Anda di halaman 1dari 28

APN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK B
DOKTER MUDA SATE OBGYN DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Pengertian Persalinan

Proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup,
dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar.
Persalinan Normal

Persalinan yang dimulai secara spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui
jalan lahir), beresiko rendah pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala
pada usia kehamilan antara 37-42 minggu setelah persalinan ibu maupun bayi dalam
kondisi baik (World Health Organization(WHO)).
Penyebab Terjadinya Persalinan

A. Teori Peregangan

- Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.


- Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai.

B. Teori Penurunan Progesteron

- Proses penuaan plasenta terjadi mulai usia kehamilan 28 minggu, dimana


terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu.
- Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih
sensitif terhadap oksitosin.
- Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi stelah mencapai tingkat
penurunan progesteron tertentu.
Penyebab Terjadinya Persalinan

C. Teori Oksitosin Internal

- Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.


- Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat dapat mengubah
sensitivitas otot rahim sehingga terjadi kontaksi Braxton-Hiks.
- Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya usia kehamilan
menyebabkan oksitsin meningkatkan aktivitas

D. Teori Prostaglandin

- Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu,


yang dikeluarkan oleh desidua.
- Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.
- Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan.
Tahapan Persalinan Kala I-IV

Kala I (Kala Pembukaan Kala I (Kala Pembukaan

Kala I (Kala Pembukaan Kala I (Kala Pembukaan


Kala I

Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur hingga serviks
membuka lengkap (10 cm)
Proses pada kala I terbagi 2 fase:
- Fase laten : dari pembukaan 0-3 cm
- Fase aktif : dari pembukaan 3-10 cm. Fase aktif dibagi lagi menjadi 3
- Fase akselerasi (2 jam) dari pembukaan 3-4 cm
- Fase dilatasi (2 jam) dari pembukaan 4-9 cm
- Fase deselerasi (2 jam) dari pembukaan 9-10 cm
Kala II

Kala II adalah Kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai
bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan mengedan akan
mendorong bayu hingga keluar. Lamanya proses ini berlangsung 1,5-2 jam pada
primigravida dan 30 menit- 1 jam pada multigravida.
Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah di vulva
dengan diameter 5-6 cm
Kala III

Kala III Persalinan, dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya
plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Tanda-tanda terlepasnya plasenta, sebagai berikut:
- Uterus menjadi berbentuk bundar
- Uterus terdorong ke atas, karena plasenta terlepas ke segmen bawah rahim
- Tali pusat semakin panjang
- Terjadinya perdarahan
Kala IV

Dimulai setelah lepasnya plasenta sampai 2 jam setelah postpartum


Hal yang harus diperhatikan di kala IV:
- Kontraksi rahim harus baik
- Tidak ada perdarahan pervaginam maupun alat genital lainnya
- Plasenta dan ketuban sudah harus lahir lengkap
- Kandung Kemih harus kosong
- Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
- Resume keadaan ibu dan bayi
Tujuan Asuhan Persalinan

Tujuan Asuhan Persalinan adalah sebagai berikut:

- Melindungi keselamatan ibu dan bayi baru lahir

- Memberikan dukungan pada persalinan normal, mendeteksi dan


menatalaksanakan komplikasi tepat waktu.
- Memberi dukungan serta cepat bereaksi terhadap kebutuhan ibu, pasangan dan
keluarganya selama persalinan dan kelahiran bayi.
Tujuan Asuhan Persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang
terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
Langkah APN
1. Mengenali tanda dan gejala kala II
- Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
- Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
- Perenium menonjol
- Vulva dan spingter ani membuka
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan
ampul oksitosin 10 unit dan memasukkan alat suntik sekali pakai ke dalam wadah
partus set.
3. Mengenakan celemek plastik (memakai APD)
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan
handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
melakukan pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin
dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set
Langkah APN

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati- hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi
tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran
ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke
belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang
benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi ( meletakkan kedua sarung
tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi)
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap dan selaput ketuban sudah
pecah. (Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi.)
Langkah APN

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang


masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 120 – 160 kali / menit)
- Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
- Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
11. Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan. Menjelaskan kepada
anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat
kepada ibu saat ibu mulai meneran.
Langkah APN
12. Meminta bantuan keluarga untuk 12. Membuka partus set.
menyiapkan posisi ibu untuk 13. Memakai sarung tangan DTT atau
meneran. (Pada saat ada his, bantu steril pada kedua tangan.
ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ia merasa nyaman). 14. Setelah tampak kepala bayi dengan
diameter 5-6 cm membuka vulva,
13. Laksanakan bimbingan meneran pada maka lindungi perineum dengan satu
saat ibu ingin meneran atau timbul tangan yang dilapisi dengan kain
kontraksi yang kuat. bersih dan kering, tangan yang lain
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, menahan belakang kepala untuk
berjongkok atau mengambil posisi mempertahankan posisi defleksi dan
yang nyaman, jika ibu belum membantu lahirnya kepala. Anjurkan
merasa ada dorongan untuk ibu meneran secara efektif atau
meneran dalam selang waktu 60 bernafas cepat dan dangkal.
menit.
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
16. Meletakkan kain yang bersih dilipat
1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
Langkah APN

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi
– Perhatikan !
– Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala
bayi
– Jika tali pusat melilit bayi secara kuat, klem tali pusat di sua tempat dan potong
tali pusat diantara dua klem tersebut.
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara spontan
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal. Anjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah
bawah untuk melahirkan bahu depan dan gerakkan ke atas untuk melahirkan
bahu belakang. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
Langkah APN
Langkah APN
23. Setelah kepala melakukan putaran Menggunakan tangan anterior
paksi luar, tempatkan kedua tangan (bagian atas) untuk mengendalikan
di masing-masing sisi muka bayi. siku dan tangan anterior bayi saat
Menganjurkan ibu untuk meneran keduanya lahir.
saat kontraksi berikutnya. Dengan 25. Setelah tubuh dari lengan lahir,
lembut menariknya ke arah bawah menelusurkan tangan yang ada di
dan kearah keluar hingga bahu atas (anterior) dari punggung ke arah
anterior muncul di bawah arkus pubis kaki bayi untuk menyangganya saat
dan kemudian dengan lembut panggung dari kaki lahir. Memegang
menarik ke arah atas dan ke arah luar kedua mata kaki bayi dengan hati-
untuk melahirkan bahu posterior. hati membantu kelahiran kaki.
24. Setelah kedua bahu dilahirkan,
menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke
arah perineum tangan, membiarkan
bahu dan lengan posterior lahir ke
tangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan
bagian bawah untuk menyangga
tubuh bayi saat dilahirkan.
Langkah APN
26. Menilai bayi dengan cepat, kemudian 26. Memegang tali pusat dengan satu
meletakkan bayi di atas perut ibu tangan, melindungi bayi dari
dengan posisi kepala bayi sedikit gunting dan memotong tali pusat di
lebih rendah dari tubuhnya (bila tali antara dua klem tersebut.
pusat terlalu pendek, meletakkan
bayi di tempat yang memungkinkan).
27. Segera mengeringkan bayi,
membungkus kepala dan badan
bayi kecuali bagian pusat.
28. Menjepit tali pusat menggunakan
klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali
pusat mulai dari klem ke arah ibu
dan memasang klem kedua 2 cm
dari klem pertama (ke arah ibu).
Langkah APN

30. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut
yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
31. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya
dan memulai pemberian ASI (IMD)
32. Cek kembali fundus untuk memastikan hanya ada satu bayi yang dilahirkan dan
bukan kehamilan ganda (gemili).
33. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
34. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10
unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih
dahulu.
Langkah APN

35. Memindahkan klem pada tali pusat


36. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
37. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan
belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya
inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 menit, menghentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
38. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat
ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
39. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
Langkah APN

40. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
41. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan
utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
42. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
43. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
44. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
45. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
Langkah APN

46. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali
pusat sekitar 1 cm dari pusat.
47. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
48. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.
49. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
50. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI
51. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
- 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
- Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
- Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
- Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uter
Langkah APN

52. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan
anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
53. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
54. Mengevaluasi kehilangan darah.
55. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan.
- Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pasca persalinan.
- Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Langkah APN

56. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi
57. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
58. Lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam secara terbalik
selama 10 menit dalam larutan clorin 0,5 %.

59. Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu keringkan
dengan handuk bersih.

60. Lengkapi partograf.

Anda mungkin juga menyukai