
reaksi pertahanan yang tadinya dimaksudkan untuk melindungi struktur dan
fungsi jaringan justru berakhir dengan kerusakan jaringan sendiri terutama
pada mukosa mulut.
Dalam keadaan psikologis yang terganggu (trauma / stres) terjadi ketidak
seimbangan immunologik yang menimbulkan alergi dan defidiensi
immunologi dengan efek kerusakan – kerusakan yang menyangkut komponen
vaskuler, seluler, dan matrik pada jaringan. Dalam hal ini sistem imun yang
telah dibangkitkan untuk melawan benda asing oleh porsi reaksi yang tidak
seimbang akhirnya ikut merusak jaringan – jaringan sendiri di sekitarnya.
Stomatitis dapat terjadi akibat kekurangan vitamin C. Kekurangan vitamin
C dapat mengakibatkan kerusakan jaringan di mukosa mulut dan jaringan
penghubung antara gusi dan gigi mudah robek akhirnya mengakibatkan
stomatitis.
G. PATHWAY
Kekurangan vitamin C
Zat kimia dari
makanan Antiseptic (obat kumur)
(pewarna, perasa, Stress
pengawet)
Merusak LP - System
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis untuk mengatasi stomatitis adalah sebagai berikut :
1. Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai.
2. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya
3. Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang
cukup, terutama makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat bezi.
4. Hindari stress
5. Pemberian antibiotik
Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan
emolien topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2-3
ulcersi minor. Pada kasus yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid,
seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari
setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan
untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada responsif
terhadap kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson
6. Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa
kasus diperlukan antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangan
dicampur garam (jangan menggunakan antiseptik karena menyebabkan
iritasi) dan penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan stomatitits aptosa
terutama penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan jangka panjang yang
efektif adalah menghindari faktor pencetus. Terapi yang dianjurkan yaitu :
a. Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama
dan kemudian 1000 mcg perbulan) untuk pasien dengan level serum
vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral
atau anemia makrocytik, dan pasien berasal dari golongan
sosioekonomi bawah.
b. Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) perhari. Tidak ada
perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan
dan pada waktu follow-up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan
sampai 4 tahun.
3. INTERVENSI
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
a. Perubahan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau aktivitas klien, cegah
membran selama 3x24 jam mukosa hal-hal yang bisa memicu
mukosa oral oral kembali normal dan terjadinya stomatitis.
b.d proses lesi berangsur sembuh, 2. Kaji adanya komplikasi akibat
peradangan dengan kriterian hasi : kerusakan membran mukosa
(inflamasi). 1. Mukosa oral kembali oral
normal (tidak bengkak 3. Memberikan health education
dan hiperemi) tentang oral hygine yang baik.
2. Lesi berkurang dan 4. Berikan pemahaman untuk
berangsur sembuh. menghindari makanan yang
3. Membran mukosa oral dapat memperparah stomatitis
lembab. 5. Kolaborasi untuk pemberian
antibiotik dan obat kumur
b. Nyeri b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Menghindari makanan yang
kerusakan selama 3x24 jam nyeri terlalu panas atau terlalu
membran dapat teratasi, dengan dingin.
mukosa oral kriteeria hasil : 2. Menghindari pastagigi yang
1. Hilangnya rasa merangsang timbulnya nyeri.
sakit dan perih di 3. Menghindari luka pada mulut
mukosa mulut saat menggosok gigi atau saat
2. Mukosa kembali menggigit makanan.
normal 4. Penjelasan tentang faktor
3. Suhu badan normal penyebab.
5. Menganjurkan untuk banyak
mengkonsumsi buah dan
sayur
c. Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Memberikan diet makanan
kekurangan selama 3x24 jam sesuai dengan kebutuhan.
nutrisi b.d kebutuhan nutrisi pasien 2. Memberikan makanan dengan
kesulitan terpenuhi, dengan kriteria tekstur lunak.
menelan dan hasil : 3. Memberikan penjelasan agar
mengunyah. 1. Pasien tidak lemas dan pasien tetap mau makan.
pucat.
2. Pasien menghabiskan
porsi makan dari rumah
sakit.
4. EVALUASI
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana
mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk
mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil
dari proses keperawatan.
Adapun tahapan-tahapan evaluasi menurut Potter & Perry (2009) yaitu:
1. Mengidentifikasi kriteria dan standard evaluasi.
2. Mengumpulkan data untuk menentukan apakah criteria dan
standard telah terpenuhi.
3. Menginterpretasi dan meringkas data.
4. Menghentikan, meneruskan atau merevisi rencana
perawatan. Data-data yang terdapat dalam evaluasi terdiri dari :
S : Subjektif
Data berdasarkan keluhan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan
O : Objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil observasi langsung kepada
pasien
A : Assegment/analisa/penilaian
Masalah keperawatan yang masih terjadi atau baru saja terjadi akibat
perubahan status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya
dalam data subjektif dan objektif
P : Planning/perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau menambah rencana tindakan keperawatan.
I : Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai perencanaan yang sudah di
buat.
E : Evaluasi
Respon pasien setelah dilakukan tindakan
R : Re-assesment/penilaian ulang
Pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan setelah diketahui
hasil evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA