Episkleritis
Oleh:
Pembimbing:
dr.
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Referat:
Episkleritis
Pembimbing,
dr.
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu tugas inidividu di Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Periode 20 Januari 2020 s.d .24 Februari 2020.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan referat ini disusun untuk mengetahui dan mempelajari serta menambah
pemahaman lebih lanjut mengenai episkleritis baik dalam hal etiologi, patogenesis,
pemeriksaan diagnostic, tatalaksana serta prinsip pemilihan pembedahan yang sesuai.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 EPISKLERITIS
7
2.2.1. DEFINISI
Episkleritis adalah suatu reaksi inflamasi pada jaringan episklera yang terletak
di antara konjungtiva dan sklera, bersifat ringan, dapat sembuh sendiri, dan bersifat
rekurensi Episkleritis adalah penyakit pada episklera yang sering, ringan, dapat
sembuh sendiri dan biasanya mengenai orang dewasa dan berhubungan dengan
penyakit sistemik penyertanya tetapi tidak dapat berkembang menjadi skleritis.10
2.2.2. EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian pasti tidak diketahui karena banyaknya pasien yang tidak
berobat. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, namun terdapat laporan 74% kasus
terjadi pada perempuan dan sering terjadi pada usia dekade 4-5. Pada anak-anak
episkleritis biasanya menghilang dalam 7-10 hari dan jarang rekuren. Pada dewasa,
30% kasus berhubungan dengan penyakit jaringan ikat penyertanya, penyakit
inflamasi saluran cerna, infeksi herpes, gout, dan vaskulitis. Penyakit sistemik
biasanya jarang pada anak-anak.11
2.2.3. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi belum diketahui secara pasti namun ditemukan respon inflamasi
yang terlokalisir pada superficial episcleral vascular network, patologinya
menunjukkan inflamasi nongranulomatous dengan dilatasi vascular dan infiltrasi
perivascular. Penyebab tidak diketahui, paling banyak bersifat idiopatik namun
sepertiga kasus berhubungan dengan penyakit sistemik dan reaksi hipersensitivitas
mungkin berperan. Penyakit-penyakit sistemik tertentu misalnya
a. Collagen vascular disease;
Polyarteritis nodosa, seronegative spondyloarthropathies-Ankylosing spondylitis,
inflamatory bowel disease, Reiter syndrome, psoriatic arthritis, artritis rematoid
b. Infectious disease;
Bacteria including tuberculosis, Lyme disease dan syphilis, viruses termasuk
herpes, fungi, parasites.
c. Miscellaneous
Gout, Atopy, Foreign bodies, Chemicals
d. Penyebab lain/yang berhubungan (jarang);
8
1. Kemerahan hanya melibatkan satu bagian dari area episklera. Pada penyinaran
dengan senter, tampak warna pink sedangkan pada skleritis warnanya lebih gelap dan
keunguan
2. Kemerahanpada episkleritis disebabkan oleh kongesti pleksus episklera superficial
dan konjungtival, yang letaknya di atas dan terpisah dari lapisan sclera dan pleksus
episklera profunda di dalamnya. Dengan demikian, pada episkleritis, penetesan Fenil
Efedrin 2,5% akan mengecilkan kongesti dan mengurangi kemerahan; sesuatu yang
tidak terjadi pada skleritis
3. Pada episkleritis nodular, ditemukan nodul kemerahan berbatas tegas di bawah
konjungtiva. Nodul dapat digerakkan. Bila nodul ditekan dengan kapas atau melalui
kelopak mata yang dipejamkan di atasnya, akan timbul rasa sakit yang menjalar ke
sekitar mata
4. Hasil pemeriksaan visus dalam batas normal
5. Dapat ditemukan mata yang berair, dengan secret yang jernih dan encer. Bila secret
tebal, kental dan berair, perlu dipikirkan diagnosis lain
6. Pemeriksaan status generalis harus dilakukan untuk memastikan tanda-tanda penyakit
sistemik yang mungkin mendasari timbulnya episkleritis seperti tuberculosis,
rheumatoid arthritis, SLE, eritema nodosum, dermatitis kontak. Keluhan sistemik
umumnya lebih sering menimbulan episkleritis nodular daripada simple.
7. Cara membedakan episkleritis dengan skleritis adalah dengan melakukan tes Fenil
Efrin 2,5% (tetes mata), yang merupakan vasokonstriktor. Pada episkleritis, penetesan
Fenil Efrin 2,5% akan mengecilkan kongesti dan mengurangi kemerahan (blanching/
memucat); sedangkan pada skleritis kemerahan menetap.
Pemeriksaan penunjang8
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan histopatologi
2. Skleritis
2.2.7 TATALAKSANA5,6
Episkleritis biasanya akan hilang sendiri dalam waktu sekitar 10 hari dan
biasanya tidak memerlukan pengobatan apapun. Air mata buatan dapat berguna dalam
menghilangkan gejala mata kering.
Jika gejala semakin parah atau bertahan lama, dokter mungkin akan
meresepkan beberapa obat berikut:
1. Non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID), seperti flurbiprofen untuk
membantu meredakan nyeri dan bengkak dan mengurangi peradangan.
2. Steroid eye drops, seperti dexamethasone untuk membantu mengurangi
peradangan dan mempercepat pemulihan.
2.2.8. KOMPLIKASI
Komplikasi episkleritis yang mungkin terjadi adalah iritis. Sekitar 1 dari 10
orang dengan episkleritis akan berkembang kea rah iritis ringan.5
2.2.9. PROGNOSIS
Prognosis akhirnya baik karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam
1-2 minggu dan tidak akan mempengaruhi visus.5
Ad vitam: Bonam
Ad functionam: Bonam
Ad sanationam: Dubia ad bonam
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Kanski J. Jack, Disorders of the Cornea and Sclera in Clinical Ophthalmology 5th
Edition pp. 151-2. Great Britain. 2003. ButterworthHeinemann.
2. Riordan Paul-Eva, Episkleritis dalam Oftalmologi Umum edisi 14 hal.170- 171.
Jakarta. 2000. Widya Medika
3. Ilyas, Sidarta Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2005
: 147-58.
4. Galor,A & Jeng, B.H., 2008. Red Eye for the Internist: When to treat, when to refer.
Cleveland Clinic Journal ofMedicine, 75(2), pp.137-44. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18290357.
5. Ilyas, S.,2005. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed, Jakarta: Balai penerbit FKUI
6. Sims, J., 2012. Scleritis: Presentations, Disease Associations and Management.
Postgraduate Medical Journal,88(10460, pp.713-8
7. Watson,P.,Hayreh, S& Awdry, ,1968. Episcleritis and Scleritis. British Journal
Ophthalmolgy, 52, pp.278-279
8. Foster CS, Maza MS. The Sclera. Springer-Verlag; 1994.96-102
9. Roy Hampton, Episcleritis in Http://www.emedicine.com/oph/topic641.htm
10. Kanski J. Jack, Disorders of the Cornea and Sclera in Clinical Ophthalmology 5 th
Edition pp. 151-2. Great Britain. 2003. Butterworth-Heinemann.
11. Pavan-Langston, Cornea and External Disease in Manual of Ocular Diagnosis and
Therapy 5th Edition pp. 125-126. Philadelphia. 2002. Lippincott Williams & Wilkins
12. Riordan Paul-Eva, Episkleritis dalam Oftalmologi Umum edisi 14 hal.170-171.
Jakarta. 2000. Widya Medika.